"Pulang subuh katanya Miss Pak Aditnya. Mau nonton dulu katanya trus jalan-jalan," seru Pak Slamet setelah menutup telpon dari majikannya.
Rina tak suka dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia sudah memperingatkan bosnya berkali-kali kalau Miss Betty itu bukanlah wanita polos dan sopan, seperti apa yang selalu diperlihatkannya pada semua orang di sekolah.Rina mengatakan itu bukan tanpa sebab. Siang hari saat menjemput Moza dari sekolah, Rina menyempatkan diri untuk menemui Miss Betty untuk meminta maaf. Dia mencari ke ruang guru, tapi wanita itu tak ada di sana. Rina pun menyuruh Moza untuk menunggu di dalam mobil supaya dia bisa mencari Miss Betty dan menuntaskan masalahnya dengan wali kelas anak asuhnya itu secepatnya. Dia juga khawatir kalau wanita itu menggunakan sakit hatinya dan mempersulit Moza di sekolah.Sayangnya dia mencari kemana pun, wanita itu tak kelihatan batang hidungnya, padahal mobil wanita itu masih terlihat terparkir di area parRina menunggu di depan gerbang sekolah yang tertutup bersama para ibu-ibu dan pengasuh yang menunggu anak dan anak asuh mereka keluar dari kelas mereka masing-masing.Karena sinar matahari yang terik, Rina duduk di bangku yang terletak di bawah pohon, bersama dua ibu yang juga sedang menunggu anak mereka."Anaknya kelas berapa Mbak?!" tanya seorang ibu yang berbadan tambun sambil membenahi lipstiknya yang hampir memudar."Anak asuh bu. Masih kelas dua," jawab Rina dengan tersenyum."Oh... yang wali kelasnya Miss Betty itu ya?!" sahut si ibu kurus ikut-ikutan nimbrung."Iya Miss Betty.""Wah ati-ati aja kalau uda kena Miss Betty. Kalau sekali dia nggak seneng sama kita atau anak kita, pasti nilainya sering dikurangin!" seru si ibu tambun dengan raut wajah serius.Si ibu kurus tadi ikut mengangguk dan berkata, "Iya... anakku dulu juga pernah diajar Miss Betty pas kelas dua. Eh... masak gara-gara anak saya lupa bawa kado ul
Dari jam sembilan malam, seluruh pekerjaan Rina sudah selesai dikerjakannya. Dari membantu anak asuhnya mengerjakan tugas membuat karangan dalam bahasa Inggris sebanyak dua ratus kata, membacakan cerita sebelum tidur dan akhirnya dia juga selesai menidurkan Moza tepat jam sembilan kurang lima menit.Setelah itu, dia tergesa-gesa ke arah kamarnya yang ada di bawah dan segera mengganti pakaiannya serta meminta Mbak Saroh memberi make up sedikit pada wajahnya. Rambutnya yang panjang pun diikatnya ke atas membentuk ekor kuda untuk sedikit menyesuaikan dengan pakaian yang baru saja dibelinya di Mall tadi siang.Rina mengetuk pintu ruang kerja bosnya dan langsung masuk saja saat selesai melakukan tiga ketukan."Ya Tuhan!" Adit yang sedang menyeruput kopinya, di sofa tempat dia membaca dokumen perusahaan, tersedak dan menumpahkan sedikit dari kopi di cangkir yang dipegangnya, ke atas kertas dokumen yang belum selesai dibacanya. Panik... Adit pun mengamb
Adit masuk ke kamar inap VVIP milik Miss Betty. Wanita itu tampak lemas dan terluka ringan di beberapa bagian kepala, wajah dan tangannya. Namun kakinya katanya patah dan harus dioperasi secepatnya, menunggu dokter pribadi Miss Rina untuk datang dulu. Obat penghilang rasa nyeri yang disuntikkan ke tubuh wanita itu tampak membuatnya mengantuk. Aditlah yang sabar menunggu, mengurus semua keperluan wanita itu dan mencoba lagi menghubungi adik Miss Betty yang tinggal di daerah Sidoarjo, yang letaknya agak jauh dari letak rumah sakit, di mana Miss Betty dirawat.Pagi jam tujuh pagi, Miss Betty akhirnya dioperasi. Adit sama sekali tak bisa tidur, tapi dengan sabarnya pria itu tetap menunggu. Sampai akhirnya sejam kemudian, adik perempuan Miss Betty datang dan bergantian dengan Adit menunggu kakaknya selesai operasi.Saat dia sampai di rumah untuk berganti pakaian, Rina dan Moza sudah berangkat ke sekolah. Badannya lelah dan matanya perih juga berat karena meng
Adit menekan lengan Miss Betty agar lepas dari lehernya dan setelah itu mendorong wanita itu menjauh darinya. "Apa-apaan ini Miss?!" hardik Adit dan serta merta mengelap bekas bibir si wali kelas dari bibirnya."Oh... bukannya... a-aku kira kamu punya perasaan yang sama denganku." Wanita itu memandangnya dengan raut wajah bingung bercampur kecewa."Bukan begitu... ini kita kan baru kenal... jujur saya belum ada perasaan kayak gitu sama sampeyan!" Adit juga sebenarnya bingung pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa kecupan bibir wanita secantik dan sesempurna Miss Betty tak menimbulkan perasaan apa-apa di hatinya. Dia bahkan tak tertarik untuk sekedar bersentuhan dengan wanita itu."Kalau nggak... trus kenapa kamu mau aja... bantuin aku terus? Bahkan semalaman kau sabar aja menemani dan mengurus aku di sini. Kalau itu bukan karena rasa suka, lantas buat apa kau sampai mau bersusah payah begini!" Kedua pasang mata coklat wanita itu memandang lurus ke
