Niela adalah seorang gadis pekerja keras tanpa tujuan hidup setelah kematian ayahnya. Tak punya keluarga, tak punya sandaran, hanya memiliki diri sendiri sebagai tempat bergantung. Menjalani hidup yang kesepian, membuat Niela ber-impian memiliki seorang suami yang bisa berperan sebagai orangtua sekaligus teman cerita. Namun semuanya hancur ketika sosok suami yang diimpikan justru membenci dirinya setengah mati. Sang suami bahkan tidak takut membawa kekasihnya ke dalam rumah, tanpa peduli seberapa hancur perasaan Niela. Mengapa? Apakah sikap buruk suaminya itu akan berubah?
Lihat lebih banyakSeperti mendapat berita buruk, Niela mematung beberapa detik. Dia cemas setelah tahu identitas tamu tersebut. Ekspresi Kana juga terlihat dingin meski tidak berkata kasar. Mereka duduk berhadapan.Kana tersenyum miring ketika Niela tidak berani menatap matanya. Dia sudah memperkirakan situasi ini, bahwa hanya Niela yang ada di rumah sementara Kindly ada di perusahaannya. Kana menikmati seteguk minumannya kemudian bicara."Apa kau tidak nyaman?" Tanya Kana."Sedikit. Aku tidak biasa bicara dengan orang asing." Jawab Niela mengungkapkan isi otaknya. "Langsung saja, kau mau apa kemari?" Niela mendadak tidak mau terlihat lemah."Kau buru-buru sekali.""Kau sendiri yang bilang mau bicara hanya sebentar denganku.""Wah, berani juga kau." Remeh Kana dengan tatapan sinis. "Aku kira Kin menikahi wanita berkelas."Sungguh Niela bisa mencium bau busuk dari maksud kedatangan Kana. Wanita itu jelas ingin mencari masalah. Padahal Alika sendiri tidak pernah bersikap serendah ini."Apa pun yang kau k
Sebenarnya Niela sendiri belum percaya jika dia sanggup menjadi bagian dunia Kindly. Meskipun masih ada beberapa hal yang kadang membuat keduanya salah paham, tapi Niela bisa merasakan perubahan sang suami dari waktu ke waktu."Anda baru menyadarinya?" Tanya si pelayan yang membuyarkan lamunan sang nyonya. Wanita paruh baya itu tersenyum tipis seolah menggoda Niela yang sudah salah tingkah."He he he." Tawa Niela dengan wajah berseri. Tampak suasana hatinya sedang senang. "Aku mungkin terlalu fokus dengan diriku sendiri sampai lupa kalau Kin juga berjuang untukku.""Itu wajar karena kalian baru menikah. Saya ikut senang melihat kalian jadi akur begini." Mata pelayan itu sempat berkaca-kaca menyaksikan sendiri perbandingan prilaku Kindly saat awal menikah dengan sekarang. Namun dia segera menenangkan hati agar kesedihannya tidak ketahuan. "Saya benar-benar turut bahagia.""Terimakasih. Aku sangat menghargainya."Percakapan itu cukup menaikkan mood Niela menjalani hari. Dia lebih ceria
Tengah malam, Kindly terbangun karena deringan telepon. Dia melihat nama lalu perlahan berdiri agar tidak membuat suara yang mengganggu. Niela sempat menggeliat tak nyaman namun tidur lagi setelah punggunnya di usap sayang.Kindly menuju balkon kamar itu kemudian bicara. "Ada apa?""Tuan kami menemukan ada yang aneh."Dahi Kindly berkerut seketika. "Apa maksudmu?""Wanita yang terbakar itu ternyata kakaknya Lili.""Bukankah kakaknya ada di rumah sakit jiwa?""Tidak. Itu tidak benar. Lili mengarang semuanya. Kata beberapa saksi mereka berdua memang tidak terlalu akur."Kindly terdiam berpikir. Sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang dia kira. "Apa lagi yang kau tahu?""Kasus ini tidak sesederhana yang terlihat tuan. Banyak fakta baru yang melenceng. Pencuri itu juga keracunan makanan di penjara tadi setelah makan malam. Belum tahu apakah sengaja bunuh diri atau dijebak orang."Diracuni? Jika benar begitu maka sudah pasti ada rahasia yang sedang dijaga. Berarti ada pemimpin mereka
Kindly tersentak mendengar keributan sang istri. Panik melanda dirinya. Dia buru-buru membilas tubuh yang baru terkena sabun setengah bagian. Detakan jantungnya tak karuan kala menyambar bathrobe lalu berlari secepat mungkin ke sumber suara."Niel, Niel kenapa?" Serunya dari sebelum buka pintu kamar mandi sampai di hadapan orang yang di khawatirkannya."Aku menang, aku menang undian. Yuhuuu." Katanya dengan raut wajah penuh kegembiraan. "Ini, aku dapat bukunya. Hebat sekali." Sebuah buku bercover gelap di angkat ke dada dan dia peluk layaknya sebuah piala.Kindly tak berkutik di tempatnya. Jadi teriakan tadi hanya respon wujud senangnya? Bukan sesuatu yang berbahaya? Sungguh baru kali ini Kindly merasa di prank. Jeleknya itu terjadi saat mandi. Untung saja dia masih berpikir jernih untuk mengunakan bathrobe sebelum keluar. Badannya bahkan masih licin karena tidak dibilas betul."Kau berteriak karena buku itu?"Seperti bayi tak berdosa, Niela tersenyum senang mengiyakan pertanyaan sang
