Sidang perdana perceraian antara Herda dan Danu rupanya diundur besok sebab hari ini adalah hari libur. Libur fakultatif tepatnya. Libur yang biasa mengikuti hari- hari besar tepat di esoknya adalah hari libur umum. Istilahnya umumnya di kalangan pekerja adalah hari terjepit.Herda berpikir keras. Bagaimana caranya agar Willy tak nekat menyebar foto-foto mesra mereka. Jelas foto itu sengaja mereka ambil saat bermesraan. Tanggal dan tahun di foto itu jelas tertulis. Tanggal dimana Herda masih menjadi istrinya Danu.Herda merutuki kebodohannya sendiri. Mau-maunya saja ia dulu mengambil foto-foto perselingkuhannya sendiri.Bukan hanya foto-foto itu yang menjadi ancaman bagi Herda, namun juga sejumlah uang yang Willy pinta.Herda memutar otak darimana ia bisa mendapatkan uang sebesar yang Willy pinta. Ia mungkin saja bisa menuntut harta gono gini dan uang nafkah pada Danu, namun prosesnya tentu tak bisa cepat.Sejenak ia menatap gelang emas kesayangannya yang berderet rapi pada pergelanga
Herda benar-benar malu. Semua orang dalam ruang sidang itu mendengarkan dengan baik apa yang menjadi tuntutan Danu dalam kasus perceraian mereka.Danu tak sedang membuka aib mantan istrinya itu, namun pengadilan juga butuh bukti agar keputusan yang diambil mejelis hakim nanti tidak keliru.Semua alasan dan bukti-bukti di bacakan oleh jaksa penuntut. Beberapa orang di ruangan itu cukup terkejut. Tak menyangka ada kisah rumah tangga yang serumit ini. Bagaimana mungkin seorang istri bisa melahirkan anak dari laki-laki lain sedangkan suaminya ada dan sehat.Sungguh zaman sekarang banyak manusia yang sudah tak mengindahkan adab dan aturan.Wajah Herda memerah menahan malu. Danu pun sendiri jadi ikut malu. Setelah ini orang-orang bukan hanya akan membicarakan keburukan Herda, namun dirinya juga pasti menjadi bahan gunjingan. Tanggung jawab Danu sebagai suami akan menjadi pertanyaan orang-orang nantinya. Jelas nanti bukan hanya Herda yang disalahkan, namun juga Danu. Bisa saja masyarakat me
Gani bukan lagi anak remaja yang harus sembunyi-sembunyi mengungkapkan perasaan cinta. Ia tak ingin cinta yang terpendam di hatinya menjadi dosa yang bisa membakar dirinya kelak.Mumpung hari ini masih libur panjang, maka lelaki ini berniat menemui pak RT dan bu RT. Bukan untuk mengurus surat pindah ataupun bantuan desa. Namun untuk meminta kesedian beliau agar kiranya bisa menjadi perantara antara dirinya dan Kirani. Bukan hanya pada pak RT dan bu RT Gani menyampaikan maksud baiknya namun juga pada pak ustad di kampung ini. bahkan pak ustad dan istrinya pernah menyarankan agar Gani membuka hati pada Kirani. Mereka juga melihat Kirani sebagai perempuan baik-baik dan penyabar, cocok dengan Gani yang tak suka mengumbar pesona.Gani mengambil tindakan seperti ini juga bukan atas kemauan dirinya sendiri, namun karna dorongan ibu dan Fatma.Keduanya sangat mendukung bila Gani bisa menikahi Kirani. Bahkan bu Asma sendiri sudah beberapa kali mendesak Gani agar berterus terang pada Kirani
Sofia begitu cantik dengan setelah baju celana bermotif tutul. Bocah kelas satu SD ini sudah sejak semalam tidur di rumah Kirani. Kemarin sore Gani mengantar putrinya itu ke rumah Kirani. Keduanya sepakat untuk membawa Sofia ke waterpark yang terletak batas kabupaten ini dengan kabupaten sebelah.Area disana memang ada air terjun, kemudian oleh Pemda setempat ditambahkan area berenang yang cukup lengkap. Ada seluncuran yang cukup tinggi, juga seluruncuran yang berkelok indah. Bahkan ada tumpahan air dari ember yang sangat besar. Bila ember itu terisi penuh, airnya akan tumpah. Dan itu yang paling ditunggu oleh anak-anak. Kebetulan letaknya persis di kolam anak-anak. Sofia akan suka dengan wahana ini.Selain untuk piknik, kirani dan Gani juga akan membicarakan tentang hubungan mereka. meski Gani menganggap bila mereka sudah bertunangan, namun Kirani masih menahan diri. Sebab ia belum berbicara empat mata pada lelaki itu.“Cantiknya, Fia.” Sekali lagi Kirani menyapukan bedak putih pada
