Handphone Jonathan berbunyi. Ternyata dari papanya.
"Kenapa nggak membangunkan papa Jo?" ujar Tuan Mulia.
"Udah nggak sempat Pa. Panik lihat mama nggak sadarkan diri," jawab Jonathan.
"Sekarang gimana keadaan Mama?" tanyanya lagi.
"Sudah stabil kata dokter. Tinggal nunggu siuman saja," jawab Jonathan.
"Syukurlah. Papa segera ke sana sekarang," ujar Tuan Mulia seraya menutup panggilan teleponnya.
Jonathan kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Ia kembali duduk di dekat mamanya. Memegang tangan kanan perempuan itu dan meremasnya.
"Ma, ini Jo. Maafkan Jo ya sudah membuat mama kaget," ujar Jonathan sambil mencium punggung tangan perempuan yang sudah melahirkan dirinya tersebut.
Air matanya tidak terasa mengalir di pipinya. Meskipun beberapa bulan terakhir ini hubungan dirinya dengan Nyonya Mulia merenggang, namun tidak mengurangi rasa sayang Jonathan kepada mamanya itu.
Hubungan mereka menjadi kurang ba
"Memang video tentang apa sih Jo?" tanya Tuan Mulia yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka. Sampai tidak mendengar saat papa Jonathan itu masuk dan membuka pintu."Hmmm hmmm." Jonathan ragu untuk menjawab seperti yang sebenarnya terjadi."Pa, tolong batalkan pertunangan Jonathan dengan Silvi," pinta mama.Tuan Mulia yang tidak tahu sama sekali kejadian yang terjadi sebelumnya tentu saja bingung. Laki-laki ini memandang ke arah istrinya, kemudian berganti menatap putranya, Jonathan. Namun keduanya tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tersirat yang ditanyakan papa.Jonathan lalu mengambil ponsel di meja dekat sofa. Lalu mencari galery. Ia menekan sebuah video yang dia kirim ke nomor papanya."Papa lihat sendiri video yang Jo kirim," ujarnya.Hari masih pagi buta. Menjelang subuh. Di musala rumah sakit baru saja terdengar suara orang mengaji. Namun di kamar perawatan Nyonya Mulia seperti sudah siang. Tiga penghuni kamar tidak ada y
Sementara itu, di kostnya Maya sedang bersiap-siap untuk pindahan ke apartemen barunya. Ada dua koper besar dan satu plastik besar yang akan dia bawa. Barang barang Adel juga tidak jauh beda dengan Maya. Maklum keduanya sudah kost di tempat tersebut sudah lebih dari empat tahun.Beberapa barang elektronik dan peralatan dapur sudah dihibahkan Maya untuk teman-teman kostnya. Bahkan kulkas kecil di kamarnya tidak termasuk barang yang dia bawa. Tapi dihibahkan untuk kenang kenangan di dapur umum."Sudah siap Adel?" tanya Maya kepada sahabatnya itu."Bentar. Tinggal packing sepatu," ujarnya."Baiklah, aku turun dulu ya. Nurunin koper satu-satu," ujar Maya."Ya," jawab Adel.Saat Maya turun, Della datang ke kamar Adel. "Kok mau maunya ya Del kamu jadi obat nyamuk," ujar gadis yang berambut pirang itu."Maksudnya?" Suara Adel meninggi. Dia sudah sangat paham tabiat Della yang suka cari gara-gara."Dia kan jadi simpenan Sugar Baby yang
Saat Maya membuka unitnya dengan kartunya, Kedua melihat sesosok yang sudah tidak asing berdiri keluar dari unit sebelahnya."Bukankah bukankah itu....," "kalimatnya mengembang. Tidak kuasa untuk sekedar menyebut nama laki-laki itu. Wajah Maya langsung memucat.Kartu untuk membuka kamar jatuh di lantai. Adel memungutnya."Kamu kenapa Maya?" tanya Adel."Plis cepat buka pintunya Del," ujar Maya dengan gemetar.Tanpa banyak bicara Adel langsung membuka pintu apartemen tersebut dengan kartunya. Begitu pintu dibuka, Maya langsung masuk dengan tergesa-gesa. Tidak hanya itu, dia langsung masuk ke kamarnya dan mengunci dari dalam.Adel kebingungan melihat tingkah absurd sahabatnya itu. Bareng belanjaannya ditinggalkan begitu saja teronggok di depan pintu. Terpaksa Adel membawa masuk keduanya. Dengan susah payah. Setelah masuk, barulah dia kunci kembali pintunya."Maya, ini Adel? Kamu ada apa?" tanya Adel.Tidak ada sahutan
