Keysia mengunci pintu rumahnya, hari ini ia akan pindah ke rumah Devan suaminya. Gadis itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya menyimpan kunci rumahnya kedalam tas yang dibawanya dan berlalu menghampiri Devan yang kini sedang menyimpan kopernya didalam bagasi.
“Mas yakin aku cuma bawa pakaian segitu saja?” Tanya Key memastikan. Pasalnya Devan hanya memintanya untuk membawa sedikit saja baju-baju miliknya dan barang-barang yang sekiranya penting saja.
“Hm,” Devan hanya membalas dengan deheman sembari menutup pintu bagasi mobilnya kemudian berlalu terlebih dahulu masuk kedalam mobilnya diikuti dengan Keysia.
Devan segera melajukan mobilnya setelah Keysia memasang seatbeltnya. Hanya keheningan yang mengisi perjalanan mereka. Devan maupun Keysia tidak ada yang berniat untuk membuka suara. Devan fokus dengan kemudinya dan Keysia fokus dengan jalanan yang dilewatinya.
“Apa kau tidak ingin membeli sesuatu?” Devan membuka suara memecah keheningan antara dia dan Keysia saat mobil yang dikendarainya kini melintasi sebuah toko kue.
Keysia mengalihkan atensinya menatap Devan yang masih fokus dengan mengemudinya. Lantas Keysia menggelengkan kepalanya. “Apa Mas Devan menginginkan sesuatu?” Ujarnya bertanya kembali.
“Tidak,” Balasnya dengan cepat.
Hening, tidak ada lagi percakapan setelah itu, hanya deru mesin mobil yang terdengar sepanjang perjalanan hingga kini mobil sedan mewah itu memasuki pelataran rumah milik Devan yang sebagian besar berdindingkan kaca.
Devan menghentikan mobilnya didepan rumahnya, lantas ia segera turun dari mobilnya diikuti dengan Keysia yang menatap kagum rumah milik suaminya.
“Ternyata Mas Devan sangat kaya, rumahnya bahkan lebih mewah dari rumah dia,” Gumamnya dalam hati. Gadis itu menatap kagum rumah yang didepannya namun tidak menampkkan ekspresi kekaguman yang berlebih.
“Ayo masuk!” Ajak Devan. Laki-laki itu terlebih dahulu berjalan menuju ke rumahnya dengan koper milik Kreysia yang dibawanya.
Key pun mengangguk dan mengikuti Devan yang terlebih dahulu berjalan. Terlebih dahulu Devan membuka pintu rumahnya yang terkunci hingga pintu kayu bercat coklat pekat itu terbuka dengan sempurna diikuti dengan dirinya yang melangkah masuk juga Keysia.
Keysia kembali dibuat kagum dengan isi rumah Devan, gadis itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru, menyapu setiap sudut rumah Devan tanpa satupun terlewatkan hingga membuat gadis itu tanpa sadar menabrak punggung tegap Devan yang berada didepannya.
“Maaf,” Cicit Keysia. Ia merasa malu sekarang.
“Kalau jalan lihat kedepan, setiap hari juga bakal kamu lihat isi rumah ini jadi biasa aja!” Seru Devan. Jawaban laki-laki itu kini terdengar begitu menjengkelkan ditelinga Keysia hingga membuat gadis itu seketika menghentikan langkahnya dan menatap tajam pungguang Devan yang kian menjauh darinya.
Merasa tidak ada langkah yang mengikutinya, Devan yang kini nyaris menaiki anak tangga seketika menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya menatap Keysia yang juga menatap dirinya.
“Kenapa?” Tanya Devan.
Keysia terdiam, gadis itu tidak menyangka kalau ternyata laki-laki yang menikahinya itu semenyebalkan itu.
“Nggak!” Balasnya kemudian berjalan cepat menghampiri Devan.
“Ya sudah,” Devan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya yang berada dilantai dua diikuti dengan Keysia.
Sesampainya dikamar, Devan langsung meletakkan koper milik istrinya itu sembaragan.
“Ini kamar Mas Devan?” Tanya Keysia polos.
“Kamar pembantu!” Ketus Devan membuat Key kembali terdiam.
