Vivi merasa bimbang. Apakah ia harus memberitahu kepada Kioda tentang identitasnya, atau tidak? Kalau ia beritahukan, apakah Kioda akan memberitahukannya pula kepada Zero?
Kalau diperhatikan, penampilan Vivi malam ini sangatlah tertutup. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan juga memakai sebuah topeng di wajahnya. Ia benar-benar ingin menyembunyikan identitasnya."Kalau kau ragu untuk memberitahukan siapa namamu, kau tidak perlu mengatakannya. Kalau begitu baiklah, aku akan memanggil muridku untuk membereskan barang-barang ini," ujar Kioda."Tunggu, Master! Bolehkah aku ikut dengan kalian? Aku akan jujur padamu, bahwa orang yang tadi memperhatikan kalian berbenah itu adalah aku." Akhirnya Vivi berkata jujur."Aku sudah tahu. Aku melihat aura pada tubuhmu. Aku tahu kau juga bukan orang jahat. Kalau memang kau ingin ikut dengan kami, ya silahkan saja," jawab Kioda.Vivi merasa senang karena Kioda membolehkannya ikut bersama mereka. Sebenarnya Vivi adalah salah satu penggemar berat Kioda. Nama Kioda memang sangat terkenal di dunia bela diri khususnya dalam seni berpedang.Sedangkan Zero, ia langsung berlari mendekati gurunya saat melihat gurunya telah kembali."Guru, apakah Guru baik-baik saja?" tanya Zero merasa khawatir akan gurunya."Tenanglah, Zero. Aku baik-baik saja. Kalau begitu, ayo kita bertiga pergi kembali ke tempat tadi. Ada beberapa barang yang sepertinya dapat kita manfaatkan," ujar Kioda."Eh? Kita bertiga? Siapa?" Ternyata Zero belum menyadari kehadiran Vivi."Dengan dia." Kioda menjawab seraya menunjuk ke arah Vivi."Dia? Siapa dia, Guru?" tanya Zero."Kau tanya saja sendiri kepadanya. Dia pun belum memberitahuku siapa namanya." Kioda kembali berjalan memimpin keduanya.Zero memperhatikan Vivi dari atas sampai bawah. Sepertinya Zero sedikit mengenali Vivi. Tapi ia juga meragukannya. Zero mencoba mengingat kembali apakah pernah bertemu dengan Vivi, atau tidak."Tunggu! Aku tahu dia, Guru! Orang ini adalah orang yang pernah menyerangku secara tiba-tiba ketika aku berlatih di tepi hutan ini!" Mengingat hal itu, membuat Zero merasa kesal."Ingatanmu tidak buruk. Iya benar, aku memang pernah menyerangmu secara tiba-tiba. Aku hanya merasa penasaran, seberapa hebat anak dari Master Pedang, Koziki Odin." Vivi tidak menyangkal apa yang Zero katakan.Kedua alis Zero mengkerut karena heran, kenapa Vivi bisa tahu akan identitas orang tuanya?"Hey, dari mana kau tahu nama Ayahku?! Jangan bilang kau adalah anak dari musuh Ayahku?!" Rasa curiga akhirnya muncul di benak Zero."Kau berpikir terlalu jauh, Zero," jawab Vivi."Dari mana kau tahu namaku juga?! Hah?!" Kedua mata Zero kini melotot."Sudahlah, aku sedang lelah. Aku sedang malas banyak bicara." Kebetulan Vivi memang masih merasa lelah setelah melawan para bandit tadi.Brak!Namun tiba-tiba gantian Zero yang menyerang Vivi."Zero, apa yang kau lakukan?" tanya Kioda heran melihat Zero bersikap seperti ini. Kioda memang tidak tahu apa yang terjadi di antara keduanya."Kau ingin melawanku?! Baiklah, aku masih memiliki sedikit tenaga untuk