“Kau yakin sudah merasa lebih baik sekarang?” tanya Keysia seraya memasnagkan dasi pada kerah kemeja yang dikenakan oleh suaminya.
“Iya, ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan sekarang,” ujarnya.
“Baiklah, oh iya siang nanti mau aku antar makan siang ke kantor?” Keysia kini tengah selesai memasangkan dasinya. Tangan gadis itu terulur untuk mengambil jas kerja milik Devan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri dan membantu suaminya untuk mengenakan pakaiannya.
“Boleh,” Devan tersenyum menanggapi perkataan istrinya.
“Baiklah, aku akan memasakkan makanan enak untukmu,” Keysia tersenyum senang. Hari ini, adalah hari pertama ia akan menuju ke tempat suaminya itu bekerja, tentu saja ia tidak boleh membuat kecewa.
Keysia meraih tas kerja milik Devan, perempuan itu membantu suaminya untuk membawa tas kerjanya serta mengantarkan sampai ke pintu depan.
“Aku berangkat dulu,&rdqu
Devan menghentikan mobilnya tepat didepan restaurant milik istrinya. Buru-buru Devan tutun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam restaurant yang belum terllau ramai pengunjung itu.“Selamat pagi, Tuan,” sapa para pelayan ketika mendapati Devan. Para pelayan yang bekerja bersama dengan Keysia memang sudah tahu kalau majikannya itu adalah istri dari seorang Devano Ristran Aderland, pengusaha muda paling sukses di negara yang ditinggalinya.“Pagi,” balas Devan. Laki-laki itu membalas senyuman para karyawan membuat Nana yang kebetulan melihatnya dibuat terheran-heran.“Tumben banget,” gumam Nana seraya melangkahkan kakinya menghamiri suami dari sahabatnya.“Tuan Dev,” panggil Nana.Mendengar namanya dipanggil, sontak Devan menghentikan langkahnya dan menatap Nana. “Dimana Keysia?” tanyanya.“Diruang kerjanya,” mendengar jawaban dari Nana, Devan kemudian langsung bergegas
Malam itu begitu pilu, air hujan dengan tanpa meminta ijin terlebih dahulu turun begitu saja mengguyur jalanan malam yang ramai akan kendaraan yang sedang berlalu lalang.Seorang gadis terlihat sedang berdiri ditepi jembatan, menunduk dalam menyembunyikan lelehan kristal yang bahkan kini nampak samar oleh air hujan. Kedua tangannya menggenggam erat pembatas jempatan yang ada dihadapannya. Orang-orang yang melihatnya pasti mengira dirinya adalah gadis gila yang hendak mengakhiri hidupnya.“Bersabarlah Anna, sebentar lagi aku akan sampai di aparteman kamu!” Ujar seorang laki-laki dibalik kemudi itu.“Cepatlah sedikit, Devan!” Seru gadis di sebrang telfon.“Hujannya cukup lebat, aku akhiri dulu telfonnya!” Lantas, laki-laki dibalik kemudi itu langsung memutus begitu saja panggilan suara yang kini sedang berlangsung tanpa menunggu jawaban dari gadis yang ada di sebrang telfon.Laki-laki yang disapa Devan itu menambah
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Keysa Asyila Putri binti Arsenio Galen Putra dengan maskawinnya tersebut dibayar tunai!” Devan mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang serta sekali nafas tarikan.“Bagaimana para saksi, sah?” Tanya penghulu yang membantu acara pernikahan Devan dan Keysia.“Sah,” Ujar para perawat juga dokter yang menjadi saksi pernikahan keduanya.
Keysia mengunci pintu rumahnya, hari ini ia akan pindah ke rumah Devan suaminya. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyimpan kunci rumahnya kedalam tas yang dibawanya dan berlalu menghampiri Devan yang kini sedang menyimpan kopernya didalam bagasi.“Mas yakin aku cuma bawa pakaian segitu saja?” Tanya Key memastikan. Pasalnya Devan hanya memintanya untuk membawa sedikit saja baju-baju miliknya dan barang-barang yang sekiranya penting saja.“Hm,” Devan hanya membalas dengan dehem
Sepi dan sunyi kini menghiasi ruang tengah di rumah mewah milik Devan, hanya suara televisi menyala yang terdengar menemani malam yang kian larut. Berkali-kali Keysia menguap namun gadis itu tak kunjung mengistirahtkan tubuhnya. Entah sudah keberapa kali mata Keysia melirik kearah jam dinding yang terletak diatas televisi, waktu sudah menunjukkan pukul 01.11 tetapi Devan tak kunjung pulang juga.Keysia akhirnya memutuskan untuk mematikan televisinya dan gadis itu segera berlalu menuju ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Devan mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang ramai akan mobil yang berlalu lalang. Sebelah tangannya mencengkram stir mobil dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan mulus Anna dan sesekali menciumnya.“Kita mau kemana?” Tanya Devan. Sesekali ia menoleh kearah Anna yang nampak sedang asik mendengarkan musik yang menjadi pengiring perjalanan keduanya.“Ke mall ajalah, temani aku belanja atau mau nonton juga
“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu, rumah tangga Keysia dan Devan masih sama hambar seperti saat dulu hari pertama. Setiap harinya mereka melalui hari-harinya dengan perdebatan-berdebatan kecil yang sebenarnya itu bukanlah sepatutnya diperdebatkan. Seperti sekarang ini, Keysia sedang membantu Devan memakaikan dasinya.Dengan balutan dress rumahan, Keysia nampak sudah cantik. Kini, ia sedang memperhatikan penampilannya didepan cermin yang ada dihadapannya hingga suara pintu yang terbuka membuat Keysia mengalihkan atensinya.“Kau sudah selesai?” tanyanya pada suaminya— Devan yang terlihat baru saja keluar dari ruang ganti dengan balutan setelah jas yang membungkus tubuh kekarnya.”Ya, bantu aku untuk memakai dasi!” pintanya seraya mengulurkan sebuah kain panjang yang memiliki warna senada dengan jas ya