"Permisi, maaf menganggu." seorang pria berjas hitam mendadak muncul dan menghampiri Ayah Alena dan membisikkan sesuatu, sesuatu yang membuat pria paruh baya itu terkejut hingga matanya membulat tak percaya.
"Apa?! Anak buah kita patah tulang semua?! Bagaimana bisa?!"
Lelaki paruh baya itu terkejut bukan main begitu mendengarkan laporan terbaru anak buahnya.
Lelaki berjas itu lantas membuka i-padnya, menunjukkan foto markas yang hancur porak poranda di sana. Banyak orang yang terkapar dan tidak di sadarkan diri di gambar sana.
Lelaki paruh baya itu men-zoom salah satu foto yang terpampang di sana. Nampak banyak serpihan tumbuhan hijau yang menjalar memenuhi lantai terlihat. Tumbuhan hijau itu bukankah jenis Cedrus?
Tumbuhan asli dari pegunungan Himalaya dan Mediterania yang terkenal langka, juga merupakan simbol dari geng mafia terkenal di kota... Cedrus4?
***
Kris menempelkan satu plester luka tepat di pipi Gerald yang memar, membuat
Sebuah suara sirine ambulans terdengar, mobil ambulans itu melesat pergi meninggalkan sebuah bangunan tua yang sudah di kerubungi beberapa orang dan di pasangi garis pembatas polisi.Yifan berlari tertatih-tatih menghampiri sebuah kerubungan manusia, tidak memperdulikan peringatan polisi yang menyuruhnya untuk berhenti, Yifan tetap berlari menembus kerubungan itu demi untuk mencari sesuatu.Mencari keberadaan Na Bi yang ia tinggalkan begitu saja di bangunan tua itu demi mencari pertolongan.“Kasihan sekali gadis kecil itu….”“Dia sepertinya kehilangan banyak darah….”“Lukanya sepertinya parah.”“Aku benar-benar mau muntah.” terdengar beberapa orang berbisik-bisik tidak jelas.Yifan berusaha meyakinkan dirinya, meyakinkan bahwa orang-orang ini tidak sedang membicarakan Na Bi. Mata anak lelaki itu tetap berusaha mencari keberadaan Na Bi, siapa tahu Na Bi berada diantara banya
Alena sedang melamun di sebuah ruangan yang merupakan salon sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin rias, lebih tepatnya gadis itu kembali teringat terhadap apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada dirinya semalam.Alena menyentuh pipinya, masih terasa sakit.Untuk pertama kalinya ia di tampar oleh Ayahnya sendiri. Namun lebih daripada pipinya yang memerah, hatinya lebih sakit melebihi apapun.Bahkan… Ayahnya sendiri pun sudah menganggapnya gila.“E …hem…” sebuah suara deheman terdengar, membuyarkan lamunan gadis itu sehingga Alena refleks menatap lelaki yang tengah berdiri di sampingnya.“Ba… bagaimana?” tanya lelaki itu menatap Alena sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.“Ya! Mark Prakarsa?” Alena segera bangkit dari kursinya , menatap lelaki di depannya ini dari atas rambut hingga ujung kaki.“Kau benar Mark Prakarsa kan?&r
“ALENA TANUBRATA???” kelima manusia itu secara kompak berteriak, sementara Alena juga tidak kalah kagetnya mengetahui keberadaan C4 dan Sally yang berada di sini.“Alena? Kenapa jadi kau? Dan…. Kenapa kau memakai pakaian Arumi kami?” tanya Sally terkejut, tentu karena ia tahu persis bahwa baju yang sedang di pakai Alena sekarang adalah baju yang sama dengan baju yang di pakai Arumi saat meninggalkan rumah tadi.Alena tidak menjawab, bukan karena ia tidak ingin, tapi lebih kepada suhu tubuhnya yang mendadak menjadi panas dan membuat dirinya kembali tidak bisa di kontrol begitu melihat C4 secara tiba-tiba dan mendadak menghampirinya secara serempak bersamaan seperti ini.Kenapa mereka bisa berada di sini bersama-sama?“Hihihihihihihihihihihihi…..aku bertemu kalian di sini. Kebetulan sekali. Hihihihihihihhihihihihihi~ lalalalalalalala~” C4 dan Sally ternganga bersama-sama melihat Alena cekikikan
Terkadang, di dalam hidup ini banyak hal yang tidak terduga dapat terjadi. Seperti apa yang menimpa gadis yang hidup selalu dalam ketidakberuntungan dan ketidakberdayaan. Secara tiba-tiba, sebuah kejadian tidak terduga terjadi padanya dan mengubah hidup gadis itu seratus delapan puluh derajat. Naira Ananda Arumi. Gadis yang dari dulu hidup dan besar menyendiri dan sebatang kara, tiba-tiba mempunyai empat saudara baru dalam kehidupannya. Ya, Naira Ananda Arumi. Biasa di panggil, Arumi atau Rumi. Seorang gadis yatim piatu yang sejak kecil tinggal di sebuah panti asuhan kecil di pinggir kota ini. 18 tahun yang lalu, seorang bayi perempuan mungil di tinggalkan begitu saja di depan pintu gerbang yayasan panti asuhan ‘St. Xavier’ di hari dimana hujan besar sedang turun lebat-lebatnya di seluruh penjuru kota. Bayi itu telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik dengan nama Naira Arumi. Arumi yang melalui harinya sebagai gadis yatim piatu. Arumi yang tidak
