Share

Pertengkaran Aryo dan Tania

"Mas, kenapa gak jujur padaku kalau hutangmu sebanyak itu?" protes Tania.

"Sayang, hutang dan cicilan itu memang untuk kebutuhanku. Aku rasa memang belum sepantasnya aku menceritakan semuanya padamu, kecuali kalau kita sudah menikah," jawab Aryo.

"Tapi aku pikir kamu cukup kaya dan mapan, Mas. Karena itu aku mau menerima kamu," ucap Tania dengan jujur.

"Tapi kamu punya tabungan, kan?" tanya Ibu Aryo.

Aryo menundukkan kepala dan berpikir sejenak. Dia hanya mempunyai rekening tabungan untuk menampung gajinya. Namun saldonya tidak pernah bertambah, setiap bulan gajinya menguap habis. Apalagi setelah Aryo menjalin hubungan dengan Tania. Setiap bulan Tania selalu meminta uang untuk belanja, perawatan wajah dan rambut di salon, dan sebagainya.

Aryo tahu persis, setiap bulan uang yang tersisa di rekeningnya hanya mendekati saldo minimum. Seperti saat ini, tanggal gajian masih setengah bulan lagi, tapi saldo di kartu ATM Aryo hanya bersisa satu juta rupiah. Itu pun masih harus digunakan untuk uang transport ke kantor, makan siang, dan membeli keperluan pribadi Aryo.

Sebenarnya setiap hari Indah memasak, bahkan menjual masakan. Aryo mengakui masakan Indah memang enak dan hampir sama dengan rasa makanan di restoran. Namun selama ini Aryo selalu menolak jika Indah menawarkan untuk membawa bekal makan siang. Aryo merasa malu jika teman-temannya mengetahui bahwa ia membawa bekal dan berhemat, karena jabatannya cukup bagus di kantor.

Di depan semua anak buah dan karyawan lainnya, Aryo tidak mau terlihat susah dan kekurangan. Ia berusaha mengimbangi gaya hidup rekan-rekan dan penampilan mereka. Tak heran jika penampilan Aryo memang terlihat keren dan seperti eksekutif muda yang berdompet tebal. Itu juga yang membuat Tania jatuh hati dan mau menjalin hubungan dengannya.

Tania juga sering mengajak Aryo makan siang di kafe atau tempat yang mahal. Jika mereka sedang berjalan-jalan, Tania sering menarik Aryo ke pusat perbelanjaan untuk berbelanja. Sering kali bahkan Tania membeli barang-barang yang tidak benar-benar diperlukan.

Aryo jelas tidak bisa menolak permintaan gadis itu. Tania memang sudah menjerat dan membuat Aryo tergoda sedemikian rupa. Itu sebabnya Aryo sering kehabisan uang di pertengahan bulan. Akhirnya dengan terpaksa Aryo harus memakai kartu kredit

untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidupnya. Hutang Aryo pun semakin bertambah setiap bulannya, membuat ia merasa pusing dan mudah emosi. Selama ini Aryo melampiaskan rasa kesal dan tertekannya di rumah, pada Indah dan anak-anaknya.

Aryo baru menyadari, selama ini ia tidak mau tahu dengan kebutuhan di rumahnya. Ternyata selama ini memang Indah yang banyak memenuhi kebutuhan rumah. Aryo tidak pernah memikirkan uang jajan untuk anak, belanja bulanan, kebutuhan setiap hari, modal untuk usaha Indah. Semuanya itu Indah yang memikirkan dan menanggungnya sendiri. Indah tidak pernah mengeluh atau merengek minta uang padanya.

"Aryo, kenapa malah melamun?" tanya Ibu lagi.

"Eh, maaf. Ada koq, Bu," jawab Aryo.

Aryo tidak mungkin mengaku di depan Tania dan ibunya kalau ia tidak mempunyai tabungan. Tania bisa semakin kesal jika Aryo jujur mengaku bahwa keuangannya sangat minim dan terbatas.

"Ya sudah, gak masalah. Kamu segera ceraikan Indah, lalu menikah dengan Tania. Ibu lebih senang mempunyai menantu seperti Tania. Tania itu cantik, pintar, kerja di kantor juga. Tidak seperti Indah yang tidak berpendidikan dan hanya mengerti urusan dapur. Kali ini kamu memang pintar memilih calon istri. Ibu bangga memperkenalkan dia di depan teman-teman Ibu dan para tetangga," puji Ibu Aryo.

