Share

Bab 6

Suasana di kamar hotel terasa canggung. Keluarga Raharja sengaja memesan kamar untuk pasangan yang resmi menikah hari itu. Chika saat ini sedang di bantu oleh Niko melepas berbagai pernak pernik yang tertempel di kepalanya. Selepas acara selesai Chika mengajak Niko buru-buru ke kamar karena ingin cepat beristirahat.

Bukan kenyamanan yang di dapat namun justru rasa sakit yang Chika rasakan ketika sampai di kamar hotel. Chika yang sudah mendambakan tidur di atas ranjang itu, tidak menyadari jika riasan di tubuhnya belum terlepas dan terhapus. Dengan senangnya, Chika menidurkan badannya di atas ranjang empuk tersebut.

Alhasil, rasa sakit di kepala karena sanggul dan mahkota saling terbentur. Niko yang melihat kelakuan Chika, hanya menatap sesaat lalu menghampiri Chika.

“Apa sakit?” tanya Niko yang melihat Chika merasakan ngilu di kepalanya.

“Hiks,” Chika mengangguk dan mengusap kepalanya untuk meredakan rasa sakit di kepalanya.

“Kamu duduklah, saya bantu melepaskan mahkota itu,” perintah Niko yang nada biacaranya tidak mau di bantah.

“Meskipun raut wajahnya tidak mengenakan, namun laki-laki ini bisa juga perhatian padaku,” batin Chika mengghibah suaminya lalu berjalan menuju kursi tak jauh dari tempat tidurnya.

Satu persatu pernak pernik di kepala Chika, Niko lepas. Dengan telaten dan lembut melepaskannya, membuat Chika sedikit salah tingkah. Chika melihat gerak gerik Niko dari pantulan kaca di depannya. Di lihatnya wajah dan badan atletis Niko.

Wajah tampan itu terlihat tidak membosankan untuk Chika. Alis tebal dengan rahang tegas dan warna bibir yang merah. Tak lupa badannya yang atletis dan badan yang tinggi, membuat Niko semakin sempurna di matanya. Ciri-ciri pria idaman untuk kalangan wanita di luar sana, batin Chika.

“Ehmm. Apa yang kamu lihat?” suara berat itu menyadarkan lamunan Chika dan seketika membuatnya gelagapan.

“Tidak,” Chika berusaha mungkin bersikap tenang agar Niko tidak curiga padanya.

“Mahkota yang ada di kepala kamu sudah terlepas. Sembari kamu menghapus make up, saya mandi dulu,” ucapnya berlalu tanpa menunggu persetujuan Chika.

“Sepertinya dia sangat paham dengan wanita,” lirih Chika yang heran dengan pengetahuan Niko padanya.

“Mungkin karena dia sudah pernah menikah,” tambahnya lagi lalu menghapus wajahnya dengan kapas yang sudah di beri cairan pembersih.

Make up yang memang tebal, Chika membutuhkan beberapa lembar kapas untuk membersihkan wajahnya. Untuk menghilangkan rasa sepi dan bosan, Chika menyalakan TV. Chika beberapa kali memindah chanel TV dengan wajah yang masih ada sisa-sisa make up. Chanel TV yang tidak menarik bagi Chika, akhirnya ia menonton TV dengan chanel yang seadanya. Sebetulnya bukan Chika yang menonton TV, hanya saja TV yang menontonnya.

Lima belas menit berlalu, Niko keluar dari kamar mandi. Mandi membuat badannya lebih segar dan rasa lelahnya sedikit terobati.

“Saya sudah selesai mandi,” ucap Niko lalu berjalan untuk mengambil bajunya yang masih berada di koper.

“Iya,” balas Chika singkat sambil memalingkan wajahnya untuk melihat Niko.

“Astaga ya Allah,” teriak Chika dengan kedua tangannya yang menutupi wajahnya.  

“Kenapa?” Niko bertanya sambil menengok ke kanan, kiri, atas dan bawah untuk memastikan apakah ada yang salah pada dirinya.

“Bisakah kamu membalut tubuh kamu Mas? Sungguh itu aurat yang sudah menodai mataku,” pekik Chika yang masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Tidak ada balasan dari Niko. Namun beberapa detik kemudian, Niko bertawa terbahak-bahak melihat sikap Chika yang lucu baginya.

“Saya tidak menyangka kamu sepolos ini. Asal kamu tahu, kalaupun kamu melihat seluruh tubuh saya, mata kamu sudah halal melihatnya,” balas Niko yang kembali tertawa sambil memegang perutnya.

Chika mengaga mendengar pernyataan Niko. Dengan sadar, Chika baru ingat jika ia dan Niko sudah resmi menjadi suami istri. Perlahan tangan yang menutupi wajahnya ia buka dan melihat Niko yang bahagia menertawakan dirinya.

“Ternyata kamu bisa tertawa Mas,” ungkap Chika menatap Niko heran.

Spontan ungkapan Chika membuat Niko menghentikan tertawanya lalu kembali ke mode juteknya. Ia lantas fokus mencari bajunya di koper dan tidak menghiraukan pertanyaan Chika.

“Lanjutkan saja tertawa kamu Mas. Tidak perlu sungkan pada saya,” Chika mencoba menggoda Niko yang nampak salah tingkah karena perkataannya.

“Tidak. Lebih baik kamu mandi, wajah kamu jelek sekali,” sahut Niko tanpa melihat ke arah Chika karena masih salah tingkah.

“Benarkah?” sahut Chika melotot lalu berlari ke kamar mandi.

Niko tersenyum manis melihat tingkah Chika. Sepertinya hari-harinya akan lebih ceria dengan kehadiran Chika.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status