mengalahkanmu," ujar Vivi.Melihat kedua orang yang terlihat bersemangat, Kioda pun membiarkannya dan ia juga sekalian ingin melihat apakah muridnya dapat mengalahkan Vivi?Kali ini Zero tidak segan-segan melawan Vivi.'Jurus Pertama!' gumam Zero.Karena tubuh Vivi memang tidak dalam keadaan prima, akhirnya Vivi terpental dan tubuhnya hampir saja menghantam sebatang pohon yang cukup besar.Melihat itu, Kioda pun tersenyum dan langsung bergegas menolong Vivi dan mencegah agar tubuh Vivi tidak membentur pohon itu."Cukup, Zero. Lihatlah, Vivi kalah." Kioda mencegah Zero yang ingin kembali menyerang Vivi."Terima kasih, Master. Aku akui kali ini aku kalah darinya. Memang saat ini tubuhku sedang tidak dalam keadaan prima," ujar Vivi.Mendengar ucapan Vivi, Zero menjadi bertambah kesal. Seakan-akan Vivi sangat percaya bahwa ia tidak akan kalah dari Zero jika tubuhnya sudah benar-benar pulih."Jangan sombong, kau! Aku ingat, kala itu juga kau kalah dariku," ujar Zero dengan sinis."Kalau begitu, kalian bisa lanjutkan pertarungan kalian di hari esok. Ini sudah malam, ayo kita segera bereskan barang ini bersama-sama terlebih dahulu." Ada rasa senang dalam hati Kioda. Melihat reaksi keduanya yang sama-sama tak mau kalah, Kioda justru menilai kalau mereka berdua ini memiliki sebuah kecocokan tertentu."Apakah kau dengar apa kata Master Kioda?! Kalau berani, hadapi aku setelah tubuhku pulih!" Vivi mendengus kesal."Oke! Siapa takut? Tapi sebelumnya, katakan dulu siapa namamu. Sangat tidak adil bukan, jika kau mengetahui namaku dan Guruku, namun kami tidak mengetahui siapa namamu?!" Zero sebenarnya masih penasaran dengan identitas Vivi. Jadi ia sengaja memancing dan mencari alasan agar Vivi mau memberi tahu namanya."Apakah sepenting itu bagimu siapa namaku?!" Vivi juga akhirnya merasa tambah kesal."Tentu saja," jawab Zero.Vivi kembali ragu. Apakah ini saatnya ia memberitahu identitasnya kepada orang lain?"Aku rasa itu tidaklah penting!" jawab Vivi.Rasa kesal Zero akhirnya memuncak. Ia kembali maju dan menyerang Vivi."Kau ini, kalau begitu rasakan ini...!"Melihat Zero yang akan kembali menyerang Vivi, akhirnya Kioda maju dan menahan Zero."Zero, sudahlah. Aku rasa kau sudah berlebihan untuk yang kali ini." Kioda meraih pedang kayu milik Zero dan mengambilnya untuk disimpan."Tapi Guru...," Zero ingin membantah tapi ia takut dengan Kioda lalu ia pun mengurungkannya.Lalu, malam ini Zero terpaksa harus tidur satu tenda bersama gurunya karena ada Vivi yang dipersilahkan untuk ikut beristirahat oleh Kioda bersama mereka malam ini. Hal ini membuat Zero semakin kesal dan timbul rasa sedikit tidak suka dengan kehadiran Vivi. Tapi Zero hanya bisa memendamnya saja dalam hati. Ia benar-benar tidak berani untuk melawan perintah gurunya. Begitu patuhnya Zero atas semua perintah gurunya.***Pagi harinya, mereka bertiga kembali berkemas dan Kioda juga mengatakan kepada Vivi kalau memang ia ingin mengambil beberapa harta milik para bandit semalam, Kioda tidak akan melarangnya. Sebab Vivi sudah berjuang sangat keras tadi malam."Tidak perlu, Master.
