Setelah bercerai dari Aryo, Indah mulai menata hidupnya kembali. Ia tinggal di rumah ibunya bersama Arinna dan Charles. Bapak Indah sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu.
Indah harus berusaha mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya. Ia tidak berharap kalau Aryo akan memberinya uang. Ia harus kuat dan bertahan demi kedua buah hati yang sangat ia cintai.Indah kembali fokus berjualan kue dan makanannya secara online. Ia memasarkan produknya melalui media sosial dan rajin melakukan promosi. Ibu membantu dan mendukung Indah dalam usahanya. Ibu berjualan kue dan masakan Indah di depan rumah. Sementara Indah berbelanja, memasak, dan mengantar makanan yang telah dipesan oleh pelanggannya. Kue dan masakan yang dijual oleh Indah memang enak dan tidak terlalu mahal, karena itu pelanggan lamanya tetap memesan padanya, sekalipun Indah sudah pindah ke rumah ibunya. Suatu hari, saat Indah sedang duduk di depan rumah sambil mencatat pesanan kue, seorang teman lama Indah datang ke rumah. "Halo, Indah. Masih ingat aku, kan?" tanya Desy. Indah terkejut dan menatap wanita yang berdiri di hadapannya. "Desy, apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu," ujar Indah sambil menjabat tangan Desy. "Baik, Ndah. Aku sengaja datang kemari untuk bertemu denganmu," kata Desy. "Oh, ayo silakan duduk. Aku ambilkan minum, ya," kata Indah. Desy duduk di kursi kayu yang ada di teras sederhana itu. Tak lama kemudian Indah kembali menemui Desy dengan membawa nampan berisi dua gelas teh hangat."Ndah, aku baru tahu kalau kamu dan Aryo sudah bercerai. Aku turut prihatin, ya. Padahal kalian dulu sangat serasi dan harmonis," kata Desy. Indah dan Desy sudah berteman sejak lama. Mereka saling mengenal saat bekerja di sebuah pusat perbelanjaan. Sebelum menikah, Indah memang sempat bekerja sebagai kasir di situ."Terimakasih, Des. Bagaimana kabar suami dan anakmu?" tanya Indah. "Suami dan anakku baik, Ndah. Anakku sudah berumur lima tahun, sekarang sudah bersekolah di Taman Kanak-kanak," jawab Desy. "Wah, aku ikut senang mendengarnya. Apa kamu masih bekerja?" tanya Indah. Desy menjawab, "Aku sekarang bekerja di sebuah restoran, Ndah,""Lalu bagaimana dengan anakmu kalau kamu sedang bekerja?" "Pagi sampai sore hari, anakku kutitipkan di rumah neneknya. Ibu mertuaku sangat baik dan mendukung aku. Ia mau mengasuh anakku dengan penuh kasih sayang," jawabnya. Indah terdiam sejenak, ia teringat bagaimana sikap ibu mertuanya yang suka menghasut suaminya. Ibu mertuanya secara tidak langsung turut andil dalam perceraiannya dengan Aryo. Selama menikah dengan Aryo, Indah memang tidak dekat dengan ibu mertuanya. Indah pernah mengirimkan kue atau makanan ke rumah mertuanya, tetapi ternyata makanan itu di buang begitu saja ke tempat sampah. Ibu Aryo juga tidak terlalu menyayangi Arinna dan Charles.Sejak Aryo memperkenalkan Indah pada ibunya saat masih pacaran dulu, Ibu Aryo memang kurang menyukai Indah. Ibu Aryo mengatakan pada Aryo bahwa ia ingin mempunyai menantu yang bekerja di kantor, pintar, dan kaya. Ibu Aryo kecewa ketika mengetahui bahwa Indah hanya bekerja sebagai seorang kasir di pusat perbelanjaan."Ndah, sebenarnya pemilik restoran tempat aku bekerja ingin membuka restoran baru. Dia ingin membuat tempat makan yang menjual masakan Indonesia. Saat ini beliau sedang mencari orang untuk memasak sekaligus mengelola restoran tersebut. Sebenarnya sudah ada beberapa kandidat, tapi sepertinya belum menemukan yang cocok. Beberapa hati yang lalu, aku melihat postinganmu di media sosial, dan sempat menunjukkan pada beliau. Lalu pemilik restoranku tertarik dan ingin bertemu denganmu," kata Desy. Indah terkejut dan menjawab, "Aku? Apa gak salah, Des? Aku