"Ya Allah, Rima bangun," ucap ibunya Rima dengan panik.Namun seketika ia ingat sesuatu bahwa anak keduanya ini sering prank orang lain.
"Mama kenapa nek?" tanya Tari saat melihat Rima terkulai lemah.
"Ah palingan mama kamu pura-pura pingsan karena gak mau nikah sama om Agus," ujar ibunya.
"Apa? Horeeeee, gak sia-sia dong kita kirim surat sama om Agus," jawab Tari kegirangan.
"Surat?" tanya Rima dalam hati. Seketika ia ingat kejadian beberapa hari yang lalu.
"Terimakasih suratnya neng Rima, aa gak nyangka neng Rima juga cinta sama aa Agus, urusan mahar gak perlu khawatir, aa kasih seekor sapi buat neng Rima," ujar Agus tempo hari, namun Rima tak memperdulikannya karena ia fikir Agus sedang mengigau atau berkhayal cintanya di terima.
"Ooh, jadi kalian yang kirim surat kaleng buat Agus? Apa isi suratnya?" tanya Rima yang tiba-tiba bangun dari pura-pura pingsannya.
"Tuh kan Tari, nenek mah udah Khatam sama kelakuan mama kamu
[Mbak Intan, saya sudah transfer uang untuk jajan Gita, ya]Pesan dari Fathan, adik dari almarhum Bayu--suaminya Intan.[Terimakasih ya, Mas,]Intan hanya mengirimkan ucapan terimakasih pada adik iparnya atas transferan uang sebesar 3 juta rupiah. Sudah tiga bulan ini Fathan selalu mengirimkan uang setiap bulan.Meski adik ipar, namun Intan selalu menyebut Fathan 'mas' karena usianya lebih tua. Suaminya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Ia menjadi korban tabrak lari dan orang yang menabraknya belum juga di ketahui hingga hampir satu tahun suaminya meninggal.Intan terdiam untuk beberapa saat sembari memperhatikan bukti transfer dari adik iparnya. Tak biasanya, Fathan yang semasa suaminya masih hidup adalah orang yang kurang dekat dengan kakaknya, tiba-tiba ia datang dan begitu perhatian pada Gita--keponakannya."Ma, Gita mau es krim," rengek Gita. Anak berusia 5 tahun itu membuyarkan lamunan Intan."Iya saya
Gita memapah Intan ke rumahnya. Sepanjang jalan ia menjadi tontonan warga. Ada yang melihatnya iba, ada juga yang menatapnya hina.'Allah, bukan inginku menjadi seorang janda, kuatkan aku untuk menerima ujian ini,' batin Intan."Ma, kenapa Tante Rena tarik rambut mama?" tanya Gita sembari mengobati tangan ibunya yang berdarah dengan Betadine."Cuma salah faham aja nak, orang dewasa sering salah faham," jelas Intan sembari mengulas senyum. Sekuat tenaga ia menahan airmata agar tak jatuh di depan putri semata wayangnya."Kok orang dewasa sering salah faham, ya. Oh ya, luka nya sudah Gita obati, mama cepet sembuh ya," ujar Gita. Ia meniup luka di tangan ibunya sebelum menaruh kembali obatnya."Nanti kalau Gita sudah dewasa, pasti Gita mengerti," jawab ibunya. Ia memeluk Gita saat gadis kecil itu mendekatinya. Setitik butiran bening lolos dari sudut netranya.'mungkin lebih baik aku gak usah terima uang pemberian dari mas Fathan la
"Gea, aku boleh pinjam boneka kamu gak?" tanya Gita saat bermain dengan teman-temannya di teras rumah Bu RT, tempat anak-anak berkumpul."Gak boleh," jawab Gea sembari menarik beberapa boneka yang tergelatak begitu saja di hamparan karpet."Tapi kan boneka kamu banyak," kata Gita dengan wajah memelas, berharap sepupunya akan iba.Namun, Gea justru melempar beberapa boneka yang sudah tak lagi di gunakan itu ke comberan yang tak jauh dari tempat mereka bermain."Gea, kok di buang?" tanya salah satu temannya."Biarin aja, mendingan di buang dari pada di kasih sama Gita," jawab Gea sombong.Gita murung seketika, ia sakit hati melihat perlakuan sepupunya. Hanya Gita yang tak memiliki boneka untuk bermain bersama teman-temannya. Boneka pemberian almarhum papanya sudah rusak dan tak layak pakai.Mata Gita berembun melihat boneka yang menurutnya masih bagus di buang begitu saja oleh sepupunya."Kamu mau? Ambil
Setelah menaruh Al-Qur'an, Intan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Matanya menerawang, menatap ruang hampa, separuh jiwanya pergi seiring terkuburnya sang pujaan hati.Adzan isya sudah di kumandangkan sejak beberapa menit yang lalu, namun Gita yang sedang ngaji di rumah pak ustadz belum juga pulang. Biasanya, mereka akan shalat isya bersama setelah Gita pulang.Intan masih tetap menunggu, ia berjalan ke arah meja riasnya yang sudah usang. Ia mengambil sebuah bingkai foto di laci, di foto itu, dia sedang menggendong Gita yang masih bayi, suaminya memeluknya dari belakang. Seketika airmatanya mengalir, batinnya sakit. Kerinduan yang semakin membubcah di jiwanya, membuat dadanya kian sesak. Kehilangan orang tercinta kembali menumpahkan air matanya.'Mas, andai kamu masih ada bersamaku, mungkin aku gak akan di pandang rendah oleh mereka, mungkin saat ini Gita sedang bermain atau membaca Al-Qur'an bersama kamu,' batin Intan. Dia memang sudah ikhlas
