"Happy anniversary mam," ucap Fathan pada Rena. Malam ini keluarganya sedang berbahagia karena merayakan ulangtahun pernikahan di sebuah restoran mewah. Sebelumnya Fathan mengajak Rena untuk belanja bulanan, ternyata itu hanya cara dia agar sang istri ikut dengannya. Padahal, Fathan sudah menyiapkan makan malam romantis untuk keluarganya.
Fathan memberikan sebuah kado untuk Rena, selain itu, Fathan juga memberikan sekuntum bunga untuk istrinya yang selalu setia menemani. Meski terkadang ia sering membuat Fathan jengkel, namun ia sadar, tak ada rumah tangga yang sempurna.
"Selamat ulang tahun pernikahan mama, papa, semoga Gea cepet punya adik," ungkap Gea polos.
"Aamiin," jawab Fathan sembari tersenyum dan berharap.
Rena sangat bahagia karena suaminya adalah lelaki idaman. Namun, dia terlena atas kebaikan dan kelembutan Fathan, ia menyangka hal itu karena semata-mata Fathan terlalu bucin padanya.
Rena hanya tersenyum mendengar ucapan a
Sepulang kerja, Fathan mampir ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Rena. Sejujurnya ia curiga, hanya saja ia takut dugaannya salah.Fathan menghubungi Intan untuk menanyakan di ruang apa Gita di rawat. namun Intan sama sekali tak membalas pesan Fathan.Meski di abaikan, Fathan tetap pergi ke rumah sakit untuk menjenguk dan memastikan keadaan keponakannya.Sesampainya di rumah sakit, ia menanyakan pada resepsionis rumah sakit dengan menyebutkan nama Gita juga penanggung jawabnya bernama Intan. Tak butuh waktu lama, suster penjaga resepsionis langsung memberi tahu di kamar mana Gita di rawat.Intan sedang memberi Gita makan sore saat Fathan menyibak gorden pembatas. Dia sedikit terkejut karena kedatangan Fathan, hatinya gelisah tak menentu. Lagi-lagi ia teringat insiden kecelakaan suaminya."Om Fathan," gumam Gita, matanya berbinar karena kedatangan om-nya. Saking senangnya, Gita berusaha hendak turun dan menyalami Fathan.
Intan membuka amplop pemberian dari Fathan. Setelah di hitung, Fathan memberinya sebesar 5 juta rupiah.Jauh dalam hatinya ia bersyukur karena Allah memberinya kemudahan. Masih jelas dalam ingatannya saat ia memohon pada tetangga dan temannya untuk meminta pinjaman, namun tak ada yang memberikan. Intan tak yakin jika tak ada, namun ia cukup mengerti, mungkin orang-orang takut jika dirinya tak mampu mengembalikannya.Setelah membereskan barang-barang, Intan pergi ke kasir yang menyambung dengan apotek, ia akan membayar biaya perawatan sekaligus menebus obat untuk Gita.Total keseluruhan 4,5 juta. Intan bersyukur karena uang yang di berikan Fathan tak kurang, bahkan masih tersisa.Intan mengirim pesan pada Fathan, ia mengucapkan terimakasih dan mengabari bahwa Gita sudah pulang dari rumah sakit, sekalian Intan mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.Intan dan Gita kembali ke rumah. Tetangga kampungnya sangat miris, selama Gita di rawat tak ad
Fathan pamit pada Intan dan Gita. Hati Intan lega, ternyata kebaikan Fathan murni karena dia memang ingin bertanggung jawab pada kehidupan Gita.Intan juga tak menyalahkan Fathan karena kesalahan tindakan yang telah dia ambil. Intan memaklumi, di tolong atau tidaknya Bayu waktu itu olehnya, hidup mati seseorang sudah ada garisnya. Mungkin memang begitu suratan takdir suaminya.Intan juga memberi tahu bahwa dia memiliki video insiden itu, namun ponselnya mati lantaran kehabisan daya. Intan berjanji akan mengirimnya setelah ponselnya aktif. Niatnya Fathan dan Intan akan membawa kasus itu ke polisi, semoga saja plat nomor pelaku tabrak lari itu bisa di lacak oleh polisi.Intan dan Gita shalat magrib di rumah. Dia bangga karena Gita sudah hampir hafal Juz 'amma di usianya yang masih terbilang muda."Pinter banget anak mama ni, MaaSyaaAllah," puji Intan setelah menyimak hafalan putrinya."Iya, kan
Sopir Rena segera turun lalu mengajak Intan dan Gita ikut naik mobil."Bu, saya Gio sopir keluarganya pak Fathan, ayo ibu ikut bareng kami," pintanya."Maaf pak saya gak bisa," tolak Intan."Tapi ini perintah dari pak Fathan Bu, kata beliau neng Gita harus pulang pergi sekolah bersama dengan Gea tak peduli Bu Rena mengizinkan atau tidak. Selain memastikan keamanan Gea saya juga di perintahkan memberi keamanan untuk Gita, ini keputusan mutlak pak Fathan. Saya takut di pecat kalau gak menjalankan perintahnya," papar Gio.Mendengar penuturan Gio, Intan merasa iba. Dengan terpaksa ia dan Gita ikut berangkat ke sekolah bersama Rena.
Melihat majikannya memarahi Rena. Gio tersenyum kemenangan. Namun ia segera menunduk dan kembali berlaku sopan pada Fathan, lalu meminta izin untuk keluar, ia berkata pada Fathan bahwa ini bukan ranah-nya."Mas semua gak seperti yang kamu pikirkan, Gio godain aku biar mau selingkuh sama dia, tapi aku gak mau. Karena aku mau setia sama kamu, makanya dia marah sama aku," ungkap Rena sembari memohon dan menarik tangan Fathan. Namun di tepis kasar oleh Fathan."Aku sudah tak percaya lagi dengan ucapan kamu Rena, kamu sudah banyak berbohong. Kali ini aku gak mau di bodohi lagi sama kamu," hardik Fathan."Mas, aku minta maaf. Beri aku kesempatan," pinta Rena dengan airmata mengalir."Berkali-kali
Fathan mengantar Rena ke rumah orangtuanya. Di perjalanan Rena terus memohon agar Fathan memberinya kesempatan.Gea menangis di jok belakang karena tak rela dirinya menjadi anak kandