"Dasar menantu nggak guna! Cuma bisa nyusahin orang aja!"
Dea, ibu mertua Ryan, menghampiri Ryan yang sedang duduk di kursi Roda dan menjambak rambut hitamnya."Ugh!" Ryan mengerang kesakitan.Masih dalam posisi menjambak rambut Ryan, Dea langsung menampar pipi Ryan dengan keras.PLAK!Suara tamparan keras ini menggema mengisi ruang keluarga. Tampak bekas tamparan merah pada pipi Ryan."Heh, sampah, anakku sudah kerja banting tulang dari pagi sampai malam cuma buat nafkahi kamu!""Tapi kamu malah santai-santai di sini bermain Laptop tanpa melakukan apa-apa!" bentak Endang sambil menunjuk-nunjuk wajah Ryan.Mendapat komentar seperti itu, Ryan hanya bisa diam dan bersabar. Kejadian ini, sudah menjadi makanan Ryan sehari-hari sejak ia mengalami kecelakaan mobil satu tahun yang lalu.Pada awalnya, Ryan Santoso adalah seorang eksekutif muda yang bekerja di sebuah perusahaan asing bernama LionKing Corporation di Jakarta.Karena kejeniusannya, hanya dalam empat tahun, Ryan berhasil merangkak dari karyawan biasa, menjadi Wakil Direktur Investasi.Investasi yang dilakukan oleh Ryan hampir selalu berhasil. Bahkan rate-nya mencapai 90%. Maka dari itu, LionKing Corporation mengangkatnya menjadi Wakil Direktur Investasi.Harta dan tahta, Ryan memiliki keduanya. Hingga akhirnya, ia menikahi seorang wanita cantik bernama Dian Prawiro, pacar Ryan sejak masih Kuliah. Mereka berdua hidup bahagia tanpa kekurangan apapun.Namun, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa. Dan hal ini terjadi pada Ryan.Suatu hari, mobil yang ditumpangi Ryan mengalami rem blong yang mengakibatkan sebuah mobil Pajero menabrak sisi kemudi mobilnya saat di perempatan lampu lalu lintas.Sejak saat itu, Ryan didiagnosa mengalami gangguan saraf tubuh bagian kanan, yang menyebabkan tangan dan kaki kanan lumpuh.Satu bulan setelah kejadian itu, Ryan dipecat dari pekerjaannya. Karena tak punya pendapatan lagi, ia tidak bisa lagi membayar cicilan rumah mewahnya, yang mengakibatkan pihak Bank menyita rumahnya.Akhirnya, atas saran Dian, Ryan dan istrinya tinggal di rumah Dea Prawiro, Ibu kandung Dian.Alasan Ryan menerima saran Dian adalah karena rumah Ibu mertuanya juga berada di Jakarta. Sedangkan, rumah orang tua Ryan berada di Surabaya. Berdasarkan pertimbangan jarak, lebih mudah pindah ke rumah Ibu mertuanya dibanding ke rumah orang tuanya.Tapi, Ryan tidak menyangka bahwa hidupnya di rumah Ibu Mertuanya terasa sangat berat.Ibu mertua Ryan, Dea, hanyalah Ibu rumah tangga biasa. Selama ini, ia hidup dengan uang pensiun Almarhum suaminya, dan juga kiriman uang dari Ryan.Tapi, sejak Ryan tidak memiliki pekerjaan, otomatis uang kiriman itu berhenti. Dea pun hanya bisa mengandalkan uang pensiun Almarhum suaminya untuk kebutuhan hidup.Dengan keberadaan Ryan, otomatis uang pensiun yang kecil itu tidak mampu mencukupi kehidupan mereka sehari-hari.Untuk meringankan beban Ibunya, Dian memilih untuk bekerja sebagai marketing sebuah perusahaan Real Estate yang cukup terkenal.Akibatnya, Dian terpaksa harus meninggalkan Ryan sendirian di rumah bersama Ibunya.Menganggap Ryan sekarang hanyalah pria cacat tak berguna, Dea jadi sering melampiaskan kekesalannya pada Ryan."Tampang doang cakep, tapi cacat! Cuih!" Dea meludahi kepala Ryan yang sejak tadi tertunduk ke bawah."Sampah sepertimu memang tidak pantas untuk anakku!" Setelah mengatakannya, Dea meninggalkan Ryan sendirian di kamarnya.Ryan hanya duduk terdiam, sambil memandang punggung Ibu mertuanya dengan penuh kebencian.Akan tetapi, Ryan memilih menelan kembali amarahnya dan mencoba mentolerir perbuatan Dea.Bagaimanapun juga, apa yang dikatakan Ibu Mertuanya itu benar. Dian, telah bekerja banting tulang dan sering pulang malam demi menafkahinya.Maka dari itu, Ryan sama sekali tidak memiliki keinginan untuk melawan.Lagipula, Ryan memiliki rencana