Pukul sebelas siang. Rino baru turun dari mobil sudah menjadi sorotan orang banyak. Apalagi saat ini Sri menggandeng tangan lelaki itu sambil menampilkan barisan gigi putihnya. Mereka berdua berjalan bersisian memasuki area resepsi pernikahan. Rino memasang wajah semanis mungkin agar Sri bahagia. Hari ini dia benar-benar harus berakting menjadi pacar sehari gadis tersebut.
Sri mengajak Rino untuk menaiki panggung pelaminan dan mereka mengucapkan selamat bahagia kepada pasangan pengantin yang berbahagia.
“Mateng, nih,” sapa pengantin wanita melempar senyum kepada Sri.
“Bukan mateng lagi. Ini namanya rezeki nomplok,” balas Sri terkekeh kecil sembari menggelayut mesra di bahu Rino, menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Sri tidak peduli dengan penilaian orang atau teman-temannya yang penting dapat membawa pasangan tampan dan mapan itu yang ingin ditonjolkan oleh Sri agar teman-temannya tidak mengejek jika gadis itu kelamaan menjadi jomlo
Untungnya Rino dapat menepis serangan dari lawan dan ia memberikan tendangan seribu kepada lelaki itu. "Jangan ganggu dia!!" bentak Rino sembari memelotot.Mereka pun langsung lari terbirit-birit meninggalkan tempat. Rino yang sudah ahli taekwondo, baginya menghadapi para pemuda itu hal mudah yang sulit saat ini adalah merebut hati si gadis bunga desa itu.Arunika melempar senyum kepada Rino dan lelaki berjas hitam itu pun segera menolongnya."Terima kasih," ucap Irwansyah."Sama-sama, ayo saya antar sampai rumah." Rino menjawab seraya melengkungkan senyum manis.**Mereka bertiga turun dari mobil. Di depan rumah bercat abu-abu itu tampak Maria---ibu Irwansyah sedang menyapu teras dan wajahnya mendadak berubah cemas di kala melihat Irwansyah terluka, wanita paruh baya itu menghambur menghampiri."Ada apa ini?" tanya Maria."Bu, kami tadi dihadang oleh pemuda yang jail," jawab Arunika."Ya ampun, mereka nggak ada ka
Matahari baru bergulir dari ufuk timur, tetapi di depan rumah Tomi sudah ada keributan yang mengundang perhatian emak-emak berdaster yang sedang beli sayuran di tukang sayur---pakai gerobak. Mereka memicingkan mata ke arah Rino yang sedang berdebat dengan orang suruhan Raffi yang mengambil mobilnya. Nampak sekali dari sorot mata mereka ada kecewa dan tidak menyangka bahwa yang mereka lihat Rino seperti orang kaya, tetapi faktanya kini yang dilihat lelaki tampan itu bersikukuh dan bersitegang dengan dua lelaki berpakaian rapi dan kemeja hitam. Jelas terdengar suara emak-emak berdaster itu menyindir. "Ternyata mobil sewaan yang dia pakai." "Buat apa wajah tampan. Tapi, nggak ada duitnya." Rino mengembuskan napas panjang mendengar ucapan tetangga Romi yang membicarakannya di depan langsung. "Pak, saya tak mau pulang ke rumah. Silakan ambil saja mobilnya. Tapi, yang jelas ini mobil saya hasil kerja keras saya." Rino menjelaskan. "Maa
Pasca tidak berjualan telur Arunika menjadi pelayan di restoran Padang yang terletak di pusat kota. Ia pulang pergi, berangkat dan pulang bersama dengan Irwansyah. Perjalanan dari tempat kerja ke rumah Arunika jarak tempuhnya satu jam, sedangkan Rino bertahan untuk hidup di kampung tersebut menjadi pedagang pakaian perempuan di pasar. Sisa uang penjualan jamnya itu sebagai modal. Rino menjadi bintang di pasar, banyak gadis maupun janda yang mendekatinya tebar pesona bahkan ada juga yang sering membawakan makanan untuk duda keren itu setiap hari dan itu membuat Rino sebenarnya tidak nyaman. Namun, dia harus bersikap ramah kepada semua pembeli. Lelaki berhidung bangir itu jarang bertemu dengan Arunika karena waktu terbatas. Setiap hari menunggu di depan rumah Arunika, tetapi si gadis pujaan hati selalu pulang malam---pukul sebelas malam bersama Irwansyah. Dia hanya menunggu di sebrang rumah Arunika di bawah pohon rindang yang minim cahaya dan itu tempat yang tepa
"Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Arunika dengan mata yang sembab. Dia menangis sesenggukan sedari tadi. Arunika tak mau kehilangan Wulandari."Ibumu nggak apa-apa. Untungnya bisa diselamatkan. Dia mengalami angin duduk.""Angin duduk apa, Dok? Anginnya duduk atau rebahan?" timpal Sri.Dokter itu mengulum senyum tipis. Lelaki itu rambutnya kelimis dan tampak usianya 25 tahun. Dia pun menjawab pertanyaan Sri. "Suatu jenis nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke jantung.Angin itu adalah gejala penyakit arteri koroner.""Oh, gitu yah. Jadi nggak parah?" sambung Sri sambil manggut-manggut mencerna ucapan dokter tampan itu."Iya, jika tak segera ditangani akan menyebabkan kematian. Jangan sepelekan angin duduk," imbuh dokter itu.Arunika menunduk sedih dan dia beranjak masuk ke dalam kamar inap Wulandari. Rino pun mengekorinya dari belakang. Tampak Wulandari masih terpejam. Gadis itu duduk di samping ranjan
Brughhk!!Meja makan itu didebrak oleh salah satu tamu. Arunika tercengang dan dia berdiri bergeming sambil menundukkan wajahnya. Wanita setengah baya itu cerocos memakinya karena pesanan yang dipesan jauh di luar dugaan."Aku pesan ayam bakar pedas bukan bebek bakar!!""Maaf, tadi ibu bilang bebek," jawab Arunika mengangkat wajahnya dan masih bersikap tenang dan sabar."Bebek, masa iyah. Aku bilang bebek? Aku bilang ayam. Pokoknya ganti aku mau ayam yang baru cepat!!" Wanita itu terus saja menyentak Arunika dengan nada tinggi sampai ludahnya pun keluar dari mulutnya menyemprot. Gadis itu menundukkan wajahnya untuk menghindari seprotan ludah yang dari tamunya itu terus saja cerocos seperti petasan.Plaakkk!!"Kamu itu baru di sini. Jadi jangan banyak ngomong!" Datang manager restoran langsung menampar pipi Arunika di depan umum. Sontak Arunika menatap nyalang kepada wanita yang rambutnya dicepol ke atas memakai sepatu pentopel cokelat.
Pukul enam pagi. Suara ayam berkokok kebelet mau kawin saling bersahutan-sahutan. Dering ponsel memekak telinga. Tangan lelaki berhidung bangir itu bergegas meraih ponsel yang ada di atas kepalanya.Nyawa lelaki itu belum kumpul semua. Lantas dia langsung membelalak saat mendapatkan kabar dari salah satu tetangga tokonya yang memberitahu bahwa toko pakaiannya hancur seperti ada pencuri yang mengacak-acak.Sontak Rino bangkit dari ranjang dan bergegas keluar dari kamar. Tomi yang baru keluar dari kamar pun terbelalak saat tahu Rino keluar dari rumah dengan terburu-buru.Lelaki memiliki jabang tipis itu memakai motor gede seperti gerakan slow motion. Para gadis yang sedang menjemur pakaian atau emak-emak berdaster yang sedang menyapu halaman rumah. Saat melihat Rino melintas seakan-akan mata mereka menggelinding keluar saking terpesona oleh kegagahan Rino yang hanya telaanjang dadaa tak berpakaian."Wow, Om duda lewat!!" pekik para gadis yang ka
Penutup mata yang melekat di mata Arunika dibuka oleh Irwansyah. Seketika itu juga gadis tersebut terbelalak saat mengetahui kejutan dari sang sahabat. Nampak di depan matanya ada sepuluh ekor ayam dan kandang ayam yang sudah rapi berdiri kokoh di belakang rumah Arunika.Wulandari berdiri di belakang Arunika mengulum senyum tipis karena dia mendapatkan uang dari Irwansyah lumayan besar--buat belanja barang yang dia sukai."Irwansyah, apaan ini? Kamu nggak perlu lakukan ini," ucap Arunika berdiri tercengang di depan kandang ayam yang dibeli oleh Irwansyah. Pemuda itu sedang mencuri perhatian Arunika dan simpatik Wulandari."Aku punya rezeki untukmu dan ini sebagai hadiah permintaan maaf karena kejadian tempo itu," jelas Irwansyah sembari tersenyum simpul."Sudahlah terima saja, dia pun katanya berjanji mau memberikanmu uang jajan setiap hari," balas Wulandari.Mencerna ucapan Wulandari. Arunika menyipitkan matanya dan dia langsung berbalik bad
Rino digiring oleh gadis itu ke semak-semak belukar yang ada di belakang rumah. Keadaan terlihat aman, maka Sri melepaskan tangannya dari mulut Rino, sedangkan lelaki matang itu menyipitkan matanya melihat gadis berkaus hitam dan celana pendek cokelat selutut melempar senyum getir."Kenapa kamu giring saya ke sini?" protes Rino berusaha melerai tangan Sri."Maaf, Om Rino. Aku tak mau jika ambu tahu. Pokoknya aku tak mau menikah," seloroh Sri sambil pandangannya mengedar ke sekeliling berharap tidak ada orang yang tahu jika saat ini dia sedang bersembunyi."Tapi, nanti kakakmu yang jadi korbannya. Kenapa kamu tak gunakan cara manis saja?" pungkas Rino memberikan ide bahwasanya Sri harus menghadapi kenyataan bukan menghindar seperti saat ini karena Sri ingin kabur dari rumah.Namun, Rino langsung menuntun gadis tersebut jangan sampai salah jalan. Lelaki berhidung bangir itu pun berbisik lir