hanya menjual masakan rumahan sederhana, bukan makanan restoran yang pasti mahal dan enak. Aku gak percaya diri, Des. Masih banyak koki dengan pengalaman dan kemampuan yang lebih daripada aku,""Apa salahnya dicoba, Ndah? Siapa tahu ini bisa menjadi jalan rezeki untuk kamu. Apa kamu bisa bertemu dengan beliau besok pagi?" tanya Desy.Indah berpikir sejenak, memang tidak ada salahnya untuk mencoba peluang itu. Indah memutuskan akan mencoba yang terbaik, demi Arinna, Charles, dan juga ibunya."Baiklah," jawab Indah."Aku akan kirim alamat restoran itu padamu, Ndah. besok pagi kamu langsung datang saja, ya. kita bertemu di sana. Aku akan memperkenalkan kamu dengan pemilik restoran itu. Aku doakan semuanya lancar dan kamu bisa lebih sukses.""Terimakasih, Des," jawab Indah.Desy dan Indah berbincang mengenai banyak hal, sebelum akhirnya Desy berpamitan untuk pulang ke rumahnya.---Keesokan paginya, Indah menuju restoran tempat Desy bekerja. Indah sangat terpukau melihat restoran yang besar dengan desain modern itu. Desy bekerja sebagai kasir di restoran itu. Ada banyak pelayan dan pekerja yang mulai sibuk beraktivitas. Beberapa pelanggan juga sudah ada di restoran itu dan menyantap makanan pesanan mereka.Desy langsung menyambut Indah dan mengantarnya ke ruangan pemilik restoran itu. Indah merasa gelisah dan tegang saat mereka tiba di depan ruangan itu. Desy mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan untuk memberitahukan bahwa Indah sudah datang. Setelah itu, Desy keluar dari ruangan dan mempersilakan Indah masuk.Indah melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat seorang wanita paruh baya yang masih cantik duduk di belakang meja. "Selamat pagi, Bu," sapa Indah. "Selamat pagi, silakan duduk," kata wanita berkacamata itu. "Terimakasih, Bu," kata Indah. Indah duduk di kursi itu dan tersenyum menatap wanita di hadapannya. Ia meremas jemarinya sendiri dan berusaha menenangkan diri. Wanita di hadapan Indah itu sangat berkharisma, keibuan, dan juga tegas."Saya Ratna, pemilik restoran ini. Saya sudah banyak mendengar tentang kamu dari Desy. Saya berencana untuk membuka sebuah restoran di dekat pabrik dan sekolah. Saya mempunyai konsep restoran dengan masakan sederhana, murah, tapi tetap enak, bersih, dan sehat. Saya ingin menawarkan kerjasama dengan kamu, jadi kamu akan mengelola penuh restoran tersebut, dan mendapat bagian keuntungan. Kamu juga bisa menjual kue atau produk lain yang kamu buat," kata Bu Ratna. "Tapi saya masih kurang percaya diri, Bu. Saya ragu apakah makanan yang saya buat bisa memenuhi harapan dan keinginan Ibu, atau tidak.""Saya akan mencoba masakan kamu terlebih dahulu. Setelah itu, baru kita akan membicarakan mengenai rencana kita selanjutnya. Oke?" kata Bu Ratna. "Baik, saya setuju, Bu," jawab Indah. Saat itu juga Bu Ratna meminta Indah memasak beberapa menu di dapur restoran. Ia akan menguji apakah masakan Indah bisa memenuhi standar yang ia harapkan.Sebelum mulai memasak, Indah berdoa sejenak dan berusaha menenangkan diri, ia berharap hasil masakannya bisa memuaskan Bu Ratna.Indah menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam dapur restoran itu. Indah menyapa koki dan beberapa karyawan yang sedang sibuk menyiapkan pesanan konsumen. Semua karyawan itu menyambut Indah dengan ramah. Lalu Indah memakai celemek yang tersedia dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak. Bu Ratna ingin Indah memasak soto ayam, ayam goreng, dan sambal. Semua bahan dan bumbu tersedia di dalam lemari pendingin dan lemari dapur itu. Indah mulai mengolah bahan-bahan mentah itu menjadi masakan yang nikmat. Indah harus bekerja dengan efisien dan menggunakan waktu yang ada untuk mengolah tiga menu masakan itu. Setelah hampir dua jam berkutat di dapur, akhirnya semua masakan Indah matang. Indah segera menyajikannya di piring saji dan mangkuk. Bu Ratna masih menunggu hasil masakan Indah di ruangannya. Indah mengetuk pintu ruangan Bu Ratna dan menghidangkan masakan itu.Indah sangat tegang menunggu Bu Ratna mencicipi masakannya. Indah tahu pasti bahwa Bu Ratna pasti orang yang mahi
