Saat Jonathan sedang berpikir keras untuk masalahnya, tiba-tiba pintu diketuk oleh seseorang.
Tok Tok Tok
Dengan malas Jonathan bangkit dari sofa. Ia masih duduk di sana dengan rambut yang masih acak-acakan setelah tiduran.
"Sudah kukatakan saya ingin beristirahat. Mengapa masih ada yang mengetuk pintu?" ujar Jonathan dengan nada tinggi.
Dikira yang datang adalah sekretarisnya.
"Mengapa kamu marah-marah Jo?" tanya papanya.
"Lho mengapa papa di sini?" ujarnya kaget dan sekaligus heran.
"Salah, kalau papa mendatangi kantor anaknya?"tanya papa.
"Nggak juga. Ayo Pa, silahkan duduk,"" ujar Jonathan seraya menggeser pantatnya.
"Apa yang kamu katakan kepada Tuan Santosa?" ujar papa dengan nada tinggi. Belum sempat laki-laki itu duduk, sudah marah kepada anaknya.
"Seperti saran papa tadi malam," jawab Jonathan.
"Efeknya, Tuan Santosa membatalkan kerjasama dengan kita," ujar papa dengan masih berna
"Bro, saya keluar sebentar ya, mau ke toilet," ujar Jonathan kepada Reymon. Padahal dia sudah membuntuti dua orang yang baru keluar dari diskotik.Ternyata dua orang itu naik ke lantai atas atas dengan tangga. Si perempuan bergelayut manja di pundak laki-lakinya. Yang cowok memegang pundak ceweknya dengan tangan kiri. Jonathan menutup wajahnya dengan masker khawatir ketahuan. Lalu mengikutinya perlahan.Jonathan mengambil ponsel dari saku. Kemudian dia merekam kejadian di depan matanya itu. Meskipun hanya tampak dari belakang, orang yang mengenal perempuan itu pasti sudah mengetahui siapa yang di video tersebut.Jonathan merekam sampai pasangan tersebut masuk ke sebuah kamar di hotel Saat pintu sudah ditutup, barulah Jonathan kembali ke diskotik."Hmmm gitu ya, yang katanya habis dari Bali," ujar Jonathan.Meskipun melihat pengkhianatan di depan matanya, Jonathan justru merasa puas. Dia punya alasan untuk memutuskan pertunangannya dengan Silv
Handphone Jonathan berbunyi. Ternyata dari papanya."Kenapa nggak membangunkan papa Jo?" ujar Tuan Mulia."Udah nggak sempat Pa. Panik lihat mama nggak sadarkan diri," jawab Jonathan."Sekarang gimana keadaan Mama?" tanyanya lagi."Sudah stabil kata dokter. Tinggal nunggu siuman saja," jawab Jonathan."Syukurlah. Papa segera ke sana sekarang," ujar Tuan Mulia seraya menutup panggilan teleponnya.Jonathan kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Ia kembali duduk di dekat mamanya. Memegang tangan kanan perempuan itu dan meremasnya."Ma, ini Jo. Maafkan Jo ya sudah membuat mama kaget," ujar Jonathan sambil mencium punggung tangan perempuan yang sudah melahirkan dirinya tersebut.Air matanya tidak terasa mengalir di pipinya. Meskipun beberapa bulan terakhir ini hubungan dirinya dengan Nyonya Mulia merenggang, namun tidak mengurangi rasa sayang Jonathan kepada mamanya itu.Hubungan mereka menjadi kurang ba
"Memang video tentang apa sih Jo?" tanya Tuan Mulia yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka. Sampai tidak mendengar saat papa Jonathan itu masuk dan membuka pintu."Hmmm hmmm." Jonathan ragu untuk menjawab seperti yang sebenarnya terjadi."Pa, tolong batalkan pertunangan Jonathan dengan Silvi," pinta mama.Tuan Mulia yang tidak tahu sama sekali kejadian yang terjadi sebelumnya tentu saja bingung. Laki-laki ini memandang ke arah istrinya, kemudian berganti menatap putranya, Jonathan. Namun keduanya tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tersirat yang ditanyakan papa.Jonathan lalu mengambil ponsel di meja dekat sofa. Lalu mencari galery. Ia menekan sebuah video yang dia kirim ke nomor papanya."Papa lihat sendiri video yang Jo kirim," ujarnya.Hari masih pagi buta. Menjelang subuh. Di musala rumah sakit baru saja terdengar suara orang mengaji. Namun di kamar perawatan Nyonya Mulia seperti sudah siang. Tiga penghuni kamar tidak ada y
Sementara itu, di kostnya Maya sedang bersiap-siap untuk pindahan ke apartemen barunya. Ada dua koper besar dan satu plastik besar yang akan dia bawa. Barang barang Adel juga tidak jauh beda dengan Maya. Maklum keduanya sudah kost di tempat tersebut sudah lebih dari empat tahun.Beberapa barang elektronik dan peralatan dapur sudah dihibahkan Maya untuk teman-teman kostnya. Bahkan kulkas kecil di kamarnya tidak termasuk barang yang dia bawa. Tapi dihibahkan untuk kenang kenangan di dapur umum."Sudah siap Adel?" tanya Maya kepada sahabatnya itu."Bentar. Tinggal packing sepatu," ujarnya."Baiklah, aku turun dulu ya. Nurunin koper satu-satu," ujar Maya."Ya," jawab Adel.Saat Maya turun, Della datang ke kamar Adel. "Kok mau maunya ya Del kamu jadi obat nyamuk," ujar gadis yang berambut pirang itu."Maksudnya?" Suara Adel meninggi. Dia sudah sangat paham tabiat Della yang suka cari gara-gara."Dia kan jadi simpenan Sugar Baby yang
