“Tenang, Alena, tarik nafas yang dalam, hembuskan, tarik nafas, hembuskan.” Kai langsung menghampiri gadis itu dan dengan gaya terapis nya menyuruh Alena menarik nafas lalu menghembuskannya dan dengan polosnya Alena menuruti ajakan konyol Kai itu.
“Hei!! Hentikan kekonyolan ini! Pokoknya kalian harus bertanggung jawab!” teriak Alena lagi, raut-raut wajah penuh kekesalan sangat nampak di wajah pucat gadis itu.
“Baiklah, Alena, jadi katakan siapa diantara kami yang berani menghamili dirimu.” Gerald langsung maju dan memasang wajah seriusnya, membuat Alena langsung membulatkan matanya tidak percaya dengan semua ke-tidak-sambungan ini.
“BUKAN ITU !! Ini soal Arumi!”
“ARUMI???”
C4 langsung terkejut setengah mati begitu nama Arumi di sebut.
"Apa yang terjadi padanya?" tanya Kris yang tiba-tiba bangkit dan mengajak Alena bicara, sementara Alena mundur satu langkah refleks begitu saja.
"Sudah ya, kami mau kembali ke kelas. Mata kuliah selanjutnya sudah mau di mulai.” Alena memecah keheningan dengan menarik lengan Sally dan Arumi untuk segera beranjak pergi karena sebentar lagi kelas manajemen bisnis akan segera di mulai.“Hey, tunggu. Kami juga ikut. Kita kan mengambil kelas yang sama.” Gerald dan Kai langsung mengejar langkah para gadis itu yang sudah beranjak pergi meninggalkan mereka.Alena menghentikan langkahnya sejenak lalu berbalik menatap Gerald dan Kai secara bersamaan."Oh ya, aku lupa kalian mengulang kelas. Sungguh malang." sindir Alena sebentar sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Gerald dan Kai yang hanya bisa termangu mendengar penghinaan tidak langsung yang baru saja gadis itu berikan.Oh, nampaknya rumor yang mengatakan bahwa Alena masih membenci C4 itu benar.Tapi, Gerald dan Kai tidak peduli. Mereka berjalan mengekor di belakang ketiga gadis itu seakan tidak pernah terjadi apa
“Baiklah, aku pikir tidak ada masalah lagi. Semua masalah sudah clear, kan? Ayo kita ke kelas. Mata kuliah selanjutnya akan segera di mulai.” ujar Arumi lantas kemudian beranjak menuju kelasnya sembari menggandeng Alena dan Sally setelah memastikan kepada para saudaranya dan fansclub C4vers ini bahwa masalah di antara mereka semua sudah selesai.Arumi sama sekali tidak masalah dengan perundungan kemarin.Ia mengerti, itu semua karena rasa cinta fansclub ini kepada para saudaranya yang begitu besar.Derita punya empat saudara super tampan yang menjadi idola di kampus, Arumi sampai di salah pahami menjadi penggoda.Ada-ada saja.Tapi syukurlah, Arumi tidak ingin terlalu membesar-besarkannya. Toh, para C4vers ini juga sudah minta maaf serempak padanya.“Kalian bersyukur Arumi memaafkan kalian semudah ini. Lain kali pastikan kalian tidak akan melakukan aksi anarkis seperti kemarin atau kami akan membenci kalian seumur hidup. Ka
Arumi, Sally dan Alena menghampiri loker mereka untuk mengambil beberapa perlengkapan materi kuliah mereka i yang akan mereka gunakan untuk mata kuliah kuliah selanjutnya, namun seketika kening Arumi mengernyit samar begitu ia menemukan sepucuk surat berwarna putih terselip di bagian bawah loker milik Arumi.Arumi segera meraih surat itu dan mengamatinya dengan seksama.Benar, surat ini memang ditujukan untuk dirinya.Ada tanda bertuliskan “To : Arumi” di pojok sisi kanan atas surat itu.Arumi memainkan hidungnya mengendus surat ini yang baunya sangat teramat harum seperti habis di celup ke dalam tangki parfum.“Itu apa Arumi?” tanya Sally penasaran melihat surat di tangan Arumi.“Surat. Ini aneh ya, di jaman global seperti ini masih ada orang yang mengirim surat.” jawab Arumi sekenanya.Sally mengangguk setuju.“Memangnya itu surat apa?” tanya Sally lagi. Mendengar Arumi dan Sall
“YEEYY!! AKU MENANG!!!” Arumi bersorak kegirangan dan menari-nari dengan riang begitu gadis itu berhasil mengalahkan Rion dalam permainan video game “Wristling Swist”, game gulat yang cukup populer diantara para anak laki-laki karena levelnya yang lumayan susah untuk di mainkan.Game virtual tiga dimensi itu adalah permainan favorit Rion, ia tidak pernah kalah sebelumnya saat memainkan game itu.Rion hanya melongo tidak percaya bahwa Arumi berhasil mengalahkannya, padahal selama ini belum ada yang berhasil mengalahkan Rion Chandrawinata si gamers sejati dalam memainkan game virtual tiga dimensi.“Baiklah, Kak lihat kan, kau sudah kalah. Kau kalah, aku ulangi lagi, kalah. Sekarang , ayo, menunduk. Tepati janjimu. Ini sudah menjadi perjanjian kita berdua.” ujar Arumi setelah puas bersorak dengan polosnya menyuruh Rion untuk menundukkan badannya lalu gadis itu naik begitu saja di atas punggung Rion dan menjadikan lelaki itu
Mariya Diandelina memarkir mobil hijaunya memasuki pekarangan rumah yang sederhana terkesan bergaya minimalis dan sederhana. Dosen wanita di Draksita yang masih terlihat muda dan segar itu kemudian keluar dari dalam mobil dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya yang sempat ia beli saat mengunjungi supermarket tadi sore. “Hyeri-ah, eomma pulang.” teriak Bu Mariya begitu memasuki rumah dan menutup pintu dengan kakinya. Mata wanita itu melebar mencari keberadaan seorang gadis kecil berkulit putih dari dalam rumahnya. “Dia sudah tidur.” terdengar suara dari arah ruang televisi, Bu Mariya mendapati keberadaan seorang gadis berambut panjang bergelombang yang sedang duduk di sofa sambil menyaksikan sebuah film horor yang sedang di putar di layar sambil menyulam sebuah sweater dengan benang di tangannya. Bu Mariya menghela nafasnya sebentar, menatap kehadiran gadis itu di rumahnya. Ya ampun, gadis ini hampir saja mengagetkannya.
“Untuk Arumi.Aku tidak tahu apakah kau akan membaca surat ku ini. Aku tahu kalau menulis surat di jaman seperti ini sangat tidak keren, aku ingin mengirimu pesan seluler tapi aku sama sekali tidak tahu nomer ponselmu. Kau mungkin akan menganggapku bodoh, tapi aku mengerahkan kekuatanku dengan sangat banyak untuk menulis surat ini.Kau mungkin tidak mengenalku. Tapi apakah kau tahu, aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak saat itu. Sejak saat kau lewat di depan kelas ku dan menarik perhatian dari ensiklopedi yang sedang kubaca.Lalu setelah itu, kita kembali bertemu saat kau melewati lab praktikum dan tanpa sengaja menangkap kucing dosen yang lepas di laboraturium itu dengan tanganmu sendiri kau menyodorkannya kembali padaku kucing itu sambil tersenyum.Aku merasa duniaku berhenti berputar saat itu juga. Baru kali
“Hey, apa yang kalian lakukan?” tiba-tiba saja Kai dan Gerald datang menghampiri ketiga gadis itu yang sedari tadi nampak sibuk celingukan seperti sedang mencari sesuatu.Alena hanya bisa mendengus begitu melihat para anggota C4 itu yang datang menghampiri ke arahnya.Uh~ dia benar-benar alergi pada setiap anggota C4 sehingga memilih menjaga jarak dan berdiri di dekat Sally karena kedatangan mereka.Arumi menghela nafasnya pelan.Gawat, saudaranya datang. Firasat Arumi mengatakan hal yang konyol akan menanti mereka ke depannya.“Itu… Itu… kita sedang apa ya? Haha...” Arumi tertawa sendiri gelagapan untuk menjawab pertanyaan para kakaknya ini.Para saudaranya tidak boleh tahu masalah surat cinta itu, Arumi berusaha memberikan kode kepada Alena dan Sally di dekatnya agar bisa membantunya dan membuat para saudaranya ini tidak curiga.“Apa pun yang kami sedang perbuat, apa urusan kalian, h
“Setelah apa yang kita lalui selama ini, kau masih memperlakukan ku seperti ini Sienna.” ujar Kai membuka suaranya, seperti ia sama sekali tidak tertarik dengan kotak bekal yang di sodorkan Sienna.Sienna mengangkat kepala dan memiringkannya."Apa maksudmu?" tanya Sienna seakan tidak mengerti.Kai bangkit dari duduknya dan menatap sang dewi kampus itu dengan sinis."Insiden valentine berdarah. Kau mau berpura-pura lupa atas apa yang terjadi hari itu?" tanya Kai dengan tatapan sinisnya lalu melangkah pergi meninggalkan Sienna.Sienna menggemertakkan giginya sendiri saat mendengar ucapan Kai barusan.Bekal buatannya sama sekali belum tersentuh dan Kai masih membahas soal kejadian malam itu?"Insiden itu...bukankah kita sudah sepakat untuk melupakannya?" gumam Sienna dengan wajah kesalnya."Tunggu...!" entah apa yang membawa Sienna, gadis itu menutup bekalnya dan berlari menghampiri Kai yang sudah berjalan agak jauh da