Sesaat setelah Maven kembali kerumah, Radi langsung menanyakan perihal pelayarannya kali ini, setelah dua bulan mereka tak pernah berbincang sedikitpun.
"Bagaimana dengan pelayaranmu kali ini?"
"Lumayan melelahkan, ombak Februari masih terbilang tinggi,'' Maven menjawab seadanya.
"Apa kamu mau menikah?"
Pertanyaan Radi begitu mendadak membuat Maven terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan cepat, "yah"
"Baguslah, umurmu sudah masuk dua puluh lima tahun, Ayah harap kamu sudah cukup matang untuk menikah"
"Tapi, aku belum punya apa-apa."
Lima baris kursi telah disiapkan keluarga Samos untuk menyambut kedatangan Maven beserta keluarganya, senyum mengembang di setiap insan yang berada disana.Desas-desus gadis seratus juta menjadi buah bibir hangat bagi ibu-ibu bermulut besar di kampung itu."Kau tahu? Gadis itu dilamar lagi!""Yah, aku juga mendengar itu, lebih nya mereka menyiapkan uang seratus juta full!!!""Kasihan sekali, mereka tak tahu bahwa gadis itu sudah tak suci."Obrolan-obrolan panas yang dibuat wanita-wanita kampung di sela-sela ramai dan khidmat nya acara lamaran Rona
"Bawa ini ke depan ! " Nam mengangkat nampan berisi teko alumunium yang penuh beserta gelas-gelas kaca beraksen phoenix nan indah.Kemarahan yang tak dapat dijelaskan dari malam sebelumnya bahkan pada dirinya sendiri tiba-tiba membuncah, Rona menyentak nampan yang ada pada ibunya, memasang wajah tak senang kemudian beralih menjadi senyum dibuat-buat seketika saat melewati pintu dapur.Bayangan wajahnya di teko, terlihat bengkak setelah semalam suntuk pikiran gelisah mengambil alih jam tidurnya, Mata coklat pekat nya dihiasi gurat-gurat merah, sebuah perasaan antiklimaks yang membuat Rona sedikit canggung berhadapan dengan lelaki gendut ber
''Apa kamu memiliki cukup tabungan dan keberanian untuk melarikan diri dari rumah, Apa kamu siap dengan segala konsekuensi yang akan kamu terima nanti Rona ? Gejolak batin Rona seketika menguasai alam bawah sadarnya, salah satu pertanda buruk bagi disentri perutnya.Tumpukan baju berserakan di seluruh penjuru kamar, tampak seperti terjadi pelelangan baju di tempat itu, dia tersenyum saat memikirkan kebahagiaan yang akan di jalaninya bersama Gavin, lelaki tegap itu telah menghilangkan setengah dari kewarasannya. Dia telah membuat janji tiga puluh menit lalu, nomor ponsel Gavin yang tak dimilikinya membuat ia harus memohon kepada Rena untuk menyampaikan pesannya kepada Gavin."Kata nya iya, kita bertemu di depan balai desa, hari ini hari Rabu, tidak banyak orang disana, kita d
Sementara itu, Nam bergerak cepat menuju rumah Samos, perasaan nya tak tenang. Setelah menunggu cukup lama Nam akhirnya berkata, "Kenapa Rena dan Rona belum pulang juga?" Mimik serius yang diperlihatkan Nam terlihat menahan geram, perasaan tak enak yang mengganjal perut dan dadanya menjadi kenyataan, ia tak sepenuhnya percaya pada Rona dan Rena. Keputusan untuk menghampiri rumah Samos adalah hal tepat yang dia lakukan.Sora mengintip dari balik bilik papan, memperhatikan gerak-gerik diluar yang semakin gelap,memperlihatkan kedua bola matanya yang coklat dan pekat tertimpa sedikit cahaya lampu, ia tampak seperti predator yang mengintip mangsanya."Ayah, Ibu… Rona hilang!" Rena tergopoh-gopoh berlari pincang, menarik napas kemudian membuangnya lagi dengan begitu cepat sehingga terdengar seperti orang yang hampir sekarat, d
Hening, tiada percakapan yang terdengar di ruang keluarga Samos, paman Rona memaki dalam diam kelakuan keponakannya itu sudah melewati batas, tak ada tanda-tanda akan dimulainya percakapan.''Kita tak bisa berdiam diri seperti ini, Rona bisa saja pergi lebih jauh lagi," Nam membuka suara di antara dominasi suara kipas yang menderu dan jangkrik kedinginan."Kita akan mencari kemana? Kamu bahkan tak tahu Rona ada dimana!" Sora memecah suara terdengar seperti lengkingan yang tertahan."Ini semua kesalahan putrimu, seandainya saja dia tak mengajak Rona kesini, tidak mungkin Rona memiliki kesempatan untuk pergi." Nam tak sabar lagi."Kau bilang kesalahan Rena?" Sora mengerang. "Jika putrimu tau tata krama dan
Pagi sekali mereka bersiap, bahkan kokok ayam pun belum terdengar, Sora sibuk mengurus Samos yang tak dapat memilih baju apa yang pantas dipakai ke kota besar.Rena bersolek di depan cermin segiempat kecil yang ada di kamarnya, selalu menyenangkan baginya untuk bepergian jauh dan membayangkan betapa hebatnya diluar sana, di luar desanya yang begitu membosankan."Sudah jam berapa ini, kita bisa terlambat menemukan Rona!" Sora berteriak kepada seisi rumah, sedang Nam terduduk dalam keheningan, entah sejak kapan dia duduk di kursi ramping itu, matanya sembab akibat tak tidur semalaman dan terus saja meneteskan air mata.Meskipun keluarga mereka memiliki sebuah mobil tetapi sangat jarang mereka gunakan, pandangan sinis para tetangga membuat mereka sedikit cangg
Rona menghabiskan makanannya dengan lahap, pandangan mata Gavin yang hanya tertuju padanya membuat Rona memasang muka penuh tanya. Pelabuhan saat ini benar-benar sesak dan penuh."Ada apa?" Rona menaikkan alisnya mendapati Gavin tak henti-hentinya memandangnya"Tidak apa-apa, aku bahagia bisa bersama kamu seperti sekarang," Gavin berkilah sembarangan, akan tetapi di dalam lubuk hatinya ada sesal yang begitu besar, bisa saja dia tak dapat membahagiakan Rona, atau bisa saja Rona menderita karena ikut bersamanya.Setelah berjam-jam tak membuahkan hasil sedikitpun, Samos memasang muka datar namun kecewa, tak ada jawaban kemana perginya Rona. Rasa gelisah yang tertahan di hati Nam dan Sora membuka pikiran Rena sedikit, dia sedikit bersimpati dengan apa yan
Di tempat lain, Mateo mengangkat tangan dengan gestur putus asa sekaligus naik darah, gadis yang beberapa hari lalu ia pinang, melarikan diri bersama pria lain, amarah yang membuncah di ubun-ubun Mateo dia lepaskan dengan satu pukulan keras pada tembok rumahnya."Kita batalkan saja rencana pernikahannya!" Giri membuat suasana bertambah panas dan tak menentu."Tentu saja, gadis itu telah mempermalukan aku," Mateo mengepal tangannya. "Bagaimanapun juga dia harus menerima ganjarannya.''Bagian yang tak bisa hilang dari pandangan adalah Mateo seseorang yang berkuasa di desa itu, barang tentu akan memalukan Rona dengan sangat keji.Desas-desus tentang Rona yang lari bersama pria menjadi berita terhangat