Share

Nikahi AKU Brondong NAKAL !!
Nikahi AKU Brondong NAKAL !!
Author: Parikesit70

Bab 1 : Mabuk

Hingar bingar music pada sebuah Night Club di malam minggu, membuat pengunjung di club menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama dan arahan seorang DJ yang jemarinya dengan cekatan memadukan intrumen music dari piringan hitam yang dipadu dengan tinggi dan rendahnya efek suara musik, diikuti lompatan serta goyangannya pada sebuah panggung kecil mengikuti irama house music yang dimainkan.

Bau alkohol bercampur harumnya parfum kelas atas mengisi ruang persegi empat yang telah bercampur dengan bau keringat atas aksi jingkrak-jingkrak tak karuan dari beberapa pengunjung, lewat music yang memekakkan telinga dan lagu yang tak terdengar jelas nadanya.

Kursi-kursi ramping berkaki panjang dan meja bulat yang berjarak lima meter dari lantai dansa diisi oleh beberapa orang yang menikmati alunan hingar bingar musik dengan pasangan masing-masing, duduk gembira sambil meneguk minuman beralkohol serta berbicara dengan cara berbisik, karena bisingnya suasana di ruang tersebut.

Mereka menikmati alunan musik dengan meneguk minuman alkohol untuk memberikan efek pening yang semakin lama, semakin mereka nikmati seraya menggoyangkan tubuh yang berada dalam ambang sadar dan tak sadar.

Untuk mereka yang melantai, bergoyang tak beraturan terlihat tersenyum, tertawa bersama menikmati alunan musik jedak-jeduk dengan senyum, tawa palsu yang mengisi rongga hati kosong sebagai penghilang rasa jenuh usai menjalani aktifitas dan berkutat dalam kesibukan nyata.

Beberapa pengunjung Night Club yang datang ada juga yang tetap merasakan kesepian ditempat seramai itu. Namun, wajah bahagia tergambar dari raut wajah purel dan penari latar, kala membludaknya pengunjung di club itu. Karena dari ramainya pengunjung mereka bisa mengais rejeki.

Pada sebuah panggung kecil, ada empat orang wanita penari erotis berpakaian bikini yang meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama. Beberapa lelaki dalam tatapan liarnya, seolah ingin menerkam tubuh wanita yang meliuk dengan posisi menantang dan menggundang syahwat para pria.

Pastinya, si penari erotis sengaja mengundang syahwat lelaki yang melihatnya. Beberapa lelaki yang tergiur dan tidak bisa menahan diri naik keatas panggung kecil untuk melantai bersama penari erotis. Di sana beberapa lelaki mesum menyelipkan uang pada bagian tengah benda kenyal yang minta dijamah.

Sementara itu, pada sisi pojok bar duduk seorang wanita cantik bernama Jessica Atmaja. Pemilik mata indah berwarna coklat dan berhidung lancip tampak mencium aroma Cocktail pada gelas yang dipegang sebelum diminumnya perlahan untuk merasakan efek atas minuman tersebut hingga tandas.

"Berikan aku satu gelas Cocktail lagi!" pintanya dengan suara keras untuk mengimbangi suara music di ruangan itu.

seorang bartender pun, meracik dan menyajikan minuman yang diminta wanita cantik dengan bibir tebal, kulit putih bersih nan lembut seperti kapas yang ikut pula menikmati alunan musik dalam kondisi setengah mabuk.

"Silakan...," Bartender menyuguhi minuman yang diminta dengan tersenyum kearah Jessica yang tampil anggun.

Celana panjang kain katun berwarna coklat muda dipadu atasan katun berwarna senada tanpa lengan membungkus tubuh langsingnya. Ia meneguk kembali perlahan Cocktail yang dipesannya, sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang tampak bahagia saat mereka mabuk.

Tiba-tiba terdengar suara berat seorang lelaki memaki seorang pemuda yang berjarak dua meter dari tempat duduk Jessica. Tampak jelas, penjaga bertubuh tinggi besar, mencengkeram kerah baju seorang pemuda tampan yang tampak kacau.

“Hey brengsek! Bayar minumannya!” teriak seorang lelaki tinggi besar berkulit coklat gelap, menarik keras kerah kemeja pemuda tampan yang terlihat mabuk berat.

Seorang bartender membisikkan sesuatu ke telinga lelaki bertubuh tinggi besar yang diperkerjakan sebagai petugas keamanan Night Club.

Pemuda yang dicengkeram leher bajunya, terlihat melawan dengan menghempaskan tangan petugas keamanan tersebut dari kerah bajunya.

“Bayar? Hahahahahaha ... tenang, akan aku bayar. Sebentar lagi asistenku datang dan bawa uang. Sekarang berikan aku vodka satu gelas lagi. Aku ini sultan. Ayolah...,"ucapnya sembari terbahak-bahak dan berbicara ngawur.

Bugh! Bugh!

Sebuah tendangan pada bagian perutnya membuat pemuda tersebut ambruk tepat di bawah kaki Jessica.

“ADUH! Awas ... kalian. Aah!” keluh pemuda yang ditendang bagian perutnya oleh salah seorang penjaga keamanan disana.

Kemudian, seorang lelaki bertubuh besar tinggi lainnya menarik lengan lelaki tampan itu untuk dibawa keluar Night Club. Namun, Jessica yang tak tega melihat pemuda yang tampak mabuk berat, bertanya pada lelaki bertubuh tinggi besar.

“Kenapa Pak? Apa dia mencuri?!” tanya Jessica, sedikit berteriak karena suara musik bising di dalam club tersebut.

“Bukan mencuri Nona ... Dia ini begundal kere yang masuk ke Night Club untuk minum gratis! Makanya kami akan melemparnya ke jalan,” ujar sekuriti tinggi besar dengan wajah bengisnya.

“Udah Alex! Kau bantu angkat bajingan ini. Lempar dia ke jalan!” perintah seorang lelaki dengan memegang tangan pemuda yang akan diseret.

Namun, pemuda yang berada di bawah pengaruh minuman beralkohol itu masih berontak saat akan diseret, hingga menyulitkan lelaki bertubuh besar tinggi yang memegangnya. Ia pun meminta temannya untuk berhenti bicara dengan Jessica yang juga tampak mabuk.

“Tunggu! Aku yang bayar. Lepaskan dia!” pinta Jessica seraya membuka tas slempang dan mengeluarkan kartu kreditnya.

“Kamu serius Nona? Tagihan bajingan ini lumayan banyak. Kamu nggak lagi mabuk kan?” tanya Alex, lelaki besar tinggi yang diajak bicara Jessica.

“Ya aku mabuk. Tapi, aku sadar dan liat kamu pukul lelaki itu. Ambil, gesek pada mesin pembayaran. Lalu, kembalikan kartuku. Ok!” pinta Jessica tersenyum manis.

Melihat kesungguhan Jessica, Alex pun meraih kartu kredit yang disodorkannya. Sementara, lelaki satunya yang bertubuh lebih besar masih memegang tangan pemuda tampan yang tampak kacau tersebut, hingga pembayaran dengan kartu kredit wanita cantik itu berhasil.

Lima menit kemudian, Alex datang dan mengembalikan kartu kredit itu pada Jessica. “Terima kasih Nona yang baik hati.”

Jessica yang mabuk, tersenyum lebar dan menjawab dengan ucapan konyol yang tak pernah dilakukan sebelumnya pada siapa pun.

“Sama-sama lelaki besar yang tampan.”

Mendengar itu, Alex tertawa dan berkata pada temannya, “Bang! Lepas bajingan itu dan bawa keluar. Minta petugas lain untuk ingat wajahnya, biar dia jangan dikasih masuk lagi ke sini!”

