Share

Kepergok Kencan Buta

Untuk yang kedua kalinya Balqis ikut kencan buta karena rekomendasi dari Shanum. Ia terpaksa harus mengenal seseorang hanya dalam satu waktu. Dia datang ke restoran yang sudah dipesan oleh pria itu.

Kali ini Balqis diiming-imingi bahwa pria itu adalah sosok yang sangat dermawan, cinta anak-anak, dan juga memiliki kedudukan tinggi di perusahaannya.

Siapa yang tidak tertarik mendengar hal itu. Balqis juga ingin mencoba untuk membuka hatinya kembali. 

Dia pernah mendengar ada orang yang menemukan jodohnya untuk bertemu membutuhkan banyak pengalaman.

Balqis mematuhinya. Ia memakai dress selutut dan cardigan berwarna putih. Rambutnya dikuncir. Dia memainkan ponsel berkali-kali hingga hampir setengah jam menunggu di restoran itu.

Tempatnya lumayan mewah. Hanya ada beberapa meja bundar dan diiringi dengan musik klasik. Makanannya sudah tersedia di atas meja.

Memang sebelumnya pria itu sudah memesankan makanan untuk Balqis. Tapi pria itu belum juga muncul.

Ada sosok pria yang lumayan tinggi sekitar 187 ke atas dan badannya lumayan besar. Mungkin sosok laki-laki itu umurnya sama dengan suami Shanum. 

Apa jangan-jangan itu ada hubungannya dengan Shanum yang menyebarkan kalau Balqis sedang mencari sosok pria untuk dijadikan suami?

Oh tidak! Balqis menepuk jidat. Ia ingin pergi karena pria itu sangat jauh dari kriterianya.

Laki-laki itu tampak garang dari wajahnya. Tapi dia mencoba untuk menenangkan diri. Siapa tahu hatinya sangat baik. Sebab, Balqis tidak ingin menilai seseorang dari fisiknya saja.

Pria yang berkulit coklat itu duduk di hadapan Balqis. Dia memakai setelan jas warna hitam dan itu lebih mirip seorang pelayat.

"Ayo silahkan dimakan dulu baru Setelah itu kita berbicara!" ajak pria itu.

Belum sempat Balqis mengunyah daging yang baru ia potong, pria itu menatapnya dengan penuh kengerian. Sungguh Balqis sangat geli.

"Apa ada yang ingin kamu tanyakan dulu padaku? Silahkan! Aku bisa menjawabnya sekarang dan aku juga tidak terlalu lapar," ungkap Balqis.

Balqis memang sangat hati-hati. Ia tidak jadi mengkonsumsi daging itu. Takut ada sesuatu yang dimasukkan ke dalam piringnya. Apalagi melihat tampang orang yang sangar di depannya itu.

"Kamu sangat cantik seperti yang dikatakan oleh shanum dan mungkin pria yang bersamamu nanti akan sangat beruntung karena memiliki kamu!" Pria itu mengedipkan matanya.

Kenapa perkataannya seperti itu? Itu sungguh sangat mengindikasikan rayuan kuno. Akan tetapi, Balqis mencoba untuk menenangkan diri. Dia tetap tersenyum.

"Kalau begitu Tunggu sebentar! aku ingin ke toilet dulu!"

Balqis pergi karena dia terlalu geli mendengar apa yang dikatakan pria itu. Mungkin pria itu tidak terlalu pandai dalam mengajak lawan bicaranya menjadi lebih nyaman.

Balqis terhuyung-huyung pergi ke toilet dengan membawa tas. Rasanya dia ingin kabur detik itu juga. Tapi apakah itu sikap yang tidak sopan? Dia belum pernah kabur dan membuat orang kecewa begitu. Apakah dia harus berakting menjadi orang kesurupan atau gila saja supaya pria itu yang pergi?

Balqis akhirnya menelpon Shanum.

"Sha sekarang kau harus bertanggung jawab! Kenapa kau mengenalkan aku dengan pria seperti itu?! Dia jelas bukan tipe aku dan mungkin kami tidak mempunyai visi misi…."

Balqis menjeda perkataannya supaya lebih tenang.

