"Masalah suami itu kamu tidak perly khawatir, aku bisa dan mau menjadi suamimu," celetuk Arya membuat tangan Endrea terhenti saat menata sayuran ke dalam kulkas.
Saat melihat Endrea tengah sibuk memasukkan sayuran ke dalam kulkas, Arya malah memikirkan syarat yang diberikan oleh almarhum Mamanya Endrea, yang sebagaimana dikertas itu tertulis mengharuskan Endrea sudah menikah.
Arya membayangkan jika dirinya yang menjadi suami Endrea maka sangat dengan mudah dirinya dapat membalas dendamnya yang selama ini Arya pendam sendiri.
Pikiran Arya kembali pada saat sembilan tahun yang lalu.
Flas back on Arya
Pagi itu di rumah yang sederhana seorang Kakak, beradik sedang sarapan mereka adalah Arya dan Jack, jack selesai terlebih dahulu dan meninggalkan Arya denga kekasihnya Amel.
"Sayang aku hamil," bisik Amel ditelinga Arya.
Tentu Arya terkejut tapi juga senang mendengarnya, dia memang tumbuh menjadi remaja nakal dan sek
"Aku juga," keluh Arya tapi tetap menuruti perintah Endrea, jika tidak dirinya tidak tahu jurus apalagi yang akan dikeluarkan oleh gadis satu ini"Tidak susah mengeluh ini juga buat perut kamu," omel Endrea kemudian tangannya dengan cekatan meniriskan ayam yang sudah matang.Lalu mulai menumis bumbu yang sudah dihalusnya tidak lama kemudian aroma wangi bumbu langsung memenuhi seluruh ruangan, membuat Arya terbatuk."Nyalakan mesin yang ada diatas kompor biar baunya tidak kemana-mana," perintah Arya.Endrea ingin menyalakannya tapi tubuhnya yang pendek tidak sampai, Endrea meloncat-locat seperti anak kecil yang sedang meminta jajan, Arya yang melihat itu langsung menggendong pinggang Endrea.Membuat Endrea berteriak, tapi terdiam saat Arya memerintahkannya untuk menyalakan mesin penyedot asap dengan cepat."Ya ngga perlu gendong juga, kamu kan bisa bantu nyalakan," ujar Endrea dengan memajukan bibirnya."Kamu ti
Arya tidak tahu kenapa saat berkata seperti itu hatinya seperti tersentuh dan jantungnya berdetak lebih cepat, Endrea juga tidak tahu Arya jujur atau tidak tetapi saat berada dalam pelukan Arya, Endrea merasa sangat nyaman.Apakah dirinya sedang jatuh cinta, Arya sendiri juga bingung selama ini dirinya tidak pernah lagi tertarik dengan lawan jenis, tetapi berbeda sekali saat dirinya dekat dengan Endrea, ada rasa ingin melindungi dan tidak rela saat Endrea berjalan dengan pria lain."Jam satu nanti aku mau ke kantor," ucap Arya."Apakah aku boleh ikut?" tanya Endrea jujur dirinya ingin sekali bertemu dengan Yuana, apakah dirinya sudah mendapatkan asisten kembali atau malah bekerja sendiri."Tentu saja, kalau begitu aku cuci muka terlebih dahulu," pamit Arya.Jam satu lebih sepuluh menit mereka berangkat ke kantor, saat sampai di kantor seperti biasa karyawan menatap Endrea tidak suka, tetapi Arya malah memeluk pinggang Endrea
Bahkan Kevin juga menjadi saudara tirinya karena Papa Kevin menikah dengan Bibi Liana, Endrea memijat pangkal hidungnya bingung memikirkan jalan hidupnya yang rumit.Endrea berjalan ke arah Arya, yang setia menunggunya di depan pintu masuk keruangan Arya."Kenapa tidak masuk dulu?" tanya Endrea kemudian masuk setelah Arya membuka pintunya."Tidak apa-apa, apa yang dibicarakan bocah tadi?" tanya Arya yang sudah duduk dikursi miliknya."Kamu tahu ternyata aku memiliki begitu banyak saudara tiri," ucap Endrea kemudian memadangi tempat kerja Arya.Arya belum tahu kemana arah pembicaraan Endrea jadi Arya kembali bertanya "Jadi?"."Jadi Yuda itu adalah anak Bibi Liana, entah siapa ayah Yuda tapi dia menjadi saudara tiriku," ucap Endrea."Ngomong-ngomong kamu merubah semua tempat kerja Papa ya, tidak ada kenangan yang disisakan," ucap Endrea dengan nada sedih."Kamu kayanya harus ikut aku," ucap
"Tidak perlu ini semua juga untuk istriku, aku bekerja juga buat kamu nanti," bisik Arya ditelinga Endrea membuat bulu kuduk Endrea berdiri."Bahkan kita belum tentu menikah, bukannya aku belum memberikan jawaban," jawab Endrea, kemudian menerima bag dan kartu milik Arya yang diberikan oleh kasir.'Aku akan membuatmu nyaman berada di dekatku, karena kamulah satu-satunya senjataku untuk menghancurkan Jack, dan keluarganya,' batin Arya dengan tersenyum miring, Arya berlari menyusul Endrea yang sudah jauh."Kamu tidak mau beli makan malam sekalian?" tanya Arya dengan melihat jam dipergelangan tangannya, yang sudah menunjukkan pukul delapan belas tiga puluh menit."Tidak, aku akan memasak nanti di rumah, kamu tidak perlu khawatir soal makanan," jawab Endrea kemudian mengajak Arya untuk pulang karena barang yang dia butuhkan sudah berada ditangannya.Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sudah sampa di apartemen Arya, Arya me