“Ya iyalah kamar ku, rapikan bajumu! aku mau pergi keluar sebentar,” Serunya sembari berlalu dari kamarnya.
Keysia hanya terdiam menatap punggung Devan yang mulai menghilang dibalik pintu kamar, kini gadis itu mulai berfikir seperti apa sebenarnya sosok suamianya. “Apakah dia sosok yang angkuh juga kasar?” Pikir Keysia.
Keysia tidak mau berpikir panjang, gadis itu kemudian menarik kopernya dan hendak menyimpannya kedalam almari milik suaminya. Lantas Keysia membuka pintu almari yang ada dihadapannya itu namun, ia di kejutkan dengan pakaian perempuan yang sudah tertata rapi disana.
“Baju perempuan?” Gumam Key pelan. Seketika pikiran negative mulai bersarang.
“Apa Mas Devan sebenarnya sudah menikah dan aku ini istri kedua?” Batinnya.
Tiba-tiba Key merasa sesak didadanya, kakinya lemas dan matanya memanas. Baru saja dirinya pindah rumah dan belum ada satu hari bahkan satu jam namun sudah menemui sesuatu yang mengejutkan.
“Apa aku sudah merusak rumah tangga orang lain?” Pikir Key kembali. Lantas gadis itu mengedarkan matanya yang berkaca-kaca untuk menyapu setiap inci kamar suaminya dan kini tatapan matanya jatuh pada sebuah bingkai foto yang berada diatas nakas sebelah tempat tidur milik suaminya.
Key kemudian melangkahkan kakinya dan mengurungkan niatnya untuk merapikan baju-bajunya. Ia lebih memilih untuk melihat siapa sosok cantik dibalik bingkai itu.
Tangan Key terulur untuk mengambil bingkai foto tersebut dan menatap foto tersebut dengan tatapan mata yang sulit diartikan. “Apa dia?” Key menggantungkan kalimatnya yang hanya diucap dalam hati.
Dirinya seperti mendapat tamparan keras sekarang. Menikah dengan seseorang yang baru dikenal dan parahnya orang itu ternyata sudah beristri.
“Aku harus membicarakan perihal ini dengan Mas Devan saat dia pulang nanti,” Gumam Key kemudian seraya meletakkan kembali bingkai foto tersebut ditempat yang semula kemudian mendudukkan dirinya ditepi tempat tidur tanpa berniat untuk kembali melanjutkan niatnya yang tertunda.
*******
Malam harinya, kini Key juga Dev sedang sama-sama menikmati makan malam yang telah disiapkan oleh Keysia. Meskipun ia masih meresa kecewa dengan Devan atas apa tadi yang ditemukannya dikamarnya, tetapi gadis itu tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri pada umumnya.
Devan melahap makannya tanpa berkomentar, laki-laki itu nampaknya menyukai masakan istrinya. Berbeda dengan Key yang nampak tidak berselera, kecanggungan seperti menyelimuti dirinya.
“Ehem,” Keysia berdehem kecil namun itu mampu menarik perhatiaan Devan.
“Kenapa?” Devan bertanya tanpa menoleh kearah Keysia, ia sibuk menikmati makanan dalam mulutnya.
“Tadi aku menemukan baju perempuan di almari Mas Dev,” Ujar Key terjeda membuat Devan yang semula menikmati makanannya kini menatap Keysia dengan sebelah alis yang terangkat.
“kenapa?” Tanya Devan kemudian ketika Key tidak kunjung kembali membuka suara.
“Apa itu baju milik istri Mas Devan?” Imbuhnya.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan istrinya, Devan serasa ingin tertawa dengan begitu kerasnya namun Devan meimilih untuk menahannya.
“Bener ya?’ Jadi aku istri kedua?” Key kembali membuka suara saat Devan tak kunjung menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.
“Itu baju milik kamu,” Ujar Devan kemudian hingga kini berhasil mencetak raut kebingungan diwajah Keysia.
“Maksud Mas?”
“Itu Argan yang menyiapkan, makannya tadi aku minta kamu untuk tidak membawa pakaian banyak-banyak,” Jelas Devan akhirnya. Namun masih tidak menghapus rasa yang mengganjal dihati Keysia.