"Dia sangat menggelikan. Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatakan kalau aku tidak ingin berkenalan dengannya?! Tolong bantu aku!" rengek Balqis.

"Sudahlah kau kenalan saja dengan dia. Damar orang yang sangat dewasa. Siapa tahu kau cocok dengan dia. Jangan pikirkan visi misi jalani saja. Jangan banyak alasan dan jangan banyak pilih. Lagian orang yang aku kenalkan itu semuanya baik-baik kok!"

Baik-baik dari mana? mereka semua juga semua bermasalah. Bahkan sudah lebih dari 5 orang pria yang Shanum kenalkan. Satupun tidak ada yang beres.

Pertama pria itu terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kedua seorang pria yang tidak memiliki pekerjaan dan yang ketiga laki-lakinya ternyata Playboy dan yang keempat terakhir kali mereka bertemu pria itu memiliki banyak hutang dan sempat ditagih pada saat mereka bertemu.

"Ah sudahlah menelponmu bukan yang menyelesaikan masalah. Bikin aku tambah pusing. Jadi besok-besok aku tidak ingin lagi dikenalkan olehmu karena Hanum sudah berencana untuk mengenalkan aku dengan beberapa temannya!"

Balqis terpaksa berbohong karena Shanum sudah mengenalkan ia dengan orang-orang yang aneh. Entah dari mana dia mendapatkan informasi atau pria-pria itu. Apakah dia sedang membuat iklan sehingga pria-pria yang aneh itu menghubungi dirinya?

Balqis terpaksa keluar dan melanjutkan apa yang telah temannya persiapkan untuk dirinya. Tiba-tiba saja ia ada orang yang menabrak bahu dirinya. Ia tersentak oleh tubuh seorang pria dan saat dia mendongak laki-laki itu adalah Aldo.

Mata Balqis terbelalak. Dia tidak percaya. Kenapa mereka harus bertemu? Tidak Itu bukan sebuah takdir yang baik. Tapi itu adalah hal yang buruk apalagi kalau Aldo sampai tahu dia mengikuti kencan buta yang aneh dan sangat menyebalkan.

Pria genit itu masih saja senyum-senyum sendiri saat bermain ponsel. Apakah dia juga sedang bekencan dengan perempuan lain lalu tatapan Balqis kembali lagi ke Aldo.

Aldo juga menatap ke tempat Balqis. "Kau sedang apa di sini? Apa kau sedang bersama pacarmu?" Tanya Aldo penasaran 

"Maaf aku harus pergi dulu!" Balqis terpaksa duduk kembali di depan pria yang sangat membuatnya risih. Apakah pria itu sadar kalau dirinya membuat Balqis tidak nyaman.

"Baik aku datang ke sini memang untuk mencoba berkenalan dengan kamu, tapi untuk saat ini aku ingin bertanya apakah kamu memiliki visi dan misi yang sama denganku?" jelas Balqis

Pembicaraan itu tentu saja ditonton oleh Aldo dari jauh. Tidak mungkin kalau Balqis memiliki hubungan dengan pria itu. Mungkin saja mereka hanya rekan kerja

Wanita secantik Balqis tentu saja memiliki standarisasi yang sangat tinggi. Kenapa Aldo sangat terusik dengan apa yang dilakukan oleh Balqis. 

Apalagi perempuan itu juga terlalu cuek pada Aldo. Seolah memiliki suatu masalah yang membuat mereka tidak begitu akur.

Balqis berusaha keras untuk mencari celah agar dia bisa keluar dari pusaran perjodohan yang direncanakan oleh Shanum. Sebab, sangat membuatnya tertekan.

"Baik aku akan jujur kamu adalah pria yang sangat baik dan juga memiliki reputasi yang sangat baik. Mungkin bagi sebagian perempuan akan bisa menerimamu tapi aku rasa kita berdua tidak ada kesamaan visi dan misi dan Aku berharap kamu bisa menemukan perempuan yang lebih baik dari aku terima kasih!"

Layaknya seorang Cinderella yang sudah terdesak waktu, Balqis pergi pontang-panting. Dia pun langsung memblokir nomor pria itu supaya tidak lagi menelpon dirinya.

"Aku berharap Aldo tidak akan berasumsi kalau aku sedang mengikuti kencang buta ini."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status