Tania tersenyum bangga mendengar pujian dari calon mertuanya itu. Hatinya melambung tinggi, ia sudah tidak sabar menjadi istri Aryo. Ia ingin menguasai gaji Aryo dan bersenang-senang sebagai istri sahnya. Tania berpikir bahwa teman-teman kantornya akan merasa iri dan tidak lagi memperdebatkan hubungan terlarangnya dengan Aryo.

"Kamu tenang saja, kalau wanita bodoh seperti Indah saja bisa mengelola keuangan di rumah ini, apalagi Tania yang seorang sarjana dan bekerja di kantor besar. Dia pasti bisa melakukannya dengan lebih baik. Kalian sama-sama punya gaji yang besar. ibu percaya, kalian pasti akan bertambah kaya dan sukses," kata Ibu Aryo lagi.

"Iya, Bu. Mengelola keuangan di rumah pasti sederhana dan mudah. Aku pasti bisa mengurus Mas Aryo lebih baik dari Mbak Indah," ucap Tania.

"Ah, Ibu jadi tidak sabar menunggu kalian resmi menikah. Kita akan membuat pesta yang mewah, mengundang banyak tamu dan saudara. Waktu kamu menikah dengan Indah, Ibu tidak mengundang semua kenalan Ibu, karena uangmu masih terbatas," gerutu ibu.

"Iya, Bu. Terserah Ibu dan Tania saja. Tapi Aryo harus siapkan dananya juga. Jangan buru-buru lah! Yang terpenting sekarang Aryo dan Indah bercerai dahulu," kata Aryo sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.

"Jangan lama-lama! Kita harus tunjukkan pada Indah dan semua orang, kalau kamu bisa lebih bahagia dan sukses bersama Tania," kata ibunya.

"Iya, Mas. Kita ajukan pinjaman saja untuk acara pernikahan kita," usul Tania.

"Eh, kamu ini seenaknya saja. Masa kita harus berhutang untuk acara satu hari? Pikir bagaimana kita membayarnya! Cobalah untuk bersikap dewasa dan jangan egois, Tania! Kamu dengar sendiri tadi, hutang dan tanggunganku masih banyak. Setelah kita resmi menikah, kita masih harus membayarnya sampai lunas."

Tania terkejut dan seketika wajahnya berubah seperti hampir menangis. Ia menjawab, "Mas, kamu koq jadi kasar begitu?"

"Kita buat acara sederhana saja, jangan terlalu memaksakan diri. Lagi pula ini pernikahan kedua bagiku, aku malu membuat acara besar. Apa kata orang-orang nanti? Aku menceraikan Indah dan menelantarkan anak-anakku, tapi menikah dengan pesta mewah denganmu?" kata Aryo.

"Aku tidak mau, Mas! Aku mau acara pernikahanku sesuai dengan impianku. Itu acara satu kali seumur hidup, Mas. Harus istimewa, aku tidak mau semuanya sederhana dan apa adanya. Aku harus memakai jasa salon terbaik, dekorasi mewah, dan katering mahal. Aku mau mengundang semua teman sekolahku dulu, teman kuliah, teman kantor. Orang tuaku juga pasti akan mengundang seluruh keluarga dan teman-teman mereka. Mereka sangat bangga karena calon suamiku orang kaya dan karyawan perusahaan besar. Mau ditaruh dimana mukaku kalau acara pernikahanku seperti itu? Pokoknya aku tidak mau!" gerutu Tania.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau, kita batalkan saja rencana pernikahan kita!" Aryo melipat kedua tangan di depan dadanya. Ia merasa kesal karena Tania tidak bisa memahami situasi dan kondisi keuangan Aryo yang sesungguhnya.

Tania mendengus kesal, lalu mengambil tasnya. Tanpa bicara lagi, Tania langsung pergi dari rumah itu. Aryo memejamkan matanya dan meremas rambutnya sendiri. Ia pusing memikirkan Tania yang selalu memaksakan kehendaknya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nyaprut
kere saja belagak kaya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status