"MISS Rinaaa... tolong dibawain kue coklatnya lagi dong, saya mau makan di sini sambil nonton TV," teriak Miss Betty suatu waktu saat Adit tak ada. Malas berdebat, Rina menuruti saja pemintaan Miss Betty. Hanya saja karena dituruti, tingkahnya jadi menjadi-jadi.Lagaknya seperti nyonya rumah dan memperlakukan Rina seperti pembantu pribadinya. Bahkan Moza juga ikut-ikutan kesal dibuat wanita bermuka dua tersebut."Miss... pulang aja napa ke rumah Miss sendiri! Jangan terus-terusan merepotkan kita di sini. Aku nggak suka Miss terus-terusan nyuruh-nyuruh Miss Rina seenaknya!" semprot Moza saat mereka makan malam bersama."Hush Moz! Kamu kok ngamuk-ngamuk gini sama Miss Betty?! Miss Rina aja nggak keberatan kok bantuin Miss Betty sementara... Toh kan Miss Betty lagi sakit," jawab Adit seenaknya."Saya keberatan pak!" jawab Rina dengan cepat. "Kerjaan saya di sini bukan pembantu atau pelayan pribadi Miss Betty. Kalau dia mau nyuruh-nyuruh orang, ya bawa sendiri pembantu khusus dari luar u
Adit sampai di pekarangan rumahnya tepat jam sepuluh malam. Seluruh ruangan terlihat gelap, saat dia masuk lewat pintu depan. Hanya cahaya dari TV di ruang tamu yang terlihat. Mengurungkan niatnya untuk segera beristirahat di kamarnya, Adit berjalan ke arah ruang tamu."Masih belum tidur, Miss?!" tanya Adit sambil duduk di sebelah pengasuhnya. Matanya tak lepas dari wajah Rina dan mengamati suasana hati wanita itu."Nonton ini sebentar... trus abis itu tidur," jawab Rina cuek dengan pandangan mata yang mengarah pada drama korea di depannya."Masih film ini juga! Kok nggak tamat-tamat sih!" seru si bos kesal. Dia ingin melihat dan mengobrol dengan Rina. Tapi tampaknya wanita itu lebih mementingkan TV daripada dirinya."Bukan film. Ini drama. Memang sampai beberapa episode baru tamat!" jawab Rina mengkoreksi dengan nada yang terdengar ketus.Mendengar nada ketus itu, tak elak Adit pun merasa tersinggung. "Apa enaknya sih menonton pria pucat kayak dia! Ganteng juga enggak, palingan juga
"MISS Rinaaa... tolong dibawain kue coklatnya lagi dong, saya mau makan di sini sambil nonton TV," teriak Miss Betty suatu waktu saat Adit tak ada. Malas berdebat, Rina menuruti saja pemintaan Miss Betty. Hanya saja karena dituruti, tingkahnya jadi menjadi-jadi.Lagaknya seperti nyonya rumah dan memperlakukan Rina seperti pembantu pribadinya. Bahkan Moza juga ikut-ikutan kesal dibuat wanita bermuka dua tersebut."Miss... pulang aja napa ke rumah Miss sendiri! Jangan terus-terusan merepotkan kita di sini. Aku nggak suka Miss terus-terusan nyuruh-nyuruh Miss Rina seenaknya!" semprot Moza saat mereka makan malam bersama."Hush Moz! Kamu kok ngamuk-ngamuk gini sama Miss Betty?! Miss Rina aja nggak keberatan kok bantuin Miss Betty sementara... Toh kan Miss Betty lagi sakit," jawab Adit seenaknya."Saya keberatan pak!" jawab Rina dengan cepat. "Kerjaan saya di sini bukan pembantu atau pelayan pribadi Miss Betty. Kalau dia mau nyuruh-nyuruh orang, ya bawa sendiri pembantu khusus dari luar u
Orang kedua yang mengadukan Miss Betty pada Adit adalah Mbak Saroh dan diikuti oleh Pak Slamet. Mereka sepakat menceritakan bagaimana tingkah wanita itu selama tiga hari waktu Adit pergi ke Bandung.Mulai dari teman-temannya Miss Betty yang datang terus-terusan dan nggak ingat waktu. Pak Slamet juga menceritakan bagaimana urakannya tamu-tamu itu selama berada di rumah Adit. Banyak dari mereka yang bahkan tak sungkan mabuk-mabukan dan taruhan bola di ruang tamu. Mbak Saroh pun nggak tinggal diam. Semua kebobrokan Miss Betty dibeberkan sejelas-jelasnya dan tanpa filter sedikitpun. Adit pun tak habis pikir mendengar informasi mencengangkan tentang Miss Betty yang dikenalnya bertingkah jauh berbeda dari apa yang selama ini dilihatnya."Sorry Miss ya... saya sudah dengar semuanya tadi pagi dari pembantu sama supir tentang semua apa yang Miss perbuat selama di sini. Saya nggak mau bahas ini panjang lebar... saya kasih waktu sejam, tolong beresi semua barang-barang Miss ya... trus balik aja