Pemuda tampan itu pun dipapah oleh Alex dan temannya keluar Night Club. Lalu membiarkan tubuh lelaki tampan itu, tergeletak di trotoar depan night club. Kemudian, beberapa anggota keamanan lainnya, memandang wajah lelaki tampan yang tengah mabuk dan tak mampu berdiri.

Waktu pun terus berjalan, Jessica yang telah menghabiskan tiga gelas Coctail, merasakan kepala dan tubuhnya semakin berat. Sementara, pengunjung lain yang mabuk dan setengah mabuk melenggang keluar dari Night Club tersebut bersama teman, sahabat bahkan pacar, saat jam buka night club tersebut akan segera berakhir.

Jessica yang datang sendiri ke Night Club dan ditunggu oleh sopir pribadinya di halaman parkir, meminta tolong pada Alex untuk memapahnya hingga tempat parkir, kala kepalanya terasa sangat pening.

“Pak! Tolong antar aku keluar. Kepalaku pening sekali. Pandanganku juga nggak terlalu jelas," pinta Jessica tersenyum manis.

Dengan sigap, Alex memapah tubuh langsing Jessica menuju mobil Rubicon warna Silver yang ada di halaman parkir Night Club.

“Terima Pak Alex. Ini untuk Bapak,” ucap Jessica membuka tasnya dan memberikan lima lembar uang pecahan seratus ribu, usai Alex membukakan pintu mobil bagian belakang dan memapahnya masuk ke dalam mobil yang telah ditunggu oleh seorang sopir pribadinya.

“Terima kasih Nona, hati-hati di Jalan," jawab Alex tersenyum bahagia.

"Kenapa pemuda itu? Apa dia sudah mati?" tanya Jessica kala melihat pemuda yang dibantunya ada di trotoar depan night club.

"Dia hanya mabuk Nona, nanti saja dia sadar. Jangan pedulikan dia," tutur Alex saat akan menutup mobil pintu bagian belakang.

"Tunggu Pak! Apa bisa bawa masuk pemuda itu ke dalam mobilku. Aku pikir, mungkin dia temanku," pinta Jessica yang merasa kasihan dan bingung harus melakukan apa pada pemuda yang tampak berantakan.

"Siap! Baik Nona," jawab Alex. Ia pun meminta bantuan temannya untuk mengangkat tubuh pemuda malang yang tadi dilemparnya ke trotoar.

Alex dibantu temannya memapah tubuh pemuda yang mabuk berat ke dalam mobil dan duduk bersama Jessica.

Setelah itu, mobil pun meluncur meninggalkan tempat bersenang-senang bagi sebagian orang yang kesepian di tengah hingar bingar musik pada pagi buta.

Jalanan begitu sepi, sopir pribadi Jessica membawa sang Nona cantik menuju rumah mewah yang dihuni bersama satu orang sopir, satu orang tukang kebun, tiga orang asisten rumah tangga. Sedangkan kedua orang tuanya memilih tinggal di sebuah Vila yang dimilikinya di Ciwidey. Sebuah tempat yang sejuk dengan pemandangan indah disekitarnya.

Mobil Rubicon berwarna Silver pun, masuk ke kawasan Elite dengan pengawasan ganda. Karena beberapa CCTV dipasang pada setiap sudut kompleks cluster mewah tersebut. Begitu juga pada bagian pintu gerbang masuk kompleks elite itu, setiap pengunjung harus menyerahkan kartu identitas, kecuali penghuni kompleks tersebut.

“Nona Jessi, apa pemuda ini dibawa masuk ke kamar?” tanya Samsuri sopir pribadi Jessica.

Dalam keadaan mabuk berat dan mata yang telah sangat berat, Jessica hanya menganggukkan kepala dan minta pada sopirnya untuk membangunkan salah seorang asisten rumah tangganya.

"Pak Sam! Panggil Bik Wati ... Kemana sih tuh, orang?” perintah Jessica yang dalam keadaan mabuk lupa, kalau asisten rumah tangganya masih tertidur lelap pada pagi dini hari.