Kioda tidak bisa lagi menghindar dari pertarungan ini karena Zero yang dengan gegabah langsung maju dan menyerang kawanan Bandit itu."Jurus Pertama...!" teriak Zero.Tapi kali ini Kioda benar-benar terperangah ketika melihat Zero yang meliuk-liukkan tubuhnya dan terlihat seperti sedang menari dengan pedang. Gerakan yang Zero lakukan bukanlah seperti gerakan seorang pemula. Di setiap gerakan yang Zero lakukan itu, terlihat layaknya Master Pedang. Dan ternyata, Zero benar-benar berhasil mengalahkan lima orang sekaligus."Aku juga bisa!" Vivi tidak mau kalah dan ia pun ikut maju."Baiklah, kalian berhati-hatilah...!" Dengan pasrah, Kioda akhirnya ikut menyerang juga."Rasakan ini! Jurus Pertama!" Lagi-lagi Zero menggunakan jurus pertama yang benar-benar telah ia kuasai.Namun yang tak disangka oleh Zero bahwa ada seseorang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya. Sejauh ini, baru kali ini Zero mendapati ada orang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya.Pria yang mampu menahan
Zero akhirnya mendapatkan satu pedang sungguhan yang ia rebut dari Gogon. Saat ini Zero yang sedang memegang dua pedang sungguhan mencoba menebaskannya ke arah sebatang pohon yang ukuranya sangat besar dengan menggunakan jurus pertamanya."Jurus Pertama!" ucap Zero.Sring...!Ketika Zero menebaskan pedangnya, pada gerakan terakhir munculah bayangan kepala naga berwarna merah yang terlihat seperti meraung."A-apa itu?" kedua mata Vivi terbelalak."Hah?" Begitu pula dengan Kioda, ia sama terkejutnya seperti Vivi.Saat kekuatan yang dihasilkan oleh tebasan pedang Zero itu menyentuh batang pohon, pohon itu seketika langsung terpotong. Tebasan pedang Zero itu terlihat sangat mudah saat menebas sebatang pohon yang berdiameter sebesar tiga meter itu."Wah...? Aku berhasil! Guru..., Vivi, kalian lihat itu? Aku berhasil melakukannya...! Hahaha...!" Zero berteriak dengan girang ketika merasa berhasil menggunakan jurus pertama yang pertama kalinya menggunakan dua pedang sungguhan. Sayangnya, satu
Pedang milik Zero memiliki rahasia atau kekuatan khusus yang belum terungkap. Berikut adalah beberapa kemungkinan:1. Pedang Hidup: Pedang Zero mungkin lebih dari sekedar benda mati. Mungkin pedang ini memiliki kesadaran sendiri atau semacam kehidupan spiritual di dalamnya yang bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan Zero.2. Pedang Transformasi: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk berubah bentuk atau ukuran, memberinya fleksibilitas dalam pertempuran. Misalnya, pedang ini bisa berubah menjadi tombak, panah, atau bahkan perisai jika diperlukan.3. Pedang Elemen: Pedang Zero mungkin memiliki kekuatan elemen tertentu, seperti api, air, angin, atau petir. Ini bisa memberinya keuntungan dalam pertempuran, tergantung pada situasi atau lawan yang dia hadapi.4. Pedang Penyembuh: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk menyembuhkan atau memulihkan energi. Ini bisa sangat berguna dalam pertempuran yang panjang atau ketika Zero atau teman-temannya terluka.5. Pedang Legendaris