rahasia, yaitu berinvestasi Bitcoin secara diam-diam tanpa sepengetahuan istri dan ibu mertuanya. Ia menggunakan sebagian uang tabungannya untuk membeli Bitcoin.Saat ini tahun 2014, dimana Mata Uang Crypto masih belum populer. Namun sebagai mantan Wakil Direktur Investasi, Ryan memperkirakan bahwa Mata Uang Crypto, termasuk di dalamnya Bitcoin, akan mengalami kenaikan dalam lima tahun ke depan.Maka dari itu, Ryan menggunakan Laptopnya bukan untuk bermain, tapi mengawasi fluktuasi harga Bitcoin.Ryan ingin membuktikan pada istri dan ibu mertuanya bahwa ia bisa menghasilkan uang walau dengan keadaannya yang lumpuh.Maka dari itu, Ryan bersedia menerima semua perlakuan kasar dari Ibu Mertuanya sambil menunggu momen yang tepat.Hari demi hari Ryan dengan siksaan baik verbal maupun non-verbal. Jika terdapat memar di tubuh Ryan, Dea selalu beralasan bahwa Ryan ceroboh dan jatuh dari kursi rodanya. Karena Dian mempercayai ibunya, jadi ia tidak memikirkannya lagi dan hanya menasehati Ryan supaya lebih hati-hati.Namun, siksaan ini semakin lama semakin menjadi-jadi. Pernah suatu saat ketika Ryan demam, Ibunya dengan sengaja menumpahkan Sup panas ke paha Ryan di depan Dian.Tentu saja ibu mertuanya itu berdalih bahwa ia tidak sengaja. Namun Ryan tahu, bahwa ibu mertuanya memang sengaja menumpahkannya.Ryan hanya bisa meredam amarahnya dalam hati.Hingga sesuatu ketika, Dea meminta Dian untuk menceraikan Ryan."Apa maksud mama memintaku menceraikan Mas Ryan?!" ucap Dian dengan nada tinggi."Dian, ini semua demi kebaikanmu nak. Lihat, suamimu sekarang kerjanya hanya duduk nggak ngapa-ngapain. Daripada memelihara sampah seperti itu, lebih baik kamu ceraikan dia, dan menikah dengan Albert!""Albert? Bosku Albert? Kenapa mama bawa-bawa nama Bosku?" Dian tampak bingung dengan ucapan Ibunya. Namun, ada satu hal yang membuat Dian marah. "Aku tidak peduli alasan Mama berkata seperti ini, tapi jangan pernah sebut suami aku sampah!"Tiba-tiba saja, Dea menampar anaknya.Plak"Dasar anak durhaka! Cepat ceraikan Ryan atau kamu tidak boleh keluar selangkahpun dari rumah ini!"Dian menangis tersedu-sedu mendapat perlakuan seperti ini. Ia pun segera lari ke kamar.Saat masuk kamar, Dian tidak melihat Ryan sama sekali. 'Di mana mas Ryan? Bukankah biasanya dia ada di kamar ya kalau sore begini?' Dian menjadi sedikit khawatir dengan Ryan. Ia lalu keluar kamar sambil menahan isak tangisnya. "Mas Ryan …""Mas Ryan …" Dian beberapa kali memanggil nama suaminya, namun tidak ada tanggapan sama sekali.Dari dapur, Dea mengintip anaknya yang sedang mencari Ryan. "Kamu nggak akan bisa menemukannya, wahai anakku. Karena sekarang Ryan telah menjadi makanan ikan, hahahaha …" gumam Dea dengan ekspresi bak seorang psikopat."Sekarang, mau nggak mau kamu akan menikah dengan Tuan Albert!"~***~Di pinggiran sebuah sungai wilayah Bandung, dua orang pria bertubuh kekar membawa sebuah karung.Saat karung itu dibuka, di dalamnya terdapat Ryan yang dalam kondisi tidak sadarkan diri."Ayo cepat kita buang orang ini ke sungai.""Kira-kira salah apa ya orang ini, sampai Tuan Muda meminta kita untuk membunuhnya?""Hush, nggak usah banyak tanya. Bisa-bisa kita yang akan disingkirkan Tuan Muda jika tahu terlalu banyak.""Iya juga sih. Kalau begitu ayo kita langsung tenggelamkan saja orang ini. Hari juga sudah semakin malam."Tanpa ada keraguan, kedua orang tersebut langsung melempar tubuh Ryan yang masih terikat ke dalam sungai."Ugh, apa yang terjadi? Kepalaku terasa sakit sekali." gumam Ryan yang baru sadarkan diri. Saat Ryan melihat sekelilingnya, ia sedikit terkejut. Karena ia sekarang berada di sebuah ruangan berdinding kayu dengan luas sekitar 3x3 meter.Di dalam ruangan redup itu, terdapat seorang pria tua berambut dan berjanggut panjang putih. Pakaian yang dia gunakan terlihat seperti di film-film china jaman kerajaan."Kamu sudah sadar rupanya." ucap pria tua itu.Melihat sosok asing itu, Ryan bertanya, "Siapa kamu? Aku sekarang ada di mana?"Berdasarkan ingatan terakhir Ryan, ia sedang tidur di kamar. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya telah diculik dan dibuang ke sungai.Pria tua itu lalu menatap ke arah Ryan dan berkata, "Namaku Xiao Yan. Aku menemukanmu hanyut di sungai, jadi aku membawamu ke rumahku.""Hanyut di sungai?" Ketika Ryan mengucapkannya, tiba-tiba ingatan samar saat Ryan akan dibuang ke sungai muncul. "Jadi begitu, aku sepertinya diculik saat tidur dan tubuhku dibuang ke s
Ryan yang terkejut dengan kejadian ini, mencoba melihat keadaan sekitar. Ia melihat ada infus, alat pengukur detak jantung, dan juga alat bantu pernafasan. Ryan akhirnya sadar bahwa dirinya berada di kamar Rumah Sakit.Saat Ryan akan melepas alat bantu pernafasan yang ada di wajahnya, Ryan tidak dapat merasakan tangan kanannya."Ini?! Jangan-jangan …"Untuk membuktikan kecurigaannya, Ryan mencoba menggerakkan kaki kanannya. Ternyata ia juga tidak dapat merasakan kaki kanannya."Aku kembali ke tubuh lamaku!"Ryan lalu mencoba mengecek keadaan tubuhnya. Ia menemukan bahwa tubuhnya tidak memiliki energi Qi sama sekali.Tapi saat Ryan mengecek jiwanya, Ryan menemukan bahwa jiwanya terasa lebih kuat dari sebelumnya. "Jadi begitu …""Alasan aku gagal dalam Tribulasi ketiga adalah karena jiwaku tidak sempurna. Sebagian kecil jiwaku masih berada dalam tubuh ini."Saat mengucapkannya, mata Ryan melebar seakan mendapat pencerahan. "Bukankah itu artinya, sekarang jiwaku telah sempurna dan aku b
Tidak ingin membuat orang-orang curiga, Ryan pun segera mengubah wajah dan tubuhnya ke bentuk semula dengan Teknik Seribu Wajah.Hal ini terpaksa Ryan lakukan agar tidak mengundang kecurigaan orang-orang dan juga dokter. Karena sangat tidak mungkin, tubuh yang awalnya kurus kering, tiba-tiba menjadi kekar berotot seperti seorang atlet olimpiade hanya dalam semalam.Ryan lalu mulai memejamkan mata dan berfokus mengendalikan energi Qi yang ada dalam tubuhnya. Dengan tingkat kultivasi Qi Condensation Tengah, Ryan memanipulasi Qi untuk menyelimuti seluruh organ dan tulangnya.Secara ajaib, tubuh Ryan yang berotot itu kembali menyusut seperti sebelumnya, menyisakan tulang dan kulitnya saja, seperti orang yang tak terurus."Sempurna!" ucapnya Ryan. Ia kemudian segera kembali berbaring di ranjang rumah sakit sebelum perawat atau pun dokter yang memeriksanya datang.Benar saja, tidak lama kemudian, suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Walau langkah kaki ini masih berjarak 10 meter
"A-anakku? Bukankah dulu saat aku pergi Dian belum hamil Pa-Ma?” Ryan mengulangi pertanyaannya. Bukan karena ia tidak mempercayai istrinya itu, hanya saja dia masih merasa syok dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.“Ya, apa yang kamu dengar itu benar Nak. Dia adalah anakmu dan Dian,” jawab Nova, Ibu Ryan. "Jadi, dulu setelah kamu menghilang, Dian baru mengetahui jika dirinya sedang berbadan dua. Saat itu tiba-tiba saja dirinya drop. Begitu diperiksa, dokter mengatakan kalau dirinya sedang mengandung delapan minggu," tambahnya dengan mata menerawang jauh ke depan."Pantas saja dia sangat mirip dengan Dian. Tapi, dia sama sekali tidak mirip denganku. Apakah dia benar-benar anakku?" gumam Ryan sambil mengirimkan energi Qi secara diam-diam ke dalam tubuh gadis kecil yang kini sedang bermain boneka sendirian di balik sofa. Hal ini ia lakukan untuk memeriksa hubungan darah di antara keduanya. Saat Energi Qi seukuran sehelai rambut masuk ke dalam aliran darah gadis kecil itu, Ryan mer
