Bab 26
"Pa, Mama pergi dulu ya." Naura pamit sembari meraih dan mencium punggung tangan suaminya.
"Ya, Ma. Hati-hati di jalan. Jangan lupa, jaga anak kita. Jangan banyak tingkah." Ucap Arsyad meng*cup kening istrinya..
"Iya, Pa. Oh ya, Mama perginya tiga hari ya, Pa. Nggak lama-lama amat, kok," Ujar Naura.
"Tiga hari? Katanya cuma pengen nginep satu malam doang?" Protes Arsyad.
"Sekali-kali, Pa. Berkunjung ke rumah orang tua. Masa cuma semalam. Mama udah rindu berat sama Ibu."
Arsyad memaklumi jika Naura berkata merindukan sosok ibunya. Memang hubungan Naura dan ibunya cukup dekat.
"Ya baiklah kalau begitu. Kembali Papa ingatkan untuk berhati-hati." Arsyad men
Bab 27 Malam hari begitu dingin dan sepi. Arsyad masih sibuk mengutak-atik laptop di depannya. Namun perbedaan begitu terasa tanpa kehadiran seorang istri. Tadi ia sudah mencoba mengusir kesunyian dengan cara menelpon Naura, tapi karena Naura beralasan ngantuk, dengan berat hati Arsyad mengakhiri panggilannya. "Mungkin benar, dia kecapean." Arsyad memaklumi keadaan istrinya yang tengah berbadan dua. Biasanya, waktu-waktu seperti ini selalu di hiasi oleh celotehan-celotehan Naura. Meskipun terkadang perintah yang sedikit-sedikit keluar dari bibir mungilnya. Namun aneh sepertinya Arsyad malah menikmati kebiasaan wanita cantik yang berhasil merebut posisi di hatinya itu. Hingga menyingkirkan posisi Ika yang telah berdiam diri di sana sejak lama. Ya, kecantikan seorang wanita memang mempunyai kesaktian luar biasa. Arsyad luluh di peluka
Bab 28 Dengan pikiran yang merambat ke mana-mana, seputar dua wanita yang ada di hatinya, akhirnya Arsyad sukses melalui siang ini hingga waktu tugasnya usai. Ia pulang ke rumah dengan keadaan kurang semangat. Hari telah menjelang sore, di rumah keadaan begitu senyap. Bu Melia belum pulang. Ingin menghubungi Naura, tapi takut dikira mengganggu seperti tadi siang. Untuk mengusir rasa kesepian hatinya, Arsyad mencoba untuk mencari suasana baru. Ia berpikir untuk berkeliling seputar kota tempat tinggalnya. Sebelum meninggalkan rumah, terlebih dahulu Arsyad memberitahu ibunya dengan cara mengirim pesan singkat. "Bu aku keluar sore ini, ingin mencari udara segar. Jangan khawatir apabila Arsyad p
Bab 29 "Lagipula kalau kau benar-benar melihat aku di sana mengapa tidak kau sergap saja? Bukannya cuma berani lewat telepon mana buktinya ada aku di sana? Mana?" Arsyad tercekat dengan tuduhan balik dari Naura. "Ayo jawab, Pa! Aku tidak suka kau menuduh-nuduh aku seburuk itu. Aku masih punya harga diri. Mana ada aku berjalan sama laki-laki lain. Palingan kamu yang berperilaku seperti tuduhanmu. Buktinya saja tanpa bilang-bilang sama aku kamu malah keluar, ini sudah menjelang malam. Kemana lagi tujuanmu keluar dari rumah di jam-jam seperti ini?" "Ayo sekaranglah kamu mau bilang apa, Pa? Yang patut dituduhkan itu kamu, bukan aku. Oleh sebab itu jagalah bicaramu. Sakit hatiku di tuduh-tuduh tidak jelas seperti ini. Laki-laki tidak tahu diri. Masih untung aku mau jadi istri kamu. kalau aku tahu sedari dulu sifatmu begini mah aku nggak bakalan mau di jodoh-jodohin sam
