Semua belum pasti, tetapi kabar kehamilan Arum tak ayal menimbulkan rasa iri di hati Ageng. Sudah cukup lama calon penerus Wardana Group itu mengharapkan kehamilan Queen. Setelah sekian lama menunggu, yang didapat oleh Ageng justru sebuah kekecewaan saat dia mengetahui jika istrinya selama ini menggunakan IUD untuk mencegah kehamilan.Kini, di dalam ruang kerjanya Ageng duduk sendiri meratapi nasib. Ada kalanya Ageng berharap jika Queen hanya berbohong tentang penggunaan IUD di rahimnya, lalu dia akan mendengar kabar gembira seperti apa yang akan didengar oleh Danu nanti.“Apakah ini karma untukku?” tanya Ageng kepada dirinya sendiri, terdengar penuh kesedihan dan rasa sesal yang mendalam.Amarah dan rasa putusa asa yang mengusai Ageng membuatnya menggebrak meja dengan kedua tanganya hingga menimbulkan suara dentuman yang cukup keras. Ya, penyesalan itu memang akan di akhir, seperti apa yang dirasakan oleh Ageng. Seandainya dia tidak mempermainkan pernikahan, tentu hidupnya tidak akan
“Saya akan menyusul Arum ke London, Pa. Dalam keadaan seperti ini, saya rasa Arum membutuhkan saya di sampingnya.”Kabar bahagia tentang Arum tidak serta merta membuat Danu girang, ada banyak hal yang harus dia pikirkan saat ini. Beban yang harus Danu pikul justru terasa semakin berat. Untuk menjemput Arum di London, tentu Danu harus meninggalkan sang ibu yang sedang dalam keadaan sakit.“Lalu bagaimana dengan Ardan, apa kau akan mengajaknya turut serta ke London nanti?”Pertanyaan yang dilontarkan Laras menambah beban pikiran Danu. Ada hal yang masih mengganjal di benak Danu, meskipun saat ini Arum sedang hamil, belum tentu istrinya tersebut dengan mudah bersedia kembali kepada dirinya. Danu tidak ingin melibatkan Ardan dalam masalah rumit kedua orang tuanya, dia tidak ingin putranya tersebut menyaksikan pertengkaran yang mungkin saja terjadi karena Arum belum bisa memaafkan dirinya.“Ardan bisa kau titipkan di sini.” Arya Suta mencoba memberi solusi. “Kalau untuk ibumu, kau bisa men
“Secara pasti saya tidak tahu di mana Queen berada, tapi … mungkin kau bisa mencoba untuk mencari di rumah neneknya,” ucap Eddy dengan suara yang bergetar karena rasa takut yang melingkupi dirinya.“Nenek?” tanya singkat Ageng yang merasa baru tahu jika Queen masih memiliki seorang nenek.Ancaman dari Ageng tampaknya berhasil menekan mental Eddy, hingga membuatnya mengungkapkan sesuatu yang sebernya masih berupa dugaan saja. Tetapi Eddy hampir yakin jika Queen akan mendatangi Kartika saat ini sebagai tempat pelarian.Selama ini Queen memang sudah hidup mandiri, tetapi untuk menghadapi masalah yang sangat berat dan rumit dengan Ageng, tampaknya Queen membutuhkan sosok lain untuk mendampingi dan melindunginya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih bisa Queen andalkan hanyalahEddy sadar jika dirinya adalah sosok ayah yang tidak bisa diandalkan oleh anak-anaknya. Menghadapi Ageng seorang diri saja Eddy sudah tidak bisa berkutik, bagaimana dia akan melindungi putrinya tersebut.“Ya, Qu
“Netizen maha benar, jadi kau bisa menggunakan kekuatan mereka untuk menekan suamimu.” Ari Nugraha memberi arahan kepada Queen. Selam aini cara-cara melibatkan simpati public selalu berhasil untuk memberi tekanan kepada pihak yang memiliki uang, kekuasaan dan juga jabatan.“Kau bisa membuat satu postingan di media sosial disertai beberapa foto sebagai bukti, ini berfungsi sebagai pancingan agar public tergerak hatinya. Masalah perselingkuhan dan KDRT itu sangat sensitive, Queen. Aku yakin hal ini bisa menjadi senjata yang ampuh untuk menghadapi suamimu dan keluarganya,” sambung Ari Nugraha memaparkan rencananya sebagai pengacara yang ditunjuk oleh Queen.Queen mendengus kasar lalu mengalihkan pandangannya. Menggunakan bantuan netizen sama saja menghancurkan reputasi perusahaan dan juga keluarga Wardana. Ini rasanya sangat berlebihan bagi Queen. Masalah yang dia hadapi saat ini hanya dengan Ageng sehingga dia tidak ingin melibatkan pihak lain yang tidak bersalah.Selama ini Queen meras
