Share

Kebiadaban

Tiga bulan berlalu, kondisi Alea semakin memburuk. Selama tiga bulan ini, Fiona meminta dokter untuk mencekoki Alea dengan obat halusinogen.

Para dokter pun sudah tidak lagi peduli dengan efek samping dari obat yang mereka berikan. Mereka hanya menjalankan perintah dari Fiona yang ingin melihat Alea tersiksa dan mati secara perlahan.

"Tidak! Papah … jangan tinggalkan Alea! Jangan pergi!"

Alea meraung seraya menangis histeris. Dia mencakar-cakar lantai hingga membuat kuku jarinya terluka dan berdarah.

Nampak, rambut Alea acak-acakan dengan luka lebam yang menghiasi wajahnya. Ada beberapa luka sayat di leher dan tangan Alea, serta terdapat kantung mata hitam disekitar matanya yang bengkak, akibat terlalu banyak menangis. Kondisi Alea benar-benar memprihatinkan. Dia sudah benar-benar kehilangan akal.

Bayangan saat ayah dan bayinya yang meninggal terus menghantui Alea hingga membuatnya tidak bisa lagi mengenali Carlos sebagai suaminya.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku? Kenapa keadaannya tidak kunjung membaik?"

Carlos memperhatikan istrinya dari luar kamar. Tatapannya meredup melihat Alea yang terus melukai diri sendiri. Hampir setiap hari selama tiga bulan, Alea mencoba bunuh diri. Carlos iba melihat tubuh cantik istrinya yang dipenuhi luka.

"Apa tidak ada cara untuk membuat Alea sembuh?" Carlos berpaling menatap Alex.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin," jawab Alex seraya menunduk.

Tentu saja, pria itu tidak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Bukannya Alea tidak bisa sembuh. Hanya saja, Alea memang sengaja dibuat gila.

Obat yang Alea konsumsi membuatnya terus terbayang dengan kejadian buruk yang menimpanya. Bayangan itu terus berputar dan berulang dalam bentuk halusinasi. Menyiksa Alea secara mental. Sayangnya, Carlos tidak mengetahui hal tersebut.

"Aku ingin bersama istriku, pergilah!" titah Carlos.

Alex mengangguk. Dia pun pergi meninggalkan ruang rawat Alea. Carlos melangkah memasuki ruangan berjeruji besi tempat istrinya berada. Dia menghampiri Alea yang sedang duduk di atas lantai.

"Sayang … jangan seperti ini. Kamu membuat kuku cantikmu terluka." Carlos meraih tangan Alea yang terus mencakar lantai.

Alea menatap Carlos dengan tatapan kosong. Matanya terus mengeluarkan air mata.

"Bayiku … berikan bayiku! Kenapa kamu menyakiti bayiku?"

Tanpa diduga, Alea histeris. Dia memukuli tubuh Carlos tanpa segan. Alea bahkan menggigit tubuh pria itu.

Carlos tetap tenang. Sudah biasa menghadapi kemarahan istrinya. Carlos sadar, keadaan Alea disebabkan oleh perbuatannya sendiri, karena sudah melukai hati wanita yang dicintainya.

"Sayang … aku janji akan membawakan bayi untukmu. Sebentar lagi, dia akan datang. Tenanglah!" bujuk Carlos.

Satu hal yang baru Carlos sadari, setelah melihat Alea hidup dalam kegilaan, perasaan cintanya pada Alea.

Tidak Carlos pungkiri, tujuan awalnya menikahi Alea karena harta. Tapi cinta sudah tumbuh di hati Carlos tanpa bisa dicegah. Dia pun tidak bisa melepaskan Alea bahkan setelah berhasil mendapatkan hartanya.

"Tuan, ini bayi yang anda minta."

Seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu. Nampak, pria itu menggendong seorang bayi laki-laki. Carlos meminta pria paruh baya tersebut untuk mendekat.

"Sayang, coba lihat! Ini bayi yang kamu inginkan." Carlos memegangi tangan Alea. Berjaga-jaga agar Alea tidak menyerang bayi di hadapannya.

Selama dua bulan terakhir, Carlos berusaha memberikan bayi yang Alea inginkan. Dia membawa bayi yang seumuran dengan bayi Alea yang sudah meninggal. Carlos harap, bayi-bayi yang dibawanya akan merangsang kesadaran Alea. Namun sayang, hingga sekarang belum ada satu bayi pun yang Alea suka. Alea menolak bayi-bayi yang Carlos tawarkan.

"Penipu! Itu bukan bayiku! Kembalikan bayiku! Bayikuuuuu!" Alea semakin histeris.

Carlos menatap tajam pria paruh baya di hadapannya. "Dasar tidak berguna! Bawa bayi itu pergi!"

"Baik Tuan!" Pria paruh baya itu pun keluar dari ruang rawat.

Carlos memeluk Alea yang mengamuk. "Sayang, bayi seperti apa yang kamu inginkan? Aku tidak bisa memberikanmu bayi kita karena dia sudah meninggal."

Suara Carlos terdengar bergetar. Bingung bagaimana membuat istrinya sadar dari ketidakwarasannya.

"Bayiku. Berikan bayiku. Dia pasti lapar, aku ingin menyusuinya." Alea meremas-remas dadanya. Nampak, air ASI membasahi baju yang pakainya.

