~~**~~
Merenung sendiri di dalam apartemen Alex membuat Renata semakin meresapi kemalangannya. Ibunya, ayahnya, dan adiknya, sama sekali tidak ada yang peduli dengannya. Sudah ia buka beberapa kali chat dalam ponselnya namun sekali tidak ada dari pihak keluarga yang mencarinya atau memintanya untuk pulang.
“Setega itu kalian semua padaku. Tidak inginkah kalian mendengarkan penjelasanku?” menggumam Renata dalam kesendiriannya.
“Aku pulang!” ucap Alex yang baru saja memasuki rumah di jam 9 malam. “Nona, kau belum tidur? Ini sudah malam.”
Alex duduk sembari melepaskan jasnya dan dia mengamati Renata yang masih meringkuk seperti melindungi perutnya. Wanita itu terus menangisi keadaannya.
“Lex, bisa kau berhenti memanggilku dengan sebutan nona? Aku bukan nonamu lagi, aku sekarang hanya orang yang menumpang hidup padamu,” ucap Renata dengan berlinang air mata.
Fakta bahwa dirinya saat ini bisa hidup layak adalah karena rasa tanggung jawab Alex membuat Renata merasa begitu rendah. Dia merasa tidak pantas lagi untuk dipanggil sebagai nona.
Alex, dia mengerti keadaan mantan majikan yang saat ini sudah berubah menjadi istrinya itu.
“Lalu, seperti apa aku harus memanggilmu Nona?” tanya Alex yang terlalu terbiasa dengan panggilan nona.
Renata duduk dan menatap sendu Alex dengan manik matanya yang basah. “Rena saja. Panggil aku Rena saja. Aku bukan majikanmu lagi. Jadi jangan panggil aku Nona.”
Rena mengusap air matanya dengan ujung lengan hoodienya. “Belum nanti jika anak kita lahir apa kau terus akan memanggilku dengan panggilan nona? Aku rasa anak kita akan kebingungan.”
“Jangan bersedih lagi ya, kita hadapi ini bersama.” Alex memberanikan diri mendekat dan merangkul pundak Renata.
Renata dengan manik yang basah menatapnya nanar. “Kau berani merangkulku?”
“Katamu kau bukan majikanku lagi, dan di sini kau adalah istriku bukan? Jadi apa salahnya?” Alex dan Renata saling tatap dan keduanya merasakan debaran yang sama.
“Maafkan aku ya sudah menjadi bebanmu, belum lagi dengan anak ini.” Renata mengusap perutnya.
Alex memeluk erat Renata dan tidak bisa dipungkiri, ada debaran aneh dalam dirinya yang juga turut bersedih saat itu. Hatinya merasa dia yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi.
“Tidak ada yang namanya beban, kalian berdua tanggung jawabku.”
Tidak ada yang tahu tentang bagaimana perasaan Alex terhadap Renata selama ini. selama bekerja di keluarga Harisson, selama dia menyelinap dan berhasil masuk, dari awal pertemuan Renata sudah berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Hanya saja Alex menyimpan perasaan tersebut dengan sangat rapi sehingga siapapun tidak ada yang bisa menyadarinya.
~~**~~
Renata masuk ke dalam kamarnya setelah dirasa cukup berbincang dengan Alex dan membicarakan rencana mereka kedepannya termasuk menemukan dalang dari kehancuran itu. Alex berjanji, dia akan menemukan orang yang dengan sengaja membuat mereka melakukan hubungan terlarang sebelum adanya ikatan pernikahan tersebut.
Renata, dia tidak mau terus-terusan terpuruk. Dia berusaha untuk bangkit dan memupuk semangatnya sendiri. Dia sadar benar setelah terbuang dari keluarga Harisson, satu-satunya orang yang amat sangat mencintai dirinya adalah dirinya sendiri.
“Setelah kalian membuangku, menutup telinga atas kesalahan yang bahkan sama sekali tidak kusengaja. Aku tahu dan sadar benar bahwa selain diriku sendiri, tidak ada yang benar-benar mencintaiku.”