Mendengar pertanyaan Ryan, Nova hanya bisa terdiam sambil mengusap-usap rambut hitam Alena, seakan ingin menyembunyikan sesuatu. "Ma, tolong katakan dengan jujur, sejak kapan Alena seperti ini?" tanya Ryan dengan nada meninggi. Sebelum Nova menjawab, Imam menjawabnya terlebih dahulu. "Alena sudah batuk berdarah sejak dia datang kemari bersama ibunya. Saat itu, kami sudah mencoba menanyakannya pada Dian. Akan tetapi Dian sama sekali tidak mau memberitahu kami." Ryan menatap bocah manis itu. Tampak di wajahnya, tercetak ekspresi kesakitan yang teramat sangat. Walau begitu, Alena berusaha tidak mengeluh dan menahannya. Melihat darah dagingnya seperti itu, hati Ryan terasa seperti dipotong-potong. "Apakah ini penyakit bawaan?" "Bapak kurang tahu Nak. Beberapa kali kami membawa Alena berobat, tapi tidak ada satupun yang tahu penyakit apa yang dideritanya. Dokter hanya memberi kami resep obat untuk meringankan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Tapi semua itu hanya bersifat sement
Karena Tingkat Kultivasi Ryan hanya berada di Qi Condensation Tengah, maka energi yang dimiliki Ryan tidaklah banyak. Demi berusaha membakar habis racun di tubuh Alena saja, Ryan telah menghabiskan 80% Qi dalam tubuhnya. Hal ini membuat nafas Ryan terengah-engah. Walau begitu, Ryan tetap terus menyuntikkan energi Qi miliknya tanpa henti.Setelah beberapa saat berpikir dan mengatur napasnya, Ryan memutuskan untuk sementara waktu menyegel racun di dalam tubuh Alena.Dengan cepat, Api Lotus Hijau di tubuh Alena menyelimuti semua racun yang ada dalam tubuhnya, dan langsung mengumpulkannya menjadi satu, membentuk sebuah permata hitam legam di dalam jantung Alena.Semua proses ini, mulai dari awal hingga proses penyegelan, telah memakan waktu kurang lebih 50 menit. Dengan kata lain, Ryan telah memeluk Alena selama hampir satu jam. Tentu saja hal ini membuat kedua orang tua Ryan sedikit bingung. Namun, mereka mengira bahwa lamanya Ryan memeluk Alena karena keduanya sedang saling melepas rin
"Kalian lanjutkan saja makannya, biar Mama yang ke depan membukakan pintu," usul Ibu Ryan seraya bangkit dari duduknya menuju pintu depan.Ryan, bapaknya, dan Alena kembali menikmati makanan sederhana yang dimasak penuh cinta oleh malaikat tak bersayap mereka. Namun, lagi-lagi suapan mereka harus kembali terjeda saat mendengar rengekan keras Ibu Ryan. "Tolong jangan pukul saya Pak … tolong beri kami waktu …"Suara ini membuat Alena sedikit ketakutan. Bahkan wajah santai Imam berubah drastis, seakan-akan ia tahu identitas orang yang bertamu ke rumahnya itu. Saat Imam akan berdiri menyusul Nova, Ryan langsung menghentikannya. “Pa, biar Ryan yang pergi ke depan. Papa makan saja di sini bersama Alena.”"Tapi Nak …"Tanpa menunggu persetujuan Imam, Ryan langsung bangkit dari duduknya, dan segera berjalan ke teras depan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga membuat Ibunya sampai seperti itu.Ternyata dugaan Ryan benar. Saat Ryan tiba di teras depan, ia melihat sang Ibu sudah te
"Hehehe, jangan pernah mempermain kami, keparat! Dengan libasan golokku, akan aku pastikan kepala dan badanmu itu terpisah."Mendengar ini, Ryan berkata dengan nada tinggi. "Jangan banyak bicara, ayo maju kalian bertiga!""Dasar sombong!""Ayo maju!""Mati kau!"Ketiga pria berbadan kekar tersebut berteriak dan maju secara bersamaan. Mereka dengan cepat melayangkan golok tajam tanpa ada keraguan di dalamnya.Melihat datangnya ketiga bilah golok yang datang dari tiga arah yang berbeda secara bersamaan, Ryan tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ekspresi tenang di wajahnya menjadi lapisan tipis yang menyembunyikan kekuatan dalam dirinya.Saat ketiga golok tersebut berada pada jarak tertentu, Ryan lalu bergerak mengelak dengan lincah, meliuk dan menari di antara serangan-serangan itu. Setiap gerakan tubuhnya penuh dengan keanggunan dan keahlian yang memikat. Dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, ia merespons setiap serangan dengan tepat waktu.Golok-golok itu berputar dan be