"Mama tenang saja, masalah ini biar nanti Ryan yang menyelesaikannya. Sekarang Mama, Papa, dan Alena lanjutkan sarapan kalian saja. Tadi belum sempat makan kan?" Ryan mengalihkan topik pembicaraan."Ennn ... biar nanti siang saja mama teruskan, sekarang nafsu makan mama benar-benar sudah hilang.”"Papa juga sudah kenyang. Kalau Alena bagaimana?""Ennn …" Alena menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih sedikit ketakutan dengan keributan yang terjadi di luar."Brengsek! Tahu begini, setidaknya aku akan memecahkan bola kejantanan mereka terlebih dahulu sebelum membiarkan kelimanya pergi, sebagai bayaran telah merusak suasana sarapan keluargaku." bisik Ryan"Kamu bilang apa Nak?" tanya Nova yang sekilas sepertinya mendengar bisikan kecil Ryan tadi."Ryan cuma menghela nafas saja kok Ma." Ryan tersenyum sembari berharap ibunya tidak mendengar perkataannya.Karena acara sarapan bersama telah kacay, Ryan dan kedua orang tuanya memilih untuk bercengkrama di sana mengisi waktu kosong, karena ke
Mendengar kata-kata motivasi Rendi, 20 preman bertato dan berbadan kekar tersebut mulai bangkit dari ketakutannya. Mereka sadar, bahwa jumlah mereka jauh lebih banyak dari Ryan yang hanya seorang diri. Jadi, mereka berpikir untuk tidak lagi takut menghadapi Ryan. Dalam keheningan yang tegang, Ryan, si kultivator Qi Gathering Tengah, berdiri dengan mantap di hadapan 20 preman berbadan kekar yang membawa golok. Wajahnya dipenuhi dengan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. "Serang!" Mendengar aba-aba dari Rendi, tanpa ragu para preman itu dengan ganas menerjang Ryan. Mereka mengangkat golok mereka tinggi-tinggi sehingga bilah golok-golok mereka terlihat berkilat di udara. Namun, Ryan dengan tenang menatap mereka, siap menghadapi serangan mereka dengan tangan kosong. Serangan pertama datang dengan cepat, sekelompok preman mendekati Ryan dengan serangan horizontal yang kuat. Namun, dengan kecepatan yang luar biasa, Ryan menghindari serangan mereka dengan gerakan yang lincah, seperti
Tak butuh waktu lama, Rendi telah membawa Ryan ke sebuah Klub Malam di tengah kota Surabaya. Karena saat ini matahari masih berada di puncak, suasana Klub Malam bernama Viper Nest itu masih tampak sepi.Dari penjelasan Rendi selama perjalanan, Arnold ternyata adalah seorang pimpinan sebuah Geng bernama Viper dan membawahi beberapa Klub Malam, Panti Pijat, dan juga Rumah Judi di wilayah Surabaya Pusat dan Timur. Arnold juga sering memberikan pinjaman dengan bunga tinggi pada orang-orang yang membutuhkan untuk merebut aset mereka. Jadi, alasan Arnold bersedia memberikan pinjaman pada Nova dan Imam adalah karena dia ingin merebut rumah tempat tinggal mereka berdua.Dari cerita ini, Ryan benar-benar ingin segera memberinya salam yang sangat hangat pada Arnold.Ryan melangkah masuk ke klub malam yang gelap dengan Rendi di sampingnya. Suasana hening terisi dengan ketegangan saat mereka berjalan melintasi lorong yang sepi. Beberapa kali Ryan dan Rendi bertemu dengan sejumlah anggota Geng V
"Siap Bos!" jawab Rizal dan Hendra bersamaan.Setelah itu, kedua pria berbadan kekar dengan jas hitam, kemeja putih, dan kacamata hitam tersebut bergegas melangkah dan berdiri di hadapan Ryan."Namaku Rizal, dan yang disebelahku ini adalah adik seperguruanku, Hendra. Kami berdua adalah Praktisi Seni Bela Diri Pencak Silat yang telah lama mengikuti Bos Arnold. Sebelum bertarung, bolehkah aku bertanya, siapa nama Praktisi Bela Diri di depanku ini?"Walau Rizal adalah bodyguard dari seorang Bos Geng, tapi dia sangat mendedikasikan dirinya untuk Bela Diri. Bahkan sampai sekarang, setiap pagi dia tidak pernah lupa untuk berlatih. Jika bukan karena faktor ekonomi dan juga balas budi, mungkin dia tidak akan bekerja sebagai bodyguard.Rizal menganggap Ryan sebagai seorang Praktisi Bela Diri. Maka dari itu, dia memberikan salam hormat kepada Ryan sebagai sesama Praktisi Bela Diri. Perkatan penuh kesopanan ini membuat Ryan puas. Ia pun membalas perkataan Rizal dengan sopan. "Aku Ryan, dan aku
