Sebuah ruang rias mewah dipenuhi dengan beberapa asisten dari make up artist ternama yang tengah menyiapkan segala kebutuhan rias. Tampak di kursi meja rias ada Aubree yang tengah dirias dengan make up yang tentunya glamour. Sesuai dengan permintaan gadis itu, dia ingin make up yan terlihat glamour tapi tak berlebihan. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti nantikan oleh Aubree. Hari di mana Aubree sebentar lagi akan menikah dengan Nathan—pria yang begitu dia inginkan dan cintai.“Perfect … Anda memiliki wajah yang sangat cantik, Nona. Kulit Anda begitu halus dan mulus layaknya bayi baru lahir. Sebenarnya tanpa riasan pun Anda sudah memiliki paras yang luar biasa cantik.” Sang make up artist berucap memuji kecantikan Aubree kala Aubree baru saja dirias.“Thanks,” jawab Aubree datar dengan senyuman puas melihat wajahnya sempurna.“Nona, mari saya bantu Anda untuk mengganti gaun Anda,” ujar sang make up artist sopan.Aubree menganggukan kepalanya. Lalu dia bangkit berdiri dibantu o
Selama resepsi pernikahan berlangsung, Aubree terus mengulas senyumannya menyapa para tamu undangan yang hadir di pesta pernikahannya. Tak hanya para tamu undangan saja keluarga besarnya dan keluarga besar Nathan pun menyapa dirinya. Bisa dikatakan jumlah keluarga Nathan cukup banyak. Mengingat Nathan adalah empat bersaudara. Ditambah Nathan pun memiliki banyak sepupu. Tentu, Aubree menyambut saudara-saudra Nathan dengan senyuman anggun di wajahnya.Kini tatapan Aubree mulai teralih pada alunan piano yang dimainkan. Dan seketika raut wajah Aubree berubah melihat Athena—kakak ipar Nathan tengah bermain piano dan dikelilingi lima anak-anaknya. Ya, Justin dan Athena memiliki lima orang anak. Hal itu membuat hati Aubree sedikit merasa iri. Dilihat Justin dan Athena seperti pasangan yang saling mencintai. Ditambah anak-anak Justin dan Athena sangatlah menggemaskan. Tak memungkiri melihat Athena bisa sepuasnya bermain piano membuat rasa iri Aubree semakin bertambah.“Aku baru tahu Athena bi
“Cepat habiskan sarapanmu, setelah selesai sarapan aku akan membawamu ke penthouse-ku. Hari ini banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”Suara Nathan berucap dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. Ya, kini Nathan tengah sarapan bersama dengan Aubree di kamar pengantin mereka. Seperti layaknya pangantin baru mereka sarapan di kamar dengan tampilan menu yang tampak romantis. Namun, sayangnya itu membuat Nathan sedikit jijik. Menu sarapan yang banyak sekali bunga mawar merah yang terhias. Tapi Nathan berusaha menerima. Bagaimanapun dirinya dan Aubree adalah pengantin baru. Tak heran banyak sekali hiasan bunga mawar merah yang identik sebagai hiasan dari pasangan yang baru saja menikah.“Nathan … hari ini kau akan bekerja?” tanya Aubree seraya menatap Nathan yang tengah berkutat dengan iPad di tangannya. Gadis itu tengah menikmati sandwich sayur sebagai menu sarapannya pagi ini.“Aku akan bekerja di apartemenku. Tidak di kantor,” jawan Nathan datar.Hari ini Nathan sengaja
“Joseph?”“Kau di sini?”Aubree terkejut melihat Joseph mendekat padanya. Pasalnya dia pikir adik Nathan itu sudah meninggalkan New York. Yang Aubree dengar, Joseph kurang menyukai tinggal di New York karena tidak bisa bebas. Terlalu banyak aturan dari keluarga. Ya, Aubree mengenal Joseph kala di pesta pernikahannya. Bukan hanya Joseph saja tapi Aubree pun sudah mengenal Hazel—adik bungsu Natha yang merupakan saudara kembar Joseph.“Tuan.” Sang pelayan menundukan kepala kala melihat Joseph.Joseph hanya merespon sapaan pelayan itu dengan kibasan tangannya. Menandakan meminta pelayan untuk segera pergi. Sang pelayan segera menundukan kepalanya, pamit undur diri dari hadapan Aubree.Senyuman menawan menggoda para wanita itu bertengger di wajah Joseph. Pria itu melangkah mendekat pada Aubree. Tampaknya Joseph menyukai menatap manik mata hijau Aubree. Manik mata persis seperti batu zambrud. Well, orang yang memiliki manik mata hijau adalah termasuk terlangka di dunia. Bahkan dikategorikan