Bab 30 Setelah beberapa lama menyusuri jalan, akhirnya sampai juga Arsyad di depan rumah mertua. Di sana Arsyad membunyikan bel. Seorang perempuan paruh baya berjalan tergopoh-gopoh. Membukakan pintu. "Nak Arsyad, malam-malam ke sini ada apa? Mana Naura?" What? Arsyad menatap Bu Ema dengan tatapan bertanya-tanya. "Apa Naura tidak ada disini?" "Bukankah Naura berpamitan untuk berkunjung ke rumah ibu?" "Kesini?" Bu Ema nampak menyipitkan mata. Bu Ema nampak memikirkan sesuatu. "Naura bilang ia kesini?" Arsyad membatin dalam hati, "Wah, sepertinya ini ada yang tidak beres." "Bu, tolong jangan bercanda deh! Nau
Bab 31 Namun, baru saja mobilnya ingin melaju, Sekelebat mobil mewah memasuki pekarangan rumah Bu Ema. Ya, mobil itu adalah mobil yang ia lihat memasuki apotek kemarin, dimana ia sempat melihat seorang wanita yang mirip dengan Naura. Penasaran, Arsyad mengendap-endap mendekat. Dan... Terlihatlah sebuah pemandangan memilukan. Dua orang keluar dari sana. Laki-laki dan seorang perempuan yang amat ia kenal. "Naura?" Arsyad terkhenyak. Arsyad dengan segera berlari menghampiri kedua orang yang sedang bergandengan tangan tersebut. "Naura...!" Teriak Arsyad. Naura dan lelaki di sampingnya menoleh, "Arsya
Bab 32 Tepat di sebuah mall, seorang ibu paruh baya sedang memilih belanjaan, memang hari ini adalah jadwalnya untuk membeli berbagai macam jenis kebutuhan pribadi. Cukup banyak. Maklum meskipun sudah berusia paruh baya, Bu Melia adalah perempuan yang begitu mempedulikan penampilan. Mulai dari kosmetik yang ia pakai, hingga pakaian yang melekat pada tubuhnya, tidak bisa di anggap sepele. Setelah merasa selesai, Bu Melia segera membawa belanjaannya ke kasir. Seorang pelayan kasir, menghitung satu persatu belanjaan Bu Melia. Tidak lama kemudian, pelayan kasir tersebut menyebutkan nominal jumlah uang yang harus Bu Melia bayar. Bu Melia mengeluarkan kartu debit dari dalam tasnya, lalu menyodorkan pada petugas kasir. Tidak lama kemudian, "Maaf, Bu. Saldo Ibu ti
Bab 33 "Rugi Arsyad ingin membuang Naura. Tidak akan bisa dia mendapatkan ganti wanita secantik Naura. Tuh anak tidak tahu diuntung." Bu Melia tidak habis pikir. Sepanjang perjalanan menuju ke rumah kediaman Bu Ema, Bu Melia terus saja menggerutu menyesali keputusan Arsyad. 'Mengapa bisa Arsyad berpikir sependek itu? Tidak cinta kah ia terhadap Naura? Tidak mungkin. Selama ini aku telah melihat bagaimana cintanya ia pada wanita itu. Atau jangan-jangan ada orang ketiga yang menghasut mereka sehingga membuat Arsyad membenci Naura. Kemungkinan besar orang ketiga itu yang menghasut dan mengompori Arsyad. Kalau memang benar, siapakah orang ketiga itu? apakah mungkin dia adalah Ika?' 'Ya, kemungkinan pertama adalah Ika. wanita itu mungkin saya merasa ingin dan sakit hati lantaran bahagia bersama Naura dan calon buah hati yang tumbuh di rahim Naura.'
Bab 34 Drrt... Drrt... Ponsel Bu Melia bergetar, namun setelah mengetahui siapa yang menelpon, Bu Melia tidak segera mengangkatnya. Dia membiarkan hingga getaran ponsel tersebut berhenti sendiri. "Untuk apa lagi dia menelepon nelpon, anak durhaka. Tidak mau menuruti saran orang tua. Tidak memikirkan anak, hanya ingin menuruti ego sendiri. Sampai hati dia tidak memperdulikan benihnya dalam kandungan Naura. D*sar lelaki yang mau enaknya saja." mobil Bu Melia melihat nama Arsyad terpampang jelas pada kontak pemanggil di layar ponselnya. Kemudian Bu Melia memutuskan untuk mengirim pesan. "Tidak usah menghubungi ibu lagi, Arsyad. Kamu telah berubah durhaka. Ibu tidak menyuruhmu untuk menceraikan Naura, karena ibu menyayanginya. Namun kau tetap pada pendirianmu sendiri tanpa menghargai pendapat ibu. sekali lagi ibu ingatkan tidak usah menghubungi ibu