Zero membuka peti itu. Dan kedua mata Zero sangat berbinar setelah melihat isinya. Dalam peti itu terdapat banyak sekali perhiasan emas."Guru, Vivi, lihatlah apa yang aku temukan!" Zero berteriak dengan girang."Yah, kita simpan saja semua barang berharga ini. Tapi sepertinya stok makanan yang mereka miliki tidak terlalu banyak. Terpaksa nanti kita akan berburu hewan di dalam hutan untuk bekal kita ke depannya," jawab Kioda."Guru, aku juga menemukan sesuatu!" Kini gantian Vivi yang berteriak sangat antusias.Ternyata Vivi menemukan satu pedang yang berada di dalam sebuah karung. Pedang itu terlihat dibalut oleh kain sutra berwarna putih. Karena merasa sangat senang, Vivi tanpa sadar langsung langsung meraihnya."Argh...!" Namun Vivi malah berteriak seperti orang yang kesakitan. Setelah itu tatapannya terasa buram."Vivi, ada apa...!" Zero langsung bergegas mendekati Vivi. Begitu pula dengan Kioda.Dan Zero menambah kecepatan berlarinya karena melihat Vivi yang tubuhnya terkulai. Untu
Vivi merasa sangat asing dengan tempat di mana ia berada saat ini.Sedangkan Zero, ia terlihat sangat khawatir dengan Vivi."Guru, apakah benar Vivi baik-baik saja?" tanya Zero."Tenanglah. Aku berani bertaruh apapun, Vivi memang baik-baik saja. Nanti ketika ia sadar kita dengarkan saja cerita pengalamannya ke dimensi lain," jawab Kioda."Baiklah, aku percaya dengan Guru. Tapi Guru, bisakah aku juga pergi ke dimensi lain seperti yang Guru katakan tadi?" Ternyata Zero merasa sedikit iri dengan Vivi.Zero iri tetapi tidak dengki. Ia merasa iri karena ada rasa penasaran juga dengan ucapan gurunya tentang dimensi lain."Suatu saat aku yakin kau pasti bisa pergi ke sana. Oleh sebab itu, kau harus lebih giat lagi berlatih sesuai apa yang ada pada Kitab Legendarismu itu. Dan sekali lagi aku mengingatkanmu, jangan pernah memberitahu siapapun tentang kitab dan juga pedangmu," ujar Kioda."Baik, Guru. Tenang saja, aku tidak akan memberitahukan pada siapapun tentang hal ini kecuali kita bertiga,
Ketika mendengarkan kisah tentang Master Pedang, semangat Zero langsung membara. Sebab, Zero sering kali berangan-angan kalau dirinya menjadi Master Pedang. Dan kebetulan, Master Pedang yang ada dalam cerita gurunya itu adalah ayahnya sendiri."Guru, apakah aku benar-benar bisa menjadi pendekar yang hebat seperti Ayahku?" tanya Zero."Zero, aku sangat yakin kalau nanti kau bukan hanya bisa hebat seperti Ayahmu saja. Tapi kau akan jauh lebih hebat dan melampaui Ayahmu. Aku sangat yakin akan hal itu, Zero." Kioda menjawab sambil mengendalikan kereta kuda yang mereka kendarai.Dan tak terasa, akhirnya langit pun hampir terlihat gelap. Mumpung masih sore hari, Kioda akhirnya memutuskan untuk mencari tempat beristirahat mereka bertiga nanti malam. Nampaknya perjalanan mereka sudah separuh perjalanan.Lalu Zero dan Kioda kembali membenahi barang-barang yang mereka butuhkan. Dan setelah semuanya selesai, Zero masih merasa khawatir dengan keadaan Vivi karena saat ia melihat kondisinya ternyat
Ketika Kioda bertanya ke arah seseorang yang melemparkan pisau kecil tadi, pertanyannya Kioda itu, justru hanya dijawab dengan beberapa pisau kecil yang kembali melesat ke arahnya. Sepertinya pisau kecil itu juga memiliki racun pada bagian ujungnya. Kioda dapat merasakan adanya racun pada pisau kecil itu menggunakan indera penciumannya yang sudah berada di level tertinggi."Kalian asal menyerang saja! Tidakkah kalian bertanya terlebih dahulu kepada kami?! Apa kami pernah mengganggu atau berbuat kesalahan terhadap kalian?!" Kioda masih menahan kekuatannya karena ia juga merasakan orang-orang ini tidaklah memiliki aura kegelapan. Biasanya, jika orang-orang ini pembunuh maka aura kegelapan yang mereka miliki akan terasa dengan jelas. Itulah sebab Kioda mencoba untuk mengajak mereka berbicara terlebih dahulu.Akan tetapi, mereka tidak mau menjawab. Kioda akhirnya mengambil kuda-kuda untuk bertarung, begitu pula dengan Zero."Guru, kalau mereka ingin bertarung, biar aku saja yang meladeni