Tanpa banyak bicara, Samsuri melangkah panjang masuk ke rumah untuk membangunkan Wati, seorang asisten rumah tangga yang telah cukup lama bekerja dengan keluarga besar Jessica.

Seorang wanita berusia 40 tahun yang bernama Wati, tergopoh-gopoh mendekati Jessica, pemilik rumah mewah itu dan berkeluh kesah padanya,” Aduh ... Non Jessica ... jangan mabuk seperti ini terus. Kalau Tuan dan Nyonya besar tahu, saya yang repot."

Dengan menempatkan telunjuk tangannya, Jessica yang dalam keadaan mabuk pun, menjawab, “Jangan cerita mami dan papi, Wati cantik. Ini rahasia kita. Hehehehehe.”

Samsuri dan Wati pun, memapah Jessica terlebih dahulu sebelum memapah pemuda yang telah terlelap di belakang mobil. Sesampai di kamar majikannya, Wati dengan telaten mengambil waslap dan air hangat untuk menyeka tubuh Jessica dari bau asap rokok dan alkohol serta mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur.

“Non, pemuda yang ada di dalam mobil dibiarkan saja di mobil?” tanya Wati sembari memakaikan pakaian tidur Jessica yang tampak telah sangat mengantuk.

“Kasihan Wati, tadi dia dipukul sama penjaga. Kamu urus dia, bawa masuk aja. Aku mau tidur,” ucap Jessica dengan mata terpejam.

Setelah itu, Wati keluar dari dalam kamar Jessica menemui Samsuri yang sudah menunggunya di mobil. Melihat pemuda tampan yang dalam keadaan mabuk telah mendengkur, Wati pun bertanya pada Samsuri.

“Pak Sam yakin nih, pemuda ini dibawa masuk ke kamar Nona Jessica? Nanti kalau terjadi apa-apa gimana?” tanya Wati memandang serius ke arah Samsuri.

“Tadi kamu sendiri dengarnya gimana? Bisa jadi ini pacarnya Nona Jessica. Soalnya saya juga udah tanya, katanya ajak masuk ke kamar,” tutur Samsuri yang juga tampak ragu.

“Iya sih, tadi juga saya disuruh sama Nona, katanya bawa masuk aja,” imbuh Wati memandang wajah pemuda tampan yang tampak lusuh.

“Pemuda ini, saya liat tidur di trotoar ... Nona Jessica minta penjaga disana untuk bawa pemuda ini ke mobil. Mungkin ini pacarnya Nona. Pasti waktu mereka mabuk tadi, sempat bertengkar, makanya Nona minta orang bawa masuk ke mobil. Ayo kita bawa ke kamar Nona,” ajak Samsuri pada Wati.

Sesampai di kamar Jessica, terlihat sang nona muda telah tertidur lelap. Kedua pekerja yang membawa pemuda itu, menempatkannya pada sofa di kamar Jessica, agar tidak mengganggu sang majikan yang telah tertidur nyenyak di ranjangnya.

“Pak Sam, buka aja kemeja dan celana pemuda ini, biar nanti saya cuci dan keringkan. Besok pagi, waktu dia bangun, saya bawa lagi pakaiannya ke kamar Nona,” usul Wati.

“Ya sekarang saya yang buka pakaian dan celananya,” jawab Samsuri.

Wati pun berjalan menuju tempat tidur Jessica untuk menyelimuti tubuh sang majikan yang hanya berbalut pakaian tidur tipis.

Setelah itu, Wati berjalan juga keluar kamar usai melihat Samsuri telah melepas kemeja dan celana panjang pemuda tampan itu.

Dua jam pun berlalu, sekitar pukul lima pagi pemuda tampan itu terbangun dari tidur, karena rasa dingin yang menusuk tulangnya. Pemuda yang hanya mengenakan boxer tanpa selimut, berjalan sempoyongan mendekati tempat tidur Jessica, kala ia melihat selimut tebal menutupi tubuh langsing seorang wanita cantik.