Selama tiga bulan ini, walau Alea tidak memberikan ASI-nya. Tapi, air susunya masih tetap keluar. Dan saat dadanya terasa keras, Alea pasti histeris meminta anaknya. Dia ingin memberikan ASI pada bayinya.

"Sayang, cukup! Jangan begini! Kamu hanya melukai diri sendiri."

Carlos menahan tangan Alea yang masih meremasi dada. Rahang Carlos mengeras saat merasakan benda bulat dan kenyal milik Alea yang tersentuh oleh tangannya.

"Cukup sayang! Jangan meremasnya lagi," cegah Carlos.

Napas Carlos memburu melihat pakaian bagian depan istrinya yang semakin basah. Dalam keadaan seperti ini, Carlos selalu tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak menyentuh Alea.

"Cepat bawa bayiku! Aku harus menyusui bayiku!" isak Alea. Hatinya pedih merasakan dadanya yang sakit karena air susunya penuh. Alea yakin, saat ini bayinya sedang kelaparan.

"Sayang … aku tahu kamu kesakitan. Biar aku membantumu."

Carlos membuka kancing baju pasien Alea. Mengeluarkan benda bulat indah milik istrinya. Kemudian menyesapnya secara bergantian, mengosongkan air susu yang seharusnya hanya diberikan pada bayinya.

"Tidak! Lepas! Jangan!"

Alea berontak. Mencoba melepas diri dari Carlos. Namun percuma, birahi Carlos sudah mencapai ubun. Kecantikan Alea membuat Carlos berhasrat pada istri tidak warasnya.

"Sayang … kali ini aku akan memberimu anak. Kita pasti akan memiliki bayi lagi. Maaf, aku harus memaksamu seperti ini."

Tanpa ragu, Carlos mulai melucuti pakaian istrinya. Tidak peduli Alea menolak dan memukulinya, Carlos tetap memaksanya.

Satu hal yang Carlos harapkan dari persetubuhannya, Alea hamil. Dan kehamilannya bisa membuat Alea kembali sadar. Carlos tidak peduli walau harus memperkosa istrinya sendiri.

"Argh! Sakit! Hentikan! TIDAK!"

Alea menjerit histeris saat Carlos menyatukan dirinya. Memacu cepat tubuh Alea sambil menikmati air susu yang masih keluar dari pucuk dadanya. Pria itu terlihat menikmati persenggamaannya, berbeda dengan Alea yang terus menjerit kesakitan.

"Sayang … sedikit lagi!" Carlos hilang akal. Dia memacu tubuhnya semakin kencang.

Alea pun hanya bisa menangis sesenggukan dengan tubuh yang terguncang-guncang.

Di luar ruangan, banyak orang yang mendengar jerit tangis dan teriakan kesakitan Alea. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang menolong. Telinga mereka seakan tuli. Mereka memilih untuk tidak peduli.

Kekuasaan Carlos membuat mereka takut. Apalagi mereka tahu Carlos dan Alea suami istri. Akhirnya, mereka memilih diam dan pura-pura tidak mendengar kebiadaban yang Carlos lakukan pada istrinya.

"Shit! Terima ini sayang. Aku yakin, kali ini kita akan memiliki bayi lagi," erang Carlos saat melepaskan cairan nikmatnya.

Menjijikkan. Andai Alea sadar. Dia pasti sudah membunuh suaminya. Namun sayangnya, Alea hanya bisa terisak sambil memeluk tubuh polosnya. Dia bahkan tidak sadar, dirinya sudah dilecehkan.

"Sakit," lirih Alea, terisak.

"BRENGSEK! Dasar wanita gila sialan!"

Tanpa Carlos dan Alea sadari, Fiona berdiri di depan pintu kamar. Menyaksikan pergumulan mereka. Nampak, perut Fiona membuncit karena kehamilannya yang sudah menginjak usia empat bulan.

"Kurang ajar! Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi! Seharusnya, wanita itu yang melihat suaminya bermesraan denganku. Bukan sebaliknya," desis Fiona. Tangannya terkepal erat, marah pada Alea dan suaminya yang sedang memadu cinta.

"Alex, carikan obat yang bisa mengendalikan wanita itu. Aku ingin membawanya pulang ke rumah. Jika seperti ini, Carlos akan terus pulang ke sini dan melupakan aku yang menunggunya di rumah," titah Fiona.

Sebenarnya, tujuan Fiona datang ke rumah sakit untuk menjemput suaminya. Sudah dua hari Carlos tidak pulang ke rumah, karena lebih memilih menemani Alea di rumah sakit jiwa.

"Tapi nyonya, apa tuan Carlos akan setuju?" Alex ragu dengan permintaan Fiona.

"Setuju atau tidak setuju. Aku akan membuat wanita itu berada di dekatku. Dengan begitu, aku bisa memantau hubungan mereka." Rahang Fiona mengeras. Giginya bergemeletuk. "Aku tidak akan membiarkan wanita itu hamil, Apalagi memiliki anak dari suamiku."

Fiona menyeringai. Matanya menatap Alea dengan penuh kebencian. Tidak ada sedikitpun rasa iba dari Fiona untuk anak tirinya.

"Carlos, kamu boleh saja menggauli wanita gila itu. Tapi jangan harap, ke

inginanmu mendapatkan anak dari Alea akan terwujud. Aku akan membuat Alea mandul. Tidak bisa memiliki anak untuk selamanya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status