Share

bab 2

Mobil mewah berwarna hitam pekat kini berhenti pas, di depan rumah minimalis yang terlihat sederhana namun begitu elegan.

Sosok pria bertubuh tinggi kekar, keluar dari mobil. Ia memandangi rumah di depannya dan terdengar dari mulutnya tarikan nafas panjang dan membuangnya dengan kasar.

Raut wajah emosi kini ia ganti dengan wajah bersahaja, saat memasuki rumah nyaman itu.

Saat berjalan menuju tangga, indera penciumannya disajikan oleh aroma lezat yang berasal dari dapur.

Sebastian mengganti niatnya yang akan menuju lantai dua, berputar haluan ke arah dapur.

Pria itu, menghentikan langkahnya saat berada di area dapur yang terlihat bersih dan indah dipandang mata.

Jantung pria itu bergetar hebat, saat melihat punggung ramping istrinya yang sedang sibuk memotong beberapa sayuran dan daging.

Tersirat perasaan bersalah dalam dirinya, atas kejadian semalam dengan nona mudanya.

Ia merasa mengkhianati sang istri tercinta yang kini sedang menyiapkan dirinya sarapan istimewa dengan tulus. Sedangkan dirinya tega membohongi sang istri dan menghabiskan malam hangat dengan wanita yang begitu ia hindari sekarang ini.

Entah mengapa ia merasa tidak berdaya dan kehilangan kendali kemarin malam, ia yang menemani sang nona muda menghadiri acara party salah satu klien. Mendadak bergairah, sehabis meneguk segelas minuman yang disajikan pelayan di pesta.

Entah sejak kapan, Sebastian sudah berada di dalam kamar hotel dan menghabiskan malam panjang dengan wanita licik dan murahan menurutnya.

Sebastian melangkah pelan mendekati sang istri yang begitu serius menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.

Pria itu meletakkan jas hitamnya di sandaran kursi dan mendekat sambil menggulung kedua lengan kemeja hitam miliknya. Ia juga membuka beberapa kancing kemejanya, memperlihatkan otot-otot dadanya yang seksi.

"Selamat, pagi sayang," bisik Sebastian merangkul tubuh ramping istrinya dari arah belakang.

Ia juga meninggalkan kecupan basah di ceruk leher sang istri dan sebelah pipi wanita yang begitu amat ia cintai.

Wanita bertubuh standar wanita pada umumnya itu, terkejut. Ia bahkan tidak sengaja mengiris jari telunjuknya, hingga mengeluarkan cairan merah.

"Stth" ringisnya tertahan.

Sebastian membalikkan tubuh ramping istrinya dan ia meraih jari sang istri yang terluka.

"Astaga, kau terluka sayang!" Serunya dengan wajah panik. Sebastian segera membawa jari terluka istrinya kedalam mulutnya yang hangat, menghisap jari terluka itu, agar darah berhenti keluar.

"Maaf!" Ucapnya dengan tatapan bersalah ia tujukan kepada wanita berwajah cantik di depannya.

Sang istri tercinta hanya tersenyum, membelai wajah rupawan suaminya dan mengecup sekilas bibir seksi sang suami.

Namun, saat ia akan menjauhkan bibirnya, segera Sebastian menarik pinggang ramping sang istri dan segera menyesap lembut bibir berisi istrinya itu penuh perasaan cinta.

"Maaf!" Ucap Sebastian sekali lagi, saat melepaskan tautan bibir mereka dan masih memeluk pinggang ramping istrinya.

"Hm!" Gumam sang istri dengan senyum hangatnya yang membuat Sebastian semakin, mencintai istrinya itu.

"Kau baru kembali?" Tanya wanita yang kembali melanjutkan kegiatan yang terganggu sejenak.

Sebastian membeku dengan posisi, kembali memeluk tubuh istrinya dari belakang.

"Kau terlihat lelah!" Seru wanita di pelukan Sebastian penuh pengertian.

"Istirahatlah, aku akan membangunkanmu saat makanan sudah siap," lanjut wanita berwajah teduh itu.

Tatapan mata Sebastian semakin terlihat bersalah, ia terlihat begitu kotor berada di dekat sang istri, oleh apa yang ia lakukan semalaman dengan sang nona muda.

"Hey!" Sentak sang istri lembut yang menolehkan wajahnya ke belakang.

Ia menatap dengan wajah bingung melihat sang suami terdiam dengan tatapan kosong.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan nada khawatir.