"Adeeeel. Tolong buka pintunya," teriak Maya.Wajahnya menjadi pucat. Keringat bercucuran. Adel sudah paham apa yang terjadi. Dan tanpa banyak bertanya sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia menuju ke pintu masuk dan mengintip terlebih dahulu siapa yang datang.Sementara teman-teman kost yang lain masih tampak bingung melihat perubahan drastis yang terjadi pada Maya. Yang semula begitu ceria saat foto Selfi bersama. Kinimenjadi murung dan pucat pasi."Ada apa Maya? Kamu sakit?" tanya ibu kost.Maya hanya menggeleng.Tidak lama kemudian terdengar suara Adel Yeng berteriak dari depan pintu. "Maya, kamu pesan lunch box kah?" tanya Adel seraya membuka pintu."Iya," jawab Maya singkat. Dia menjadi lega karena ternyata bukan Firman yang datang. Tapi kurir yang mengantar pesanan makanannya."Ayo bantu aku," teriak Adel kepada Afi yang berdiri tidak jauh darinya.Ternyata Maya memesan 15 lunch box untu
"Bersiaplah Maya, aku akan datang. Aku sarankan kamu nikmati saja permainanku agar kamu tidak kesakitan. Okey baby. i am coming"Firman langsung naik ke atas tubuh Maya dan mengungkung tubuh gadis yang tidak berdaya itu."Braaaaaaak!"Pintu di tendang seseorang dari luar. Firman yang hendak menghujamkan senjatanya ke bagian inti tubuh Maya gagal. Dia tersentak kaget dan melihat ke arah pintu. Ternyata di sana sudah berdiri seseorang yang tidak dia kenal. Juga ada dua orang sekuriti dan manager apartemen yang menyertai."Bedeb@h! Apa yang kamu lakukan di sini Bangs@t!!"Pria yang tidak lain Jonathan segera melayangkan pukulan tepat tepak di dada Firman. Tubuh Firman langsung oleng dan terjatuh, terbanting ke lantai. Dengan sigap Jonathan menutup tubuh bagian bawah Maya yang sudah terkspose dengan selimut. Apalagi yang masuk ke kamar apartemen tersebut semua laki-laki.Sambil meringis kesakitan, Firman bangkit. Dia berusaha meraih
Jonathan menunggu Maya di ruang tamu. Sedangkan perawat yang ditunjuk dokter menunggu di kamar Maya. Karena terlalu lelah, Jonathan tertidur juga di sofa Hampir malam, barulah Jonathan bangun. Karena dia mendengar ada orang yang berbicara di kamar Maya. Dia lalu ke sana untuk melihat siapa yang sudah siuman.Betapa girangnya hati Jonathan, ternyata kekasih hatinya tersebut sudah bangun. Demikian juga dengan Adel."Maya," ujar Jonathan seraya mendekati pujaan hatinya tersebut."Lho Mas Jo kok di sini?" tanya Maya kaget."Kamu tidak apa-apa Maya?" tanya Jonathan."Memang ada apa denganku?" tanya Maya balik.Dia merasa aneh, ternyata tangannya juga diinfus. Sedangkan Adel yang juga sudah siuman hanya memandang dinding kamar dengan tatapan kosong."Memang kita kenapa Maya?" tanya Adel."Aku juga tidak tahu," jawab Maya."Mbak Maya dibius orang, kalau Mbak Adel pingsan," jawab perawat yang menjaga
"Tiba-tiba, aku kok malas pulang ya," ujar Jonathan usai makan. Adel dan Maya saling berpandangan. "Sepertinya ada yang modus," ujar Adel. Maya hanya tersenyum. Tidak menanggapi kata-kata Jonathan. Sejujurnya, Maya juga ingin agar lebih lama bersama Jonathan. Namun, mereka belum memiliki hubungan apapun sejauh ini. "Apa perlu aku antar pulangnya Mas, biar tidak malas," ujar Maya menawarkan diri. "Boleh. Usulan yang menarik," jawab Jonathan. Intinya dia tidak ingin berpisah dengan Maya secepatnya. "Terus pulangnya aku sendiri begitu?" tanya Maya balik. "Ya nanti aku antar lagi," jawab Jonathan dengan cepat. "Lha sama aja dong," kata Maya. "Ya udah biar aku tiduran di sofa dulu ya," kata Jonathan. Maya mengangguk. Adel yang menyadari bahwa Jonathan ingin berdua dengan Maya memilih masuk kamar. "Aku ke kamar dulu ya May," kata Adel. "Hei masak jam segini udah mau tidur," cegah Maya. "Banyak tugas yang belum aku kerjain. Mana dosennya killer lagi," kata Adel.
Saat Maya akan bergeser memijat paha kanan, tangannya sempat menyenggol sesuatu yang keras dan menegang. Maya kaget bukan kepalang. Mengapa ada benda sebesar buah timun yang panjang tiba-tiba ada di sana. Padahal tadi sebelumnya tidak ada."Aaaaaaaaa. Apa ini?" jerit Maya."Auuuw," Jonathan tidak kalah kagetnya.Adel yang berada di kamar bergegas keluar. Mendengar jeritan keduanya. "Aaaaaawww," teriak Adel tidak kalah kagetnya melihat posisi Maya dan Jonathan tidak lazim. Dengan bagian paha Jonathan terekspos. Sedangkan Maya duduk di sebelahnya."Kalian sedang apa? Oh mataku ternoda," teriak Adel.Jonathan mengubah posisinya dengan duduk. Dengan kaki yang masih terbuka tentunya. Karena ada sesuatu yang mengganjal di sana. Sedangkan Maya juga duduk di sofa lainnya."Ini tidak seperti yang kamu pikirkan Adel. Kaki Mas Jonathan tadi kram jadi aku urut. Ternyata ada beberapa bekas yg membiru setelah berantem dengan Firman