"Saya tidak bisa, Ma!" Ageng menggelengkan kepala untuk mempertegas keputusannya. "Saya sangat mencintai Queen, dan saya akan mempertahankan pernikahan saya bagaimanapun caranya.""Mau pakai cara apa lagi? Queen tidak mencintaimu, lalu apa yang akan kamu pertahankan dari pernikahan tanpa cinta seperti ini?" cecar Laras dengan nada penuh emosi.Sampai saat ini Laras masih sangat kecewa dengan Queen yang diam-diam memasang IUD di rahimnya. Bagi Laras apa yang dilakukan oleh Queen adalah sebuah kesalahan fatal yang tidak termaafkan."Jika dia mencintaimu, tentu dia akan dengan senang hati melahirkan anak-anakmu,” sambung Laras berharap bisa meyakinkan Ageng dan membuatnya mengubah Keputusan."Ma!" sergah Arya Suta sambil menggelengkan kepala memberi jika dia tidak sependapat dengan sang istri. "Anak-anak sudah dewasa, Ma! Biarkan mereka menentukan hidup mereka sendiri-sendiri, mereka sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi biarkan mereka menentukan apa yang menurut mereka ada
“Nenek rasa kalian butuh waktu untuk bicara berdua untuk menyelesaikan masalah dengan baik-baik. Apa pun nanti keputusan kalian, nenek harap kalian tetap bisa berhubungan dengan baik.”Ageng tertegun dan kecewa saat mendengar ucapan Kartika yang secara tersirat mendukung jika mereka berpisah. Pikiran buruk pun memenuhi benak Ageng, ada rasa takut, jika selama berada di rumah sang nenek Queen telah dicuci otaknya agar segera meninggalkan dirinya.Sementara itu Queen masih tetap diam, dia masih tidak percaya melihat Ageng sudah berdiri di hadapannya. Terasa seperti mimpi yang menjadi nyata, seperti harap yang telah terwujud. Bahkan untuk saat ini Queen sudah lupa tujuan awal dia meninggalkan Ageng, hingga membuatnya terdampar di rumah sang nenek yang sudah lama tidak dia kunjungi.“Nenek keluar dulu.” Kartika pamit undur diri, tetapi seperti masih ada hal yang mengganjal di hatinya dan harus dia ungkapkan di hadapan pasangan muda di depannya itu. “Bicarakan masalah kalian dengan baik-ba
Pada saat sang nenek dan juga sepupunya sedang cemas memikirkan keselamatannya, Queen justru sedang menikmati puncak kenikmatan bersama Ageng. Dengan tubuh yang bersimbah keringat, Ageng belum ada niat untuk menutupi tubuh bagian atasnya, dipeluknya dengan erat tubuh sang istri seolah jika longgar sedikit saja, Queen akan kembali meninggalkan dirinya.Begitu juga dengan Queen, dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Ageng. Queen terlihat begitu nyaman saat kulit tubuhnya masih menempel di tubuh Ageng. Dengan manja Queen menyandarkan kepalanya di dada Ageng sambil memainkan jemarinya di dada kekar tersebut. Dalam posisi yang seperti ini Queen bisa menikmati aroma tubuh sang suami dan juga mendengarkan irama detak jantung Ageng, Aroma parfum yang bercampur dengan keringat, terasa membawa kekhasan tersendiri pada tubuh Ageng.“Maafkan aku yang telah menyakitimu.” Dengan tatap mata yang nanar, Ageng mengusap lembut punggung Queen. “Atas semua kesalahan yang telah aku lakukan, aku har
Kartika berjalan beriringan dengan Ari Nugraha menuju ke mobil. Tiba-tiba perempuan sepuh itu ingin menginap di rumah cucunya, dengan alasan sudah rindu kepadan cicitnya. Tentu hal itu hanyalah alasan yang dibuat-buat oleh Kartika, karena sebenarnya dia hanya ingin memberi waktu kepada Queen dan Ageng untuk menyelesaikan masalah berdua.“Aku datang malah nenek pergi,” ucap Queen terdengar manja dan merajuk setelah mengetahui jika neneknya akan ikut Ari Nugraha.“Mumpung ada Ageng di sini, jadi nenek bisa puas- puasin main sama cicit. Nanti kalau sudah gede dikit sudah pada pergi dan lupa sama yang tua ini.” Secara tidak langsung Kartika mengucapkan keluh-kesahnya yang harus hidup sendiri, sementara anak-anak dan cucunya sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri.“Aku nggak, aku masih sering ke sini.” Ari Nugraha membantah ucapan sang nenek.Kartika mengusap lembut lengan Ari Nugraha, satu-satunya cucu yang masih sering mengunjunginya. Bahkan tiap akhir pekan mereka berkumpul, entah di