PLAK!“Tega kamu ya, Mas!” raung seorang perempuan, tak jauh dari tempat Fatma dan Firman berenang bersama Sofia. Kirani dan Gani yang berjalan ke arah mereka, juga terkejut mendengar suara ribut-ribut itu. keduanya menoleh ke arah sumber suara.“Jangan bikin ribut disini, kamu!” lelaki itu membentak balik.“Apa ini, Mas. tega kamu selingkuh!” raung si perempuan tadi mendekat seorang wanita yang diduga selingkuhan dari suami perempuan itu. wanita yang dituduh selingkuhan itu nampak menenangakn bayinya yang menangis sejak tadi.“Dia istri dan anakku!” bentak Johan pada Mira yang sudah berurai air mata.“Kamu tega, Mas! kamu selingkuh dari aku.” Raung Mira jadi tontonan orang-orang. Sementara Johan yang malu karna jadi tontonan orang-orang memilih membawa istri siri dan anaknya yang baru berumur lima bulan meninggalkan Gazebo itu.“Oh diselingkuhi rupanya.” Gumam seseroang.Meski hanya gumaman namun suaranya bisa didengar jelas oleh Mira dan Johan. Membuat keduanya menoleh pada suara ya
Bagai petir di siang hari. Ucapan Kirani barusan laksana bara yang mengubah kayu menjadi arang. Seperti hujan yang menghapus keindahan pelangi yang terbit di cakrawala senja.Bu Maryam terdiam, Danu kelu. Buncahan perasaan bahagia di hatinya tadi, terhempas. Jauh, jatuh kedalam jurang yang Kirani cipta dalam diamnya selama ini. rasanya Danu tak terima. Takdir apa ini? ia ingin Kirani kembali menjadi miliknya, meski luka yang begitu dalam pernah ia guris dalam relung kalbu wanita ini.Netra bu Maryam memerah. Tak percaya dengan apa yang Kirani ucapkan barusan. Mantan menantu kesayangannya akan menjadi menantu bagi mertua yang lain. Pupuslah sudah harapan bu Maryam selama ini. rasanya bu Maryam ingin agar Kirani menarik kembali kata-katanya. Namun melihat kesibukan orang-orang yang lalu lalang di rumah sederhana ini juga suara mixer kue di ruang belakang, menyadarkan bu Maryam, bila impian beliau untuk memiliki Kirani kembali sebagai menantunya, sudah kandas.“Apa maksud kamu, Ran?” Da
“Dek, Sayang! Bangun dulu. Hampir subuh ini.” Gani, mengguncang pelan bahu terbuka Kirani. Istrinya ini tidur begitu nyenyak. Hasrat dan libido lelaki ini menuntut agar mengulang pengejaran gelora halal yang sudah lama ditahannya.Kirani yang masih malu-malu, pun menurut saja setiap apa yang Gani inginkan semalam. Ini bukan yang pertama bagi Kirani. Namun penyatuan keduanya diawal permainan tetap memberikan rasa tak nyaman dibawah sana. Bahkan sedikit nyeri membuat Kirani sedikit meringis di awal-awal.Gani tahu dan juga merasakan, lelaki ini bukan hanya menuntut hasrat seks semata yang berkobar semalam, namun kenyamanan dan kepuasan istrinya tetap menjadi perhatiannya. Memang semalam keduanya tak sempat lagi mandi wajib, selain lelah mendera juga karna rasa kantuk yang menyerang. Terutama Kirani. Sebab hampir pukul dua pagi barulah Gani menghentikan aksinya. Bahkan Kirani harus menarik rambut cepak suaminya yang tak henti menghentaknya seolah tenaga lelaki itu tak ada habisnya.“M
Waktu berjalan begitu lambat bagi Danu. Hari-harinya dipenuhi kesuraman dan tanpa gairah. Hidupnya seperti tak ada semangat. Pekerjaan pun diselesaikan tanpa banyak komentar."Sekali-kali keluarlah, Bro. Banyak yang bening di luar sana," saran seorang rekan kerja yang terkenal sedikit _nakal_.Namun Danu hanya tersenyum menanggapi. Ia tak ingin mengulang kesalahan yang sama saat masih menjadi suami Kirani.Kesalahan yang akhirnya membawa penyesalan dalam hidupnya. Baru sekarang ia menyadari, bila hatinya ikut terbawa bersama kepergian Kirani bertahun lalu.Bahkan ia benar-benar patah hati setelah Kirani yang sudah menjadi mantan istrinya menikah dengan orang lain.Rasanya sesak membayangkan Kirani berada dalam dekapan lelaki lain.Danu melihat keluar jendela. Semua berkas laporan sudah ia tandatangani tanpa mengecek ulang seperti biasa.Tampias hujan yang berguguran dari atap bumi menciptakan titik-titik embun yang dingin pada kaca jendela ruang kerja lelaki yang sedang merana ini.Ne