“Untuk apa kau kemarin pergi ke rumahku?”Suara Nathan bertanya seraya memakai arloji ke pergelangan tangannya. Ya, kala pagi menyapa Nathan langsung menginterogasi Aubree. Tentu mudah bagi Nathan melacak kerpegian Aubree. Awalnya Nathan tidak ingin peduli namun entah Nathan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya. Rasa penasaran dalam dirinya tak lagi tertahan.Aubree yang tengah membaca majalah fashion—langsung mengalihkan pandangannya pada Nathan yang berdiri di hadapannya. “Kau sudah mencari tahu kemarin aku pergi ke mana?” Bukannya menjawab, malah Aubree balik bertanya. Hanya saja pertanyaan ini tersirat makna jebakan. Senyuman anggun di wajah Aubree pun bertengger.“Jawab saja pertanyaanku, Aubree! Kalau kau ingin pergi ke rumahku kenapa kau harus bilang ingin bertemu dengan asistenmu?” seru Nathan kesal. Kesabarannya selalu diuji jika bersama dengan Aubree.Aubree mengambil jus buah yang ada di atas meja; meminumnya perlahan, kemudian meletakan kembali ke atas meja samb
Aubree berdecak kesal kala Nathan menolak panggilannya. Dia kembali berusaha menghubungi nomor Nathan tapi yang didapatkan malah nomor Nathan tidak aktif. Emosi dalam diri Aubree tak lagi bisa tertahan. Padahal tadi nomor Nathan aktif tapi malah sekarang tidak aktif. Tak menyerah begitu saja, Aubree memilih menghubungi nomor Cedric.“Selamat siang, Nyonya Aubree.” Cedric lebih dulu menyapa kala panggilan sudah terhubung.“Cedric … apa saja kegiatan suamiku? Kenapa ponselnya sampai dimatikan? Dia itu meeting di mana memangnya? Luar angkasa?” seru Aubree dengan nada kesal.“Maaf, Nyonya … ponsel Tuan Nathan dimatikan?” ulang Cedric dengan nada bingung.“Iya, dia mematikan ponselnya. Apa saja kegiatan suamiku?” tanya Aubree lagi menuntut agar Cedric menjelaskan.“Nyonya Aubree, hari ini memang kegiatan Tuan Nathan cukup padat. Tapi saya sendiri bingung kenapa Tuan Nathan mematikan ponselnya. Mungkin saja ketika Anda menghubungi Tuan Nathan; Tuan Nathan tengah meeting, Nyonya. Dan ponsel
“Nathan … kau masih berhutang penjelasan padaku.”Suara Aubree berseru kala Nathan tengah menikmati sarapannya. Seperti kebiasaan pagi hari sebelum berangkat ke kantor; Nathan dan Aubree menikmati sarapan mereka. Hanya saja Nathan cenderung memilih menikmati sarapan di kamar. Pun Aubree tentu mengikuti Nathan. Aubree akan sarapan di masa saja asalkan sarapan bersama dengan Nathan.“Penjelasan apa lagi, Aubree?” Nathan jengah dengan tuduhan-tuduhan tak jelas Aubree. Padahal, dia sudah menjelaskan pada Aubree. Tetapi tetap saja Aubree menuduhnya hingga membuat Nathan rasanya sakit kepala akibat tuduhan tak waras gadis itu.Aubree menatap dingin Nathan. Tatapan yang tersirat makna di mana emosinya tersulut. Aubree merasakan seperti api mengenai tubuhnya. Hingga membuatnya terbakar sampai ke ujung tubuhnya.“Kau masih bertanya penjelasan apa? Aku rasa kau tahu apa yang masih aku permasalahkan sejak tadi malam, Nathan!” seru Aubree mencerca Nathan. Gadis itu masih belum puas. Dia ingin Nat
Aubree turun dari mobil dengan raut wajah dipenuhi emosi. Pancaran matanya tampak menahan rasa kesal yang menggebu dalam diri. Aubree melangkah memasuki lobby perusaahaan Afford Group yang dipimpin oleh Nathan. Beberapa staff yang menyapa Aubree; akan tetapi tak dipedulikan sama sekali oleh gadis itu. Tentu semua orang mengenal sifat Aubree. Gadis itu memang terkenal bukan gadis ramah yang suka menyapa.“Nyonya Aubree?” Cedric—asisten Nathan menyapa Aubree dengan sopan kala Aubree baru saja keluar dari lift.“Di mana Nathan?” tanya Aubree langsung dengan nada dingin dan tatapan bak laser pada Cedric.“Tuan Nathan berada di ruang meeting, Nona. Hari ini Tuan Nathan memiliki meeting bersama dengan—”“Aku akan menemui Nathan sekarang. Aku tidak memiliki waktu untuk menunggu!” tukas Aubree yang langsung mendorong tubuh Cedric agar menjauh dari hadapannya. Refleks, Cedric terkejut kala Aubree hendak menerobos masuk ruang meeting. Bahkan Aubree tak membiarkan Cedric menyelesaikan ucapannya.