Sampai Kindly selesai makan, pikiran Niela tidak bisa jernih. Dia bingung mengahadapi sang suami. Respon yang diberikan ketika Kindly sesekali bertanya pun cuma dijawab sekenanya saja tanpa embel-embel tambahan. Padahal biasanya dia akan lanjut cerita pengalaman jika yang dibahas ada sangkut paut dengan dirinya.Namun perlakukan Kindly tadi menciptakan tembok baru di antara mereka. Niela tidak mudah bergaul. Dia sangat selektif memilah orang untuk sekedar berceloteh sedikit tentang masalahnya termasuk hal yang tergolong kecil sekali pun. Namun jika keluhannya dianggap sepele oleh siapapun maka dia akan menyortir sikap supaya lebih tetutup lagi."Niel?""Huh?" Kaget Niela saat Kindly menepuk pahanya. "Aku tanya apa kau yang buat dessert ini?" Ulang Kindly mengangkat mangkuk mini yang berisi dessert yang di maksud."Iya. Aku." Jawab Niela kaku.Kindly menyadarinya. Tapi memutuskan tidak di bahas sebab peka kalau sang istri sedang sensitif. Jadi dari pada lanjut memperbesar masalah, dia
Malam itu, keinginan Niela untuk melihat bintang dan pemandangan malam bersama sang suami terpenuhi. Meskipun harus memberikan pelayan sekali lagi sesuai permintaan Kindly. Sofa bed pun ditarik mendekati dinding kaca agar mereka bisa menikmati waktu sambil tidur. Setidaknya mereka berhasil terlelap meski butuh waktu sejam lebih. Keesokan harinya Niela bangun seorang diri di ruangan itu. Dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Artinya Kindly sudah mulai kerja. Saat berdiri, dia melihat sepasang baju miliknya yang sudah tersedia di atas kasur. "Wah, harusnya aku yang melakukan ini padanya." Kagum Niela sembari meraba baju yang di tertata rapi di sana. Dia tersanjung dimanja sebegitunya. Bahkan tidur nyenyaknya tidak di ganggu sama sekali. Dia pun berpikir harus melakukan apa untuk membalas. Rasanya malu sekali kalah telak melakukan tugas tersebut sebagai seorang istri, apa lagi jika sampai ketahuan Sena.Setelah mandi, Niela minta ijin pulang pada sang suami agar bisa mas
Tak mau menunjukkan perasaan malunya, Niela berusaha bertingkah biasa saja. "Cih, kau pikir aku percaya?""Mau bukti? Aku bisa melakukannya di sini." Kindly bangun dan menggeser bokongnya mendekati sang istri. "Kemari." Tangan nakalnya menarik pinggang ramping itu lalu mendaratkan kecupan kilat di pipi Niela.Niela refleks menahan wajah sang suami seolah takut diperkosa orang asing. "Hey, bukan begini Kin, aduh. Kenapa jadi mesum sih?" Ketusnya. Kindly menarik tangan Niela ketika wanita itu berdiri untuk menghindar. Kemudian sang suami melingkari pinggangnya dengan pelukan."Kenapa? Apa kau lupa aku suamimu? Justru kau durhaka jika tidak membiarkanku mengambil hak, dan sekarang aku memintanya." Kindly melayangkan kecupan bertubi-tubi di pipi, dahi, dan hidung sang istri."Ha ha ha." Niela pasrah. Mau sekuat apa pun dia melawan tidak akan mampu menandingi kekuatan sang suami. "Sudah, sudah Kin ku mohon."Teriakan Niela tak di gubris. Kindly semakin bernapsu tak tertahan. Dia lantas men
"Selamat sore tuan Kin." Sapa semua orang di sana. Wanita yang menyerang Niela tak bisa menyembunyikan ekspresi kaget campur takut. Mendengar lembutnya Kin memanggil Niela, sudah pasti hubungan mereka sudah lebih baik dari sebelumnya."Kin kakiku sakit." Keluh Niela memanfaatkan situasi. Kakinya memang sakit tapi biasanya dia malu untuk berlaku manja hanya karena ingin diperhatikan. Apa lagi mereka ada di tempat umum. Namun beda dengan hari ini, Niela sengaja memancing amarah Kindly untuk memanasi wanita sialan itu. Kindly menggendong tubuh Niela ke kursi yang tersedia. Lalu melipat 3 kali ujung bawah celana panjang Niela untuk di periksa. Tak ada yang berani bersuara ataupun bergerak lebih."Kenapa sampai merah begini? Apa kau jatuh?" Tanya Kindly khawatir. Niela pun diam hanya menunduk. Dia memang ingin menghukum wanita itu tapi dia tidak mau terkesan anak kecil yang langsung mangadu. "Niela? Hey aku tidak marah, hanya bertanya." Kindly meraih wajah Niela mengusapnya lembut lalu m
"Gunakan pakaian tebal, cuacanya cukup dingin." Ucap Kindly ketika Niela melewatinya saat berjalan ke walk in closet. Wanita itu baru selesai mandi dan masih menggunakan bathrobe."Iya." Sahut Niela sembari berlari kecil memegang kuat ke-2 sisi bathrobe yang tak terikat karena buru-buru."Hati-hati!" Seru Kindly melihat telapak kaki sang istri basah bahkan tidak memakai alas kaki.Hujan kembali jatuh hari ini dan cukup berangin. Padahal pagi tadi tampak cerah disinari matahari. Niela pun memaki diri sendiri sebab bangun telat. Dia sadar akan kesalahannya jadi sudah siap kena marah. Namun Kindly justru membantunya mengambilkan mantel hangat untuk menghemat waktu. Jika sudah begini, Niela ingin melakukan suatu hal yang sama untuk sang suami meski dalam kategori berbeda.Di dalam mobil, Niela hanya diam demi menghormati percakapan Kindly bersama koleganya lewat ponsel. Selesai satu di ganti yang lain lagi. Pria itu juga sangat fokus pada layar tabletnya mengamati tulisan-tulisan word dan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.