Sebastian terkejut saat merasakan tangan lembab istrinya yang berada di wajah tampannya. Ia semakin bersalah, saat melihat kedua mata penuh khawatir sang istri.

"Maaf!" Hanya kata maaf yang mampu Sebastian ucapkan di hadapan istrinya. Ia kembali memeluk tubuh indah sang istri begitu erat.

Pria itu juga meneteskan air matanya, saat merasakan telah menyakiti perasaan istrinya diam-diam.

Carina, hanya bisa terlihat bingung dengan tingkah sang suami. Ia pun mengusap penuh kehangatan punggung lebar suaminya dan memberikan kecupan di atas pundak keras — Sebastian.

"Istirahatlah," ucapnya lembut dengan nada pengertian.

Sebastian menurut, ia melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada sang istri. Ia meninggal kecupan di kening istrinya lama dan berjalan ke arah tangga untuk menuju kamar mereka.

Carina, menatap punggung kekar sang suami dengan pandangan dalam. Entah mengapa insting seorang istri begitu mendominasi perasaannya kini. Namun ia segera menipisnya.

"Itu tidak mungkin," gumamnya dengan gelengan kepala.

Carina kembali melanjutkan pekerjaannya yang lagi-lagi terhenti. Hari ini ia akan memasak menu sehat untuk suaminya yang terlihat tidak baik-baik saja.

………

"Prang, prang, akhh!" Suara benda hancur terdengar nyaring di salah satu kamar mewah di Mansion Anthony.

Seorang wanita cantik telah menggila di dalam sana, ia menghancurkan semua barang-barang mewah dan berharganya hingga tak tersisa.

Tidak ada yang berani menghentikan amukan wanita itu, para pelayan yang bekerja di Mansion elegan dan megah itu, hanya bisa terdiam sambil terus mengawasi sang nona muda mereka.

Sudah hal biasa bagi mereka mendengar suara amukan sang nona muda. Bahkan wanita itu tidak segan-segan melukai dirinya sendiri. Oleh sebab itu, para pelayan kini berdiri di depan pintu kamar kokoh sang nona muda Valerie.

"Akhh! Sebastian!" Teriak wanita itu dari dalam sana, dengan diikuti benda kaca yang terdengar terhempas di atas lantai.

Wajah para pelayan semakin tegang, mereka begitu bingung harus melakukan apa. Mereka juga merasa khawatir dengan sang nona muda. mereka juga takut, wanita itu kembali melukai dirinya sendiri.

"Aku mencintaimu Sebastian!" Teriak Valerie yang diikuti suara tangisan patah hati.

"Aku, sungguh mencintaimu." Kali ini suara Valerie terdengar lirih yang tertahan.

"Apakah, aku harus mati terlebih dahulu? agar kau percaya dengan perasaanku," pekik Valerie kembali menggila.

Wajah para pelayan pun kian tegang. Mereka semakin kebingungan. Salah satu diantara mereka mencoba menghubungi tuan besar Jason Anthony.

Mereka semua tidak ingin terjadi sesuatu kepada nona mereka, apalagi kini wanita itu terus berteriak ingin melukai dirinya sendiri.

"Bagaimana, apa tuan besar mengangkatnya?" Tanya salah satu pelayan wanita yang sudah bekerja di Mansion mewah itu.

"Belum," jawab rekannya yang terus mencoba menghubungi tuan besar, Jason Anthony.

"Kita harus apa?" Tanya wanita berusia setengah abad itu dengan wajah khawatir.

"Apakah, kita harus menghubungi tuan, Sebastian?" Timpal pelayan wanita muda itu.

"Apakah, itu harus?" Tanya balik pelayan senior.

"Kita tidak memiliki pilihan lain, atau nona akan melakukan hal gila lagi," sahut pelayan muda itu.

"Biar, aku mencoba menghubunginya," sahut pelayan senior dengan wajah panik.

Rekannya hanya mengangguk dan menempelkan sebelah telinganya ke arah pintu kembali.

Wanita itu bisa mendengar suara isakan lirih sang nona muda yang terdengar menyakitkan.

"Bagaimana?" Tanya pelayan itu saat melihat pelayan senior menurunkan ponselnya di atas telinganya.

"Dia tidak mengangkat teleponnya dan tuan Sebastian sengaja mematikan panggilanku," keluh pelayan senior itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status