"Kita tidur satu ranjang," ujar Arya kemudian memeluk tubuh Endrea sangat erat."Iya baiklah aku akan tidur disini, tapi lepaskan terlebih dahulu," perintah Endrea karena dirinya merasa sangat kekurangan oksigen.Aeya langsung melepaskan pelukannya dan membiarkan Endrea duduk, setelah itu Endrea berpindah kesamping Arya dan meletakkan bantal guling ditengah-tengah mereka.'Ma, Pa bantu Endrea menemukan surat aslinya ya, Endrea tidak rela orang-orang itu menikmati jerih payah kalian,' do'a Endrea sebelum tidur, Perlahan-lahan mata Endrea mulai mengantuk.Saat mata Endrea sudah terpejam bukan Arya namanya kalau tidak jahil, Arya membuang bantal yang menghalangi mereka ke bawah ranjang samping Endrea, kemudian Arya mendekatkan tubuhnya ke Endrea dan memeluknya.Perlahan-lahan mata Arya juga terpejam, dirinya mendapatkan rasa nyaman dan suka dengan aroma rambut Endrea yang harum.Endrea merasakan ada sesuatu benda berat m
'Apa gadis ini minta dicium,' batin Arya kemudian tersenyum dan mulai melahap bibir mungil Endrea, yang terasa begitu manis berbeda dengan kekasihnya dulu sungguh bibir ini akan membuatnya candu.Endrea tidak bisa menolak sentuhan dibibirnya, justru Endrea malah membalasnya tubuh Endrea mulai menuntuk agar Arya melakukan lebih dari itu, Arya juga merasakannya karena takut mengingkari ucapannya Arya melepaskan ciumannya.Endrea menghela nafas kecewa dirinya merasa kehilangan kehangatan itu, Endrea menatap ke arah Arya dengan tatapan sendu, Arya mencium sekilas bibir mungil Endrea."Aku tidak akan mengingkari ucapanku," ucap Arya kemudian masuk ke dalam kamar mandi, untuk mengendalikan hawa nasfunya.Endrea tersenyum setelah Arya tidak terlihat lagi, tangan mungilnya memegang bibir yang terasa sedikit bengkak dan perih, padahal dirinya hanya berciuman sebentar pikir Endrea.Endrea hanya mengantar Arya sampai di depan pintu apartemen, kare
"Iya Pak, nanti jam tujuh kita akan berangkat dari sini," Endrea mendengar ucapan Arya, jantungnya langsung berdetak sangat kencang, meski tidak mudah mendapatkannya tapi Endrea merasa yakin bahwa surat itu masih ada di rumah yang sekarang ditempati Bibi Liana."Siapa?" tanya Endrea ketika Arya kembali duduk disampingnya."Pak Irawan, dia bilang jam tujuh sudah bisa untuk membantu kita mengambil surat yang asli jika kamu sudah yakin," jawab Arya tangannya masih sibuk dengan ponsel."Baiklah Aku merasa sangat yakin kalau surat itu masih berada di rumah itu, tapi aku merasa kalau Bibi Liana belum mengetahuinya," ucap Endrea jujur."Kamu benar, tadi Pak Irawan bilang Liana baru datang ke kantornya dan memaki-maki Pak Irawan, Bibi Liana menuduh kalau Pak Irawan dan istrinya yang menyembunyikan suratnya," jelas Arya."Memalukan," gumam Endrea dengan menggelengkan kepalanya, tentu Mamanya akan menyembunyikan di tempat yang aman, tapi bukan ju
"Hah," Endrea melebarkan mulutnya merasa heran kenapa Arya tahu, Endrea memutarkan kepalanya mencari siapa tahu ada cctv diruangan ini tapi Endrea tidak menemukan apa-apa."Kamu sedang mencari siapa?" tanya Arya membuat Endrea semakin kebingungan."Ti... Tidak mencari siapa-siapa," jawab Endrea dengan gugup.Sebenarnya Arya memang memasang beberapa cctv tersembunyi untuk mengawasi setiap pekerja yang akan membersihkan rumahnya.tetapi tidak disangka sekarang malah Arya gunakan untuk mengawasi setiap gerak gerik Endrea, Arya tidak ingin Endrea meninggalkannya untuk saat ini, meski mungkin kedepannya Arya sendiri yang akan meninggalkan Endrea."Kalau begitu tidak susah lagi beres-beres, untuk apa saya membayar mereka kalau kamu ikut membersihkan," Arya memperingatkan Endrea kemudian mematikan sambungan teleponnya.Endrea mencebik lalu meletakkan ponselnya dengan kasar, Endrea mulai terserang kantuk dan dirinya tidur disofa, jam setengah