“Foto yang dikamar Mas Devan siapa?”
Pertanyaan yang dilontarkan Keysia kali ini berhasil membuat Devan mengurungkan niatnya untuk kembali melanjutkan makannya. Nasi yang hendak disuapkan kedalam mulutnya kini hanya mengambang diudara.
Keysia menatap Devan, gadis itu menunggu jawaban.
Devan meletakkan sendok yang masih dinggenggamnya itu diatas piringnya yang masih menyisakan sedikit makanannya. “Dia Anna, kekasihku.”
Jlebbb
Seperti ada sebuah benda tajam yang kini menikam dada Keysia hingga begitu sesak dan sakit rasanya. Padahal Keysia menikah dengan Devan bukan berlandaskan saling suka tapi kenapa dia merasa sakit mendengar suaminya ternyata mempunyai kekasih lain.
Bahkan untuk sekedar menarik nafas pun terasa begitu berat. “Terus kenapa Mas Devan menikahi Key?” Tanyanya dengan suara yang tercekat.
“Karena aku ingin melihat papa mu pergi dengan harapan terkahir yang sudah terpenuhi, sehingga kelak kamu tidak akan merasakan penyesalan karena tidak bisa memenuhi permintaan terkahir papa kamu,” Jelas Devan.
Key terdiam, gadis itu membenarkan apa yang suaminya katakana, dirinya pasti akan sangat-sangat menyesal jika tidak bisa memnuhi keinginan terakhir ayahnya.
“Lantas, apa setelah ini Mas Devan akan menceraikan Key?” Tanya gadis itu.
“Tidak!”
“Terus bagaimana dengan kekasih Mas Devan?”
Devan terdiam, ia seperti tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan yang dilontarkan istrinya kali ini. Dia tidak memikirkan ini sebelumnya, saat itu hati nuraninya tergerak begitu saja untuk menikahi gadis yang ditolongnya hanya karena ia tidak ingin orang lain merasakan penyesalan yang sama seperti dirinya.
Diamnya Devan seperti jawaban bagi Keysia. Oke, kini Keysia siap untuk terluka demi ayahnya. “Anggap aja luka ini adalah ucapan terima kasih mu untuk Devan yang sudah membantu dirimu memenuhi keinginan terakhir papa kamu, Key!” Monolog Keysia dalam hati untuk dirinya sendiri.
“Kamu tidak perlu memikirkan hubunganku dengan Anna,” Devan menjeda kalimatnya.
“Dan kamu juga tidak perlu khawatir karena aku akan tetap memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami, seperti yang sudah aku janjikan kepada ayah kamu,” Imbuhnya kemudian berlalu dari tempat duduknya meninggalkan Keysia yang masih setia dengan posisinya. Selera makan Devan hilang seketika.
Keysia menatap punggung suaminya yang kini mulai menjauh dari jangkauan matanya. Gadis itu melemaskan tubuhnya pada sandaran kursi yang kini sedang didudukinya.
“Ini bukan tentang tanggung jawab, Mas. Ini tentang perasaan,” Gumam Key dalam hati.
***
Hallo semua, jumpa lagi. jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya :)
Sepi dan sunyi kini menghiasi ruang tengah di rumah mewah milik Devan, hanya suara televisi menyala yang terdengar menemani malam yang kian larut. Berkali-kali Keysia menguap namun gadis itu tak kunjung mengistirahtkan tubuhnya. Entah sudah keberapa kali mata Keysia melirik kearah jam dinding yang terletak diatas televisi, waktu sudah menunjukkan pukul 01.11 tetapi Devan tak kunjung pulang juga.Keysia akhirnya memutuskan untuk mematikan televisinya dan gadis itu segera berlalu menuju ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Devan mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang ramai akan mobil yang berlalu lalang. Sebelah tangannya mencengkram stir mobil dan sebelah tangannya lagi menggenggam tangan mulus Anna dan sesekali menciumnya.“Kita mau kemana?” Tanya Devan. Sesekali ia menoleh kearah Anna yang nampak sedang asik mendengarkan musik yang menjadi pengiring perjalanan keduanya.“Ke mall ajalah, temani aku belanja atau mau nonton juga
“Hai, apa sudah lama menunggu?” Keysia yang baru saja tiba itu langsung mendudukkan dirinya berhadapan dengan Nana yang sedang memainkan ponselnya. Mendengar suara sosok yang sejak tadi ditunggunya membuat Nana seketika mengalihkan atensinya dan menyimpan gawai miliknya.“Lama, sangat lama!” Ujarnya mendrama.“Maaf, tadi gue ada sedikit urusan,” Ujar Keysia.
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu, rumah tangga Keysia dan Devan masih sama hambar seperti saat dulu hari pertama. Setiap harinya mereka melalui hari-harinya dengan perdebatan-berdebatan kecil yang sebenarnya itu bukanlah sepatutnya diperdebatkan. Seperti sekarang ini, Keysia sedang membantu Devan memakaikan dasinya.Dengan balutan dress rumahan, Keysia nampak sudah cantik. Kini, ia sedang memperhatikan penampilannya didepan cermin yang ada dihadapannya hingga suara pintu yang terbuka membuat Keysia mengalihkan atensinya.“Kau sudah selesai?” tanyanya pada suaminya— Devan yang terlihat baru saja keluar dari ruang ganti dengan balutan setelah jas yang membungkus tubuh kekarnya.”Ya, bantu aku untuk memakai dasi!” pintanya seraya mengulurkan sebuah kain panjang yang memiliki warna senada dengan jas ya
Keysia nampak sedang berdiri didepan rak yang menyimpan begitu banyak keperluan dapur. Jari-jemari lentiknya menyusuri masing-masing botol nutella yang ada dihadapannya kemudian mengambil salah satu dan menyimpannya kedalam keranjang belanjaannya.“Sepertinya sudah semua,” Gumam Keysia seraya mengecek bahan belanjaanya yang sudah disimpan didalam keranjang.Setelah benar-benar memastikan tidak ada yang kurang, lantas Keysia s
Makan malam sudah berakhir lima belas menit yang lalu, Keysia nampak sedang merapikan tempat tidurnya sedangkan Devan sibuk di ruang kerjanya.Dering ponsel yang terdengar begitu nyaring itu menyita atensi Keysia untuk mengintip siapa yang menelfonnya. Keysia mempercepat aktivitanya kemudian bergegas menerima telfon dari Nana.“Ada apa?” Tanya Keysa. Kakinya melangkah menuju sofa yang berada disudut kamarnya kemudian mendaratkan tubuhnya.
Devan menutup perlahan pintu kamarnya, laki-laki itu mendapati Keysia yang tengah duduk berselonjoran diatas tempat tidurnya dengan sebuah buku yang berada digenggamannya. Keysia nampak begitu fokus dengan buku yang kini sedang dibacanya hingga kedatangan Devan pun tak membuat ia mengalihkan atensinya.Devan mendudukkan dirinya disebelah Keysia dengan posisi yang sama, berselonjoran. Tangannya terulur untuk meraih ponsel yang ada di atas nakas sebelah tempat tidurnya kemudian memainkannya.
Keysia segera memalingkan wajahnya saat sedikit lagi Devan hendak mencapai bibir merah muda milik Keysia membuat laki-laki itu lagi-lagi gagal untuk mendapatkan bibir yang sudah lama ia damba.“Ekhem, aku akan tidur terlebih dahulu, kau makan saja buah itu!” Keysia segera merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sebatas dada. Keysia merubah posisinya menjadi miring kemudian segera memejamkan matanya meskipun rasa kantuknya kini telah sirna.Sedangkan Devan, ia kemudian membenarkan posisinya, meletakkan kembali garpu yang dipegangnya dan disimpannya piring tersebut diatas nakas sebelahnya. Televisi yang masih menyala itupun segera ia matikan.Lantas, Devan beranjak dari tempat tidurnya dan belalu menuju ke tempat kerja yang berada disebelah kamarnya. Devan langsung mendaratkan tubuhnya di kursi kebesarannya dengan kedua kakinya yang disimpan diatas meja, tubuhnya yang menyandar sepenunya, mata terpejam serta salah satu tangan yang diletakkan diatas peipisnya.I