Sementara itu di dalam kamarnya, Alex tengah dilanda kegalauan. Dia berbaring dengan pikiran kacau. Berada satu rumah dengan istri tetapi tidak bisa menyentuh atau tidur bersama membuatnya merasa frustasi.
“Aku suaminya ‘kan? Tapi mengapa dia menolak untuk tidur denganku? Semuanya sudah terjadi dan malam itu ... oh, ini aneh sekali, dia saja benar sampai hamil. Tapi sekarang malah menolakku?” Alex menunjuk hidungnya dia bermonolog dengan penuh emosi.
“Aku kepala rumah tangga, seharusnya aku tegas bukan? Tapi untuk berdebat dan mengatakan ini ....” Alex menggumam dan dia meluapkan kekesalannya dengan memukul-mukul bantal dan mengacak-acak sprei. Dia sendiri tidak yakin dengan keberaniannya menghadapi kemarahan Renata.
Ponselnya berdering, sebuah panggilan masuk dari Rio.
“Bos, malam ini kita ada pertemuan. Apa Bos lupa?” kata Rio.
Alex terhenyak dan dia langsung duduk dan menatap jam tangannya. Ia menggosok wajahnya frustasi. “Ah, sial. Baik, katakan kepada mereka semua tunggu aku 20 menit lagi.”
“Siap!” sahut Rio sigap.
Alex keluar dari kamarnya bersamaan dengan Rena yang juga keluar dari kamarnya. Mereka saling bertatapan beberapa saat dan terdiam.
“Kau akan pergi?” tanya Rena kepada Alex yang sudah berpenampilan rapi lengkap dengan setelan jas hitamnya.
“Iya, ada tugas dadakan. Kali ini yang kukawal putri kecil, dia masih remaja dan malam ini ayahnya memintaku mengantarnya ke rumah temannya. Tidak akan lama, hanya memastikan anak itu sampai di rumah temannya dan tidak pergi ke mana pun.”
Renata mendekat dengan membulatkan matanya. Wanita itu memang takut sendirian. Dia suka menyendiri tetapi dengan beberapa orang di ruangan berbeda darinya. Kalau untuk benar-benar sendiri, dia tidak seberani itu.
“Alex, jangan lama-lama. Kau tahu aku takut sendirian kalau malam begini,” ucap Rena dengan manik matanya yang membulat dan Alex tak kuasa membantah permintaan wanita tersebut.
“Ah, caranya menatapku selalu saja membuatku luluh.” Alex mengangguk. “Iya, aku akan segera pulang Non ... em ... Rena.”
“Cepat pulang ya, aku tunggu!” seru Rena mengantarkan kepergian Alex yang menghilang di balik pintu.
~~~**~~~
Di tempat rapat.
“Cepat katakan informasi penting yang kalian dapatkan!” titah Alex kepada orang-orang kepercayaannya yang duduk di meja panjang nan mengkilap.
“Sabar Bos, ini tentang keluarga Harisson dan rahasia mereka 8 tahun lalu. Ada kemungkinan tuan Harisson yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi karena dia dan tuan besar sempat berada di ruangan yang sama satu jam sebelum tuan besar meninggal.” Rio menyampaikan.
Alex terdiam, dia menatap Rio dengan tatapan dingin mengintimidasi. “Apa itu benar?”
“Kalau benar seperti itu apa artinya aku benar-benar menikahi anak pembunuh ayahku?” batin Alex yang terdiam memikirkan segala kemungkinan yang ada.
Setelah rapat itu, Alex pulang dengan pikiran kacau. Dia sempat berhenti di pinggir jalan dan membeli sekaleng bir. Hatinya gundah setelah melihat rekaman CCTV dan melihat bahwa tuan Harisson memang berada di ruangan yang sama dengan tuan August Salim, ayah Alex sesaat sebelum ajal menjemputnya.“Kemungkinan itu memang ada, dari beberapa rekan ayah mereka mengatakan bahwa tuan Harisson memang kerap berselisih paham dan bersaing tentang tender. Tapi aku sama sekali tidak menyangka jika dia yang taat ibadah akan melakukan hal sekeji itu terhadap ayah.”Alex Salim, tidak ada yang begitu mengenalnya, sebab Alex adalah anak dari pernikahan pertama yang ditolak oleh keluarga besarnya. Namun, kejadian tragis di mana ayah beserta istri dan anaknya mengalami kecelakaan dan meninggal secara bersamaan membuat pengacara keluarga bekerja keras mencari keberadaan pria petualang itu.Alex dan ibunya, mereka semula tinggal di kota lain dan hidup damai setelah berpisah dengan ayahnya, August Salim. Pe
“Rena, jangan pergi Rena! Rena!” teriak Justin yang terbangun dari mimpinya. Dia terhenyak begitu saja di saat jam masih menunjukkan pukul 02 dini hari.Di sampingnya, seorang wanita sudah duduk dengan tangan yang bersedekap dan menundukkan kepala lengkap dengan isak tangisnya. Dia Derina, wanita bermuka dua yang sudah berhasil merebut kebahagiaan Rena. Dia memang berhasil memiliki raga dari lelaki kesayangan Rena namun tidak dengan hatinya.“Justin, apa tidak bisa kau mengkondisikan igauanmu itu? Dari semenjak kita menikah kau terus saja setiap malam mengigau memanggil nama Rena. Apa dia kurang sadis menyakiti perasaanmu sehingga kau tidak bisa melupakannya?” tukas Derina dengan kemarahan yang memuncak di kepala.Justin menoleh cepat dan dia menatap sinis Derina. “Apa lagi yang kau harapkan dari pernikahan ini Derina? Tidak ada yang bisa diambil baiknya dari pernikahan ini! Kau hanyalah istri pengganti tidak lebih! Jadi jaga batasanmu!” tukasnya.“Hemh, sekarang kau meremehkanku? Ist
Kamu CantikMenatap sinis seorang laki-laki kepada wanita yang tengah duduk di belakang meja kasirnya. Rena tengah bekerja dan Rio bersama Hera sedari tadi memperhatikannya."Ah, rasanya seperti menyimpan bom waktu saja.""Ini karena Bos besar mempercayakan istrinya untuk kita jaga Bos Rio," sahut Hera tiba-tiba yang membuat Rio terkejut."Aish! His! Ku bom juga kepalamu ini nanti. Seenaknya saja mengganggu. Aku sedang fokus tadi." Rio mendengus kesal.Hari ini Rena bahkan datang diantar oleh Alex yang menitipkannya kepada Rio dan Hera untuk menjaganya dengan baik. Keduanya merasa memiliki beban yang berat atas tugas dan misi tersebut. Mereka harus membantu Alex menyembunyikan jati dirinya. Anak dari seorang August saingan dari tuan Harisson.Berdering ponsel Rio dan dia kembali tersentak kaget. Dia sampai memegangi dadanya dan menggeleng cepat. Mengusap wajah yang sempat menegang."Ada apa lagi Bos Alex me
“Aku harap setelah ini kau lebih bisa menerima dan menjalani kehidupan ini. Meskipun kau belum siap memilikinya, namun aku akan tetap bertanggung jawab dan akan terus menjaganya. Katakan padaku kalau kau benar-benar tak menginginkannya. Setelah dia lahir nanti, jangan sia-siakan dia, kalau kau tak mau, berikan saja padaku, aku ayahnya.” Alex berbicara dengan nada dingin dan datar sembari melepaskan sepatunya sedangkan Rena berdiri di ambang pintu tepat setelah mereka memeriksakan kandungan. Perasaan Rena kacau, dia belum siap dengan janin yang tumbuh semakin besar dalam kandungannya. Bahkan janin itu kini sudah menginjak 3 bulan. Tadi dia melihat janin itu berbentuk seperti gumpalan da
"Ap–apa, kau alergi bunga?" Rio bertanya dengan matanya yang membulat sempurna bahkan nyaris melompat dari tempatnya."Tap–tapi, kata Alex pernikahan impianmu adalah menggunakan tema garden party. Bukankah dengan tema seperti itu akan melibatkan banyak bunga?""Bunga dalam rancangan dan angan-anganku itu adalah bunga palsu, hidungku tidak bisa dibohongi berdekatan sebentar saja sudah bisa membuatku bersin. Aku mempunyai alergi serbuk sari, " terang Rena dengan sejujurnya.Alex sendiri bahkan tidak mengetahui tentang fakta tersebut. Satu hal yang diingatnya adalah Rena yang selalu memakai masker setiap kali ada kelas melukis tanaman.Alex tidak tahu jika Rena mempunyai alergi dan sekeras itu dia terus berusaha menghargai dan melakukan keinginan ayahnya.Melukis sebenarnya bukanlah bakat yang ingin Rena dalami. Akan tetapi tuan Harrison sangat menginginkan Putri cantiknya it
Seharian, Rena bekerja dengan nyaman. Rio dan Hera, keduanya menjaga dengan baik istri bos mereka. Sama sekali tidak ada yang membuat kesulitan. Hanya saja sesuatu yang tidak diharapkan justru terjadi saat jam pulang kerja.Alex menjemput Rena seperti biasa. Dia datang ke resto & cafe miliknya. Alex tidak pernah menyangka jika Justin rupanya sudah mengintai Rena sampai sejauh itu. Justin menunggu Rena di depan cafe.“Sudah selesai? Ayo mari kita pulang,” kata Alex sembari membawakan tas Rena.Sikapnya begitu lembut layaknya suami yang begitu mencintai istrinya. Sikap yang begitu alami tanpa ada sesuatu yang dibuat-buat. Perhatian dan sikap manisnya ia tunjukkan dengan sepenuh hati. Namun Rena, dia masih belum mau membuka hatinya meski
"Siapa yang bilang kau orang ketiganya? Kau suamiku," ralat Rena yang duduk dan memasang sabuk pengaman dan menatap ke luar jendela. Alex terdiam, dia sesekali melirik memandang Rena, menelusuri garis wajah cantik yang selama ini hanya bisa dikaguminya. "Sejujurnya, aku tidak memahami pola pikirmu. Malam itu, malam itu kau menciumku. Tapi sekarang kau menempatkan dirimu sendiri sebagai orang ketiga dalam hidupku. Aku tak pernah menempatkan mu sebagai orang ketiga." "Tapi aku masih bisa melihat pancaran rasa cintamu kepadanya. Kau sangat mencintainya Rena," ujar Alex sembari menahan ledakan amarah dalam dirinya. "Kalau dia benar-benar mencintaimu seharusnya dia tidak terpengaruh dengan kejadian malam itu dan mencoba untuk mencari tahu. Tapi apa? Dia justru ikut menghakimi." Alex kembali mengingat peristiwa yang memalukan itu. "Dia hanya terbawa emosi. Bayangkan saja jika kau yang ada di posisinya." Rena terkesan membela Justin.Alex seketika membuang pandangan, mendengar pembelaan
Bagian 13~~~*~~~“Seharusnya kau lebih berhati-hati,” ucap Hera ketika mengantarkan Rena pulang.“Iya, aku merasa kurang fokus hari ini, entahlah. Maafkan aku ya sudah merepotkan kalian,” kata Rena ketika dia turun dari sepeda motor Hera dan melepaskan helmnya. Rena berjalan masuk ke dalam apartemen dengan perasaan yang kacau. Pertengkaran dengan Alex nyatanya membuatnya kehilangan fokus dalam bekerja hingga membuat tangannya terluka.Entahlah, perasaan apa itu Rena pun tidak ingin tergesa-gesa memutuskan. Sedangkan sebelah sisi hatinya sebenarnya masih dipenuhi oleh nama Justin.Di satu tangannya dia membawakan kue untuk Alex, Rena berharap hari ini dia mempunyai kesempatan untuk bisa memperbaiki suasana dengan suaminya itu. Ayahnya, dari dulu selalu mengajarkan tentang bagaimana sikap saling menghargai antar suami istri. Beberapa kelas pembinaan sebelum berumah tangga pun sempat diikuti, Rena hanya perlu sedikit niat untuk berubah dan menerapkan pelajaran yang pernah diperoleh.