Indah mulai menikmati aktivitas barunya, pukul lima pagi ia berangkat ke restoran dan memasak. Ada dua orang asisten yang membantu Indah memasak di dapur. Kemampuan memasak Indah terus berkembang dan bakatnya semakin terasah. Indah mendengar dari Clara bahwa Aryo akan menikah dengan Tania. Namun Aryo tidak memberi tahu Indah mengenai rencana pernikahannya itu. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Aryo, pria itu tidak pernah memberi kabar atau menemui Indah.Aryo tidak pernah menanyakan kabar mengenai Arinna dan Charles, atau memberi mereka sesuatu. Aryo sudah melupakan istri dan anak-anak dari pernikahannya yang terdahulu.Untuk melaksanakan acara pernikahan yang mewah seperti keinginan Tania, Aryo terpaksa meminjam uang sejumlah lima puluh juta rupiah. Ibu Aryo juga membujuk Aryo untuk menuruti kemauan Indah, karena semua tetangga dan saudara sudah mendengar rencana pernikahan Aryo itu. Mereka berhutang demi harga diri dan gengsi."Tidak apa-apa, Nak. Nanti pasti kalian bisa membayar
Pagi itu Bu Ratna datang untuk meninjau restoran yang dikelola oleh Indah. Bu Ratna melihat aneka menu masakan yang sudah tersedia, kebersihan ruangan, dan cara pelayan untuk melayani pembeli. Setelah selesai memasak, Indah menemui Bu Ratna di salah satu ruangan yang digunakan sebagai kantor. "Bu, maaf menunggu lama. Ini saya bawakan makanan dan kue buatan saya," kata Indah sambil menghidangkannya di hadapan Bu Ratna. "Terimakasih. Wah, kuenya terlihat enak. Kamu hebat, bisa membagi waktu untuk melakukan semuanya," puji Bu Ratna. "Terimakasih, Bu. Silakan dicoba, Bu kuenya," kata Indah. Bu Ratna mengambil satu kue yang tersedia di atas piring dan mencicipinya."Wah, enak sekali kuenya. Kamu memang pintar,"Indah tersenyum mendengar pujian Bu Ratna. "Restoran ini cukup maju dan berkembang," kata Bu Ratna sambil tetap mengunyah kuenya. "Ini karena Ibu jeli melihat peluang yang ada," ucap Indah. "Ini juga karena masakanmu enak, sehingga pembeli yang mencobanya selalu ingin kembal
Aryo dan Tania saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana. Tania menjadi sering merasa marah dan kesal. Wanita yang dulunya lembut, cantik, dan selalu tersenyum itu kini menjadi ketus dan sering mengomel karena merasa hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Hari itu adalah hari ulang tahun Tania. Ia menyindir Aryo, mengharap suaminya itu akan memberi hadiah mewah dan mahal seperti dulu. "Mas, kamu gak lupa hari ini hari apa, kan?" Tania tersenyum ceria. "Iya, aku ingat. Selamat ulang tahun, istriku. Semoga kamu selalu sehat dan bahagia," kata Aryo sambil mengecup kening Tania. "Itu saja?" ujar Tania. "Maksudmu?" tanya Aryo sambil mengerutkan keningnya. "Mana hadiahnya, Mas? Kamu selalu memberi aku hadiah setiap aku berulang tahun," jawab Tania terus terang. "Maaf, Sayang. Kamu pasti mengerti bahwa kondisi keuangan kita saat ini sedang gak baik. Kalau tahun depan kondisi kita sudah pulih, aku pasti akan memberi kamu hadiah, apapun yang kamu inginkan," jawab Ary