Arnold, yang menyaksikan pertarungan itu dengan mata kepalanya sendiri, sedikit bergidik begitu mendengar suara Ryan. Bagaimanapun juga, kekuatan yang diperlihatkan Ryan benar-benar luar biasa. Arnold sendiri tidak yakin dapat mengalahkan Ryan hanya dengan kekuatannya sebagai seorang Master.Tak lama kemudian, Ryan kembali berkata dengan suara yang berat, "Aku memberimu dua pilihan, mati di sini, atau bersumpah setia padaku."Aura penuh penindasan menyeruak bagai ombak besar menerjang, membuat tubuh Arnold terasa begitu berat hingga jatuh berlutut."Ugh!" Arnold mengerang kesakitan atas tekanan berat ini. "Cepat pilih! Aku memberimu waktu sepuluh detik …"Sebagai seorang Master, ia tidak ingin bekerja di bawah orang lain. Dengan harga diri dan keangkuhannya, hati Arnold terus menolak ide untuk tunduk pada sosok pria yang ada di depannya itu."Sepuluh …""Sembilan …"Suara hitungan mundur terdengar bagaikan petir di siang bolong, membuat jantung Arnold serasa ingin melompat."Delapan
"Arnold siap memenuhi semua perintah Bos Ryan!" tegas Arnold.Ryan tersenyum dan berkata, "Hal pertama yang aku ingin kamu lakukan sekarang adalah memberiku ponsel dan juga sejumlah besar uang.""Itu hal yang sangat mudah Bos, Arnold bisa segera melakukannya sekarang." Setelah berkata seperti itu, Arnold langsug meminta Rendi dan anak buahnya segera pergi ke Tunjungan Plaza untuk membeli ponsel baru. Arnold kemudian meraih dompet di kantong celananya, dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam. Tanpa ragu, Arnold membungkukkan tubuhnya 90 derajat sembari menyerahkan kartu hitam tersebut kepada Ryan."Bos, ini adalah Black Card dari Bank Asia. Untuk menghindari kecurigaan aparat hukum, kami membagi semua keuntungan bisnis Geng Viper ke dalam beberapa rekening Bank, dan ini salah satunya.""Di dalamnya, ada uang 20 miliar rupiah. Arnold mohon Bos bersedia menerimanya." jelas Arnold."Baik, aku terima kartu ini dengan senang hati, terima kasih." Ryan mengambil kartu di tangan Arnold.
Setelah berpikir beberapa saat, Ryan memutuskan untuk menyimpan masalah ini terlebih dahulu, dan berkonsentrasi pada masalah yang ia hadapi sekarang, yaitu secepatnya mencapai Foundation Establishment Awal dan memusnahkan racun dalam tubuh Alena. Untuk masalah lainnya, akan ia selesaikan secara bertahap."Kembali ke pembicaraan masalah Tanaman Magis. Apakah kamu sanggup untuk mencarinya?""Siap Bos, Arnold sanggup! Saya dan anak buah akan mencarinya langsung ke Gunung Kawi. Konon katanya, di sana ada beberapa Tanaman Magis yang masih belum terjamah manusia.""Baik, aku serahkan semuanya padamu. Jika kalian berhasil menemukannya, segera bawa padaku."Karena semuanya sudah jelas, Ryan segera pulang setelah menerima ponsel yang telah dibeli oleh Rendi.Awalnya, Arnold berniat untuk mengantar Ryan pulang. Namun Ryan menolaknya. Ia takut jika ibunya melihat Ryan pulang dengan Arnold, ibunya akan terkejut hingga sakit jantung.Maka dari itu, sebelum Ryan menjelaskan semua ini pada Ibu dan B
Untuk memperluas area pencarian, Arnold membagi anak buahnya menjadi beberapa tim. Namun, karena Rizal dan Hendra masih cedera pasca pertarungannya dengan Ryan, alhasil Arnold adalah satu-satunya Praktisi Bela Diri di sini.Tentu saja ini akan sangat menyulitkan untuk menugaskan orang biasa mencari Tanaman Magis. Karena hanya para Praktisi Bela Dirilah yang tahu tentang tanaman-tanaman tersebut.Untuk mengatasi masalah tersebut, Arnold berinisiatif membagikan katalog gambar tanaman agar memudahkan mereka mengidentifikasi Tanaman Magis. Dengan begitu, setidaknya mereka dapat membedakan antara Tanaman Magis dan tanaman biasa.Tidak lupa Arnold berpesan, bahwa jika mereka berhasil menemukan Tanaman Magis, mereka harus dengan hati-hati mencabutnya dari tanah. Bahkan kalau bisa, akar Tanaman Magis tersebut tidak boleh rusak sedikitpun, agar kualitas Tanaman Magis tersebut tetap terjaga.Setelah hampir setengah hari mereka mendaki dan berkeliling mencari Tanaman Magis, sepertinya dewi fortu