Suara air mengalir masih mengelilingi wastafel pagi itu.Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, dan Arumi sudah berjibaku di dapur untuk mencuci piring-piring kotor bekas makan malam para penghuni panti asuhan ini.Sudah menjadi tugas Arumi untuk membersihkan berbagai perlengkapan panti sejak dulu.Lamunan Arumi kembali melayang saat ia memikirkan ucapan Dasom kemarin.Tentang Dasom yang akan mendaftar ke Draksita University.Siapa sih yang tidak tahu Draksita University?Setiap murid di kota ini pasti saling berebut memiliki mimpi untuk melanjutkan studi ke sana.Universitas itu adalah universitas dengan taraf internasional yang sangat bagus, pendidikannya bermutu dan fasilitas yang di tawarkan sangat mumpuni.Hanya mahasiswa pilihan yang dapat mendaftar di sana.Bisa di bilang, Draksita University adalah Universitas nomer satu di kota ini, ah, bukan. Bahkan skalanya ad
“Yang ini namanya Kevin. Usianya baru 5 tahun, Nyonya,Tuan. Dia anak yang pintar. Dia bahkan sudah pandai menghitung. Yang ini namanya Reyna. Usianya 6 tahun. Dia cantik, kan? Reyna, ayo menunduk pada Tuan dan Nyonya.”Arumi mengenalkan setiap anak di panti asuhan ini dengan telaten kepada pasangan orang tua paruh baya yang kini sedang duduk di sofa ruang tamu, menatap satu persatu anak kecil yang di tampung di panti asuhan ini.Mereka semua adalah anak yang menggemaskan. Arumi yakin salah satu dari mereka akan mendapatkan rumah selamanya kali ini.Arumi dengan telaten memperkenalkan mereka dengan baik satu per satu tanpa ada yang tertinggal sedikit pun. Sebelum masuk ke ruangan ini Arumi sudah memberikan wejangan kepada para adik-adiknya ini agar menjadi anak yang baik.Jangan nakal.Jangan berbuat gaduh.Jadilah anak yang patuh.“Apa kau staf disini? Apa kau juga salah satu biara
"Dapet telefon, katanya Papa sama Mama nyuruh kita pulang." seorang lelaki bertubuh tinggi tegap melempar ponselnya dengan asal ke arah lelaki bertubuh agak mungil yang berdiri tidak jauh dari dirinya.Ajaibnya, lelaki bertubuh mungil itu dapat menangkap lemparan ponsel itu dalam sekali tangkap dengan sigap."Tapi, kerjaan kita belum selesai." seorang lelaki dengan kulit kecokelatan berbalik dalam hitungan detik, menjawab ucapan lelaki barusan."Santai, brothers. Udah gue beresin semuanya."Ketiga lelaki itu sontak secara bersamaan berbalik, menatap ke arah lelaki yang membuka suara tadi dan melihat sendiri bagaimana lelaki tersebut berhasil mengalahkan tiga orang preman bertubuh besar secara bersamaan yang mencoba menghalau mereka hanya dalam sekali tendangan.Jalanan gang yang terlihat sepi saat itu ternyata penuh dengan pemandangan berbagai manusia yang tepar mencium tanah. Mereka semua nampak luka memar dan beberap
Apakah ini tempat dimana ia akan tinggal dan memulai hidup selanjutnya?Apakah ini bukan mimpi?“Bagaimana Arumi? Apa kau suka? Mulai sekarang ini adalah rumahmu, kita akan tinggal bersama mulai hari ini." ujar Tuan Richard dari arah bagasi belakang yang sibuk mengeluarkan koper-koper Arumi sambil tersenyum.Arumi tersadar akan lamunannya, dan gadis itu mulai menepuk-nepuk pipinya pelan. Entah sudah berapa kali ia melamun sejak menginjakkan kedua kakinya di rumah ini untuk pertama kalinya.Ia tidak sedang bermimpi kan?Ketakjuban Arumi berlanjut ketika mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Arumi tidak bisa menahan hasratnya untuk tidak membuka mulut ketika melihat isi kediaman Keluarga Chandrawinata.Baru di ruang tamu saja ia sudah melihat lampu kristal yang sangat mahal terpasang di langit-langit rumah, sofa-sofa menarik yang kelihatan mewah, ukiran-ukiran di sekeliling dinding yang memukau, dan beberapa dereta