Setelah tiga hari, akhirnya keluarga Tania pulang juga ke rumah mereka. Aryo merasa lega, karena hanya dalam tiga hari uangnya terkuras habis. Belum lagi adik Tania yang masih duduk di bangku SMA merengek meminta dibelikan ponsel terbaru. Dengan terpaksa Tania menggunakan kartu kreditnya lagi untuk memenuhi keinginan adik iparnya itu. "Mas, kepalaku sakit sekali, aku juga merasa mual dan gak berselera makan," keluh Tania malam itu. "Mungkin kamu kelelahan, istirahatlah supaya besok pagi kondisimu lebih baik," kata Aryo. Tania kali ini menuruti perkataan suaminya. Ia langsung masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tak lama kemudian Tania sudah tidur dengan pulas. Aryo menatap wanita yang kini telah menjadi istrinya itu, lalu menyelimuti tubuhnya. Menjelang pagi Aryo terbangun karena terkejut mendengar Tania lari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Aryo segera menyusul Tania ke kamar mandi. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Aryo. "Aku gak tahu, Mas. Ras
Di bulan kelima kehamilannya, tubuh Tania mulai membesar, perutnya membuncit. Wajah Tania juga berjerawat, karena ia tidak melakukan perawatan wajah dan menggunakan krim wajahnya. Tubuh seksi, wajah cantik terawat, kini untuk sementara menghilang dari sosok Tania yang selalu Aryo kagumi. Selain itu, Tania semakin manja dan keras kepala. Seringkali Aryo merasa kesal karena permintaan Tania yang rumit dan sifatnya yang keras kepala. Aryo berusaha bersabar, terkadang ia teringat pada Indah dan anak-anaknya. Aryo merasa rindu pada Arinna dan Charles, tetapi tidak punya alasan untuk menemui mereka. Suatu sore, Indah sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan bersama dengan Arinna dan Charles. Arinna sangat senang melihat tempat yang ramai dan besar itu. Indah mendorong troli, sambil sesekali mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. Indah membeli beras, sayuran, buah, perlengkapan mandi, kebutuhan dapur, dan sebagainya. Indah merasa senang, kini dengan penghasilan dan keuntunga
Siang itu Indah sedang berada di restoran. Ia membantu karyawan menyiapkan makanan pesanan mereka. Kondisi restoran cukup ramai di jam makan siang tersebut. Tiba-tiba seorang karyawan restoran mendekati Indah dengan wajah panik. "Mbak Indah, ada pelanggan yang mau bertemu," katanya. "Siapa? Apa ada masalah?" tanya Indah. Karyawan yang masih muda itu menundukkan kepalanya, dari wajahnya Indah mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah. "Maaf, Mbak. Orang itu marah-marah dan merasa kecewa dengan makanan yang dipesan. Saya sudah mencoba minta maaf, tapi orang itu ingin bertemu dengan orang yang memasak hidangan itu," jawabnya. Indah berdiri dan melihat dirinya di cermin. Ia harus memastikan penampilannya bersih dan rapi ketika bertemu dengan pelanggan. Indah berjalan mengikuti karyawan itu ke sebuah meja. Indah melihat dua orang pria sedang duduk berhadapan. Keduanya memakai kemeja lengan panjang seperti layaknya pekerja kantoran. Seorang pria di antaranya hanya mempermainkan makana
Pagi itu setelah memasak, Indah mendapatkan panggilan telepon dari Bu Ratna. Bu Ratna meminta Indah menemuinya di restoran lama miliknya. Indah tidak mengerti apa yang akan dibicarakan oleh Bu Ratna. Indah berpikir dan bertanya dalam hati, apakah Bu Ratna sudah mengetahui keributan yang terjadi di restoran kemarin siang?Indah harus memberikan jawaban yang tepat jika memang Bu Ratna meminta penjelasan darinya. Indah segera menyelesaikan pekerjaannya, lalu memberi pengarahan pada para karyawan. Setelah itu Indah segera menuju ke restoran milik Bu Ratna.Indah baru saja tiba di restoran itu. Ia menyempatkan diri untuk menyapa Desy dan berbincang sejenak. Desy mengatakan bahwa Bu Ratna sudah menunggu Indah di ruangannya. Indah bergegas menuju ruangan Bu Ratna. Dari sela-sela jendela Indah melihat Bu Ratna sedang berbincang dengan seseorang. Indah mengetuk pintu ruangan itu dan mendengar suara Bu Ratna mempersilakan ia masuk ke dalam. "Selamat siang, Bu," sapa Indah. Bu Ratna dan tamu