Pemuda tampan itu, langsung naik ke tempat tidur empuk milik Jessica dan merangsek masuk ke dalam selimut untuk mencari kehangatan pada tubuhnya yang terasa dingin.

Di antara rasa sadar dan tidaknya, pemuda tampan itu memeluk tubuh Jessica dan mencium harum tubuh wanita yang dipeluknya. Ia juga merasakan kelembutan kulit tubuh Jessica yang bersentuhan dengannya.

Awalnya, pemuda tampan itu hanya merasakan hawa hangat yang diperlukan tubuhnya. Namun, saat dada bidangnya yang tanpa pakaian menyentuh bagian kenyal Jessica, seketika hasrat lelakinya muncul.

Dalam keadaan setengah sadar, pemuda tampan itu pun, duduk di tempat tidur dan mengamati wajah cantik dengan tubuh seksi yang berbalut pakaian tidur satin hitam. Pemuda itu memandangi kulit putih mulus dengan menyentuh bagian lengan Jessica dan berupaya mengingat wanita yang kini ada di ranjang bersamanya.

‘Siapa cewek yang tidur disini? Perasaan hari ini aku nggak sewa cewek untuk temani aku? Apa temanku mau buat kejutan dengan membawa masuk cewek ke kamar hotel ini?’ tanya pemuda tampan itu dalam hatinya dan memindai kamar Jessica yang sekelas dengan hotel bintang lima.

Pemuda tampan itu pun, membuka selimut yang menutupi tubuh seksi Jessica. Sekilas, pemuda tampan itu meneguk air liurnya kala melihat pakaian tidur Jessica yang tersingkap hingga bagian paha.

Tampak jelas kulit tubuh putih mulus nan segar dengan bagian segi tiga yang masih melekat di antara kedua kaki Jessica. Air liur pemuda itu kian tmembasahi kerongkongannya dan jakunnya ikut turun naik melihat pemandangan indah di depan matanya.

Kini pemuda yang tak diketahui asalnya, mulai mengelus betis mulus Jessica hingga kebagian pahanya berulang kali dan berakhir dengan menurunkan segi tiga pengaman milik Jessica, tanpa disadari oleh pemilik tubuh seksi nan mulus itu.

“Gila! Rimbun banget, kayak kagak pernah terjamah,” ucap pemuda tampan tersebut usai membuka segi tiga pengaman milik Jessica dan membuka lebar kedua kaki Jessica.

Sementara itu, Jessica yang mabuk usai meneguk tiga gelas Cocktail, merasa dirinya tengah masuk ke alam mimpi. Ia merasakan kenikmatan yang luar biasa pada bagian sensitifnya. Namun, wanita cantik yang belum sadar dari mabuknya tidak menyadari kalau saat ini, pemuda yang ditolongnya tengah berada di antara kedua kakinya dengan menyingkap rimbunnya hutan belantara miliknya yang belum pernah terjamah.

Desahan dan erangan Jessica yang keluar dari bibirnya, dirasakan bagai sebuah mimpi. Hingga membuat pemuda tampan itu kian berhasrat untuk melakukan hal lebih dan berkata dalam hatinya.

‘Sepertinya ini cewek kagak pernah begituan. Aromanya aja beda sama beberapa cewek yang pernah aku pakai. Sekarang, aku harus gimana? Kenapa ini cewek mendesah tapi kagak bangun?’

Dengan menelan salivanya berulang kali, pemuda tampan itu pun membenamkan wajahnya diantara kedua kaki Jessica, hingga wanita cantik itu pun kian mengerang hebat dan melakukan pelepasan pertama kalinya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Parikesit70
Untuk Kakak semua yang suka dgn cerita ini Bisa kasih ulasan dan bintang 5 nya yaa... Terima kasih \⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/Love you Sekebon.(⁠✿⁠ ⁠♡⁠‿⁠♡⁠)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status