"Pak Fathan, hape saya hancur, pokoknya pak Fathan harus ganti rugi," ancam Bu Lastri."Besok saya ganti, ini pelajaran buat ibu yang gak punya adab. Jangan asal merekam sesuatu kalau gak di izinkan. Apalagi memviralkan dengan opini menyesatkan!" hardik Fathan.Mata Rena membulat. Ia tak menyangka suami yang sangat lembut itu kini sering tersulut emosi. Fathan menarik lengan Rena ke arah motornya yang terparkir. Sepanjang jalan Fathan hanya diam. Ia akan memberikan pelajaran pada istrinya di rumah, tak elok jika ia dan istrinya ribut di luar bahkan di rumah orang lain."Mas, kamu kok marah sih sama aku? Harusnya aku loh yang marah sama kamu," ujar Rena di perjalanan. Namun Fathan tak merespon ucapan istrinya."Turun!" titah Fathan saat sudah sampai di gerbang rumahnya.Rena segera turun lalu membuka gerbang. Fathan memasukan motornya ke dalam garasi bersebelahan dengan mobil mewahnya."Maaas," ujar Rena sembari bergelayut di ta
"Mas, kamu masih marah?" tanya Rena saat menyiapkan sarapan."Gak, Gea mau di jemput jam berapa?" tanya Fathan mengalihkan pembicaraan."Sore palingan, katanya Rima baru saja datang dari Palembang. Dia mau tinggal di rumah ibu," jawab Rena."Rima? Kenapa? Bukannya setahun yang lalu dia tiba-tiba aja pindah ke Palembang? Kenapa sekarang balik lagi?" tanya Fathan penasaran.Rima adalah adik kandung Rena, setahun yang lalu dia pergi dengan alasan ikut suaminya ke Palembang. Sebelum pindah ke sana, Fathan tahu betul kalau hubungan Rena dan Rima sedang bermasalah hingga keduanya tak saling bicara. Namun, Fathan tak mau tahu tentang masalah mereka."Gak tahu mas. O ya, kamu kan libur, mau kan temenin aku ke rumah Intan, kita buat video klarifikasi," ajak Rena.Fathan mendongak. Ia seolah tak percaya dengan ajakan istrinya."Kamu serius?" tanya Fathan."Iya, aku menyesal mas, aku sadar kalau aku sudah keterlaluan,"
Fathan menjemput Gea tanpa di temani oleh Rena. Ia merasa senang karena sesuai rencana.Sebelum berangkat ke rumah mertuanya untuk menjemput Gea, Fathan berhenti di toko kue, ia mencari kue terbaik untuk merayakan anniversary pernikahannya yang ke 6 tahun.Setelah membeli kue, Fathan pergi ke toko bunga langganannya. Ia sering sekali memberikan bunga untuk istrinya. Fathan adalah suami yang sangat romantis.Hari semakin sore, Fathan memilih untuk menjemput Gea terlebih dahulu, baru setelah itu ia akan mencari kado untuk istrinya bersama dengan Gea. Sebelumnya ia membeli martabak telor kesukaan bapak mertuanya. Fathan ingin sekali segera memiliki anak dari Rena, namun Allah belum memberikan kepercayaan pada mereka.Sesampainya di rumah mertuanya. Fathan langsung menyuruh Gea bersiap-siap pulang. Gea ingin terus di rumah neneknya karena sekarang ia memiliki teman baru--sepupunya yang bernama Tari. Namun, saat Fathan menjelaskan akan memberikan
"Happy anniversary mam," ucap Fathan pada Rena. Malam ini keluarganya sedang berbahagia karena merayakan ulangtahun pernikahan di sebuah restoran mewah. Sebelumnya Fathan mengajak Rena untuk belanja bulanan, ternyata itu hanya cara dia agar sang istri ikut dengannya. Padahal, Fathan sudah menyiapkan makan malam romantis untuk keluarganya.Fathan memberikan sebuah kado untuk Rena, selain itu, Fathan juga memberikan sekuntum bunga untuk istrinya yang selalu setia menemani. Meski terkadang ia sering membuat Fathan jengkel, namun ia sadar, tak ada rumah tangga yang sempurna."Selamat ulang tahun pernikahan mama, papa, semoga Gea cepet punya adik," ungkap Gea polos."Aamiin," jawab Fathan sembari tersenyum dan berharap.Rena sangat bahagia karena suaminya adalah lelaki idaman. Namun, dia terlena atas kebaikan dan kelembutan Fathan, ia menyangka hal itu karena semata-mata Fathan terlalu bucin padanya.Rena hanya tersenyum mendengar ucapan a