Saat Maya membuka unitnya dengan kartunya, Kedua melihat sesosok yang sudah tidak asing berdiri keluar dari unit sebelahnya."Bukankah bukankah itu....," "kalimatnya mengembang. Tidak kuasa untuk sekedar menyebut nama laki-laki itu. Wajah Maya langsung memucat.Kartu untuk membuka kamar jatuh di lantai. Adel memungutnya."Kamu kenapa Maya?" tanya Adel."Plis cepat buka pintunya Del," ujar Maya dengan gemetar.Tanpa banyak bicara Adel langsung membuka pintu apartemen tersebut dengan kartunya. Begitu pintu dibuka, Maya langsung masuk dengan tergesa-gesa. Tidak hanya itu, dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci dari dalam.Adel kebingungan melihat tingkah absurd sahabatnya itu. Bareng belanjaannya ditinggalkan begitu saja teronggok di depan pintu. Terpaksa Adel membawa masuk keduanya. Dengan susah payah. Setelah masuk, barulah dia kunci kembali pintunya."Maya, ini Adel? Kamu ada apa?" tanya Adel.Tidak ada sahutan
"Adeeeel. Tolong buka pintunya," teriak Maya.Wajahnya menjadi pucat. Keringat bercucuran. Adel sudah paham apa yang terjadi. Dan tanpa banyak bertanya sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia menuju ke pintu masuk dan mengintip terlebih dahulu siapa yang datang.Sementara teman-teman kost yang lain masih tampak bingung melihat perubahan drastis yang terjadi pada Maya. Yang semula begitu ceria saat foto Selfi bersama. Kinimenjadi murung dan pucat pasi."Ada apa Maya? Kamu sakit?" tanya ibu kost.Maya hanya menggeleng.Tidak lama kemudian terdengar suara Adel Yeng berteriak dari depan pintu. "Maya, kamu pesan lunch box kah?" tanya Adel seraya membuka pintu."Iya," jawab Maya singkat. Dia menjadi lega karena ternyata bukan Firman yang datang. Tapi kurir yang mengantar pesanan makanannya."Ayo bantu aku," teriak Adel kepada Afi yang berdiri tidak jauh darinya.Ternyata Maya memesan 15 lunch box untu
"Bersiaplah Maya, aku akan datang. Aku sarankan kamu nikmati saja permainanku agar kamu tidak kesakitan. Okey baby. i am coming"Firman langsung naik ke atas tubuh Maya dan mengungkung tubuh gadis yang tidak berdaya itu."Braaaaaaak!"Pintu di tendang seseorang dari luar. Firman yang hendak menghujamkan senjatanya ke bagian inti tubuh Maya gagal. Dia tersentak kaget dan melihat ke arah pintu. Ternyata di sana sudah berdiri seseorang yang tidak dia kenal. Juga ada dua orang sekuriti dan manager apartemen yang menyertai."Bedeb@h! Apa yang kamu lakukan di sini Bangs@t!!"Pria yang tidak lain Jonathan segera melayangkan pukulan tepat tepak di dada Firman. Tubuh Firman langsung oleng dan terjatuh, terbanting ke lantai. Dengan sigap Jonathan menutup tubuh bagian bawah Maya yang sudah terkspose dengan selimut. Apalagi yang masuk ke kamar apartemen tersebut semua laki-laki.Sambil meringis kesakitan, Firman bangkit. Dia berusaha meraih
Maya tampak tergopoh-gopoh masuk rumahnya. Rumah yang ditinggalkan selama tiga tahun itu sudah banyak berubah. Yang dulu berupa bangunan dari kayu bambu, kini sudah berupa tembok yang kokoh."Bapak, Ibu, ada apa ini kok ramai sekali?" teriaknya saat turun dari ojek online yang ia tumpangi. Membawa satu koper besar dan satu koper kecil yang diseretnya.Tampak seorang perempuan menemuinya. Mengenakan kebaya dan kain panjang khas orang desa. "Syukurlah kamu sudah sampai. Adikmu sebentar lagi menikah," ujar ibu Maya, yang bernama Sumirah."Apa? Ibu kok tidak bilang kemarin. Tahu begitu kan aku bisa belikan kado yang istimewa," ujar Maya."Ibu juga lupa. Kamu datang itu sudah kado istimewa buat adikmu," ujar ibu lagi."Baiklah. Di mana kamarku?" tanya Maya ."Itu di sebelah kiri, nomor dua dari depan," ujar Sumirah. Ia menunjuk sebuah kamar dengan tirai warna biru.Maya segera menyeret kopernya ke sana. Penerbangan hampir empat jam dari Hongkong ke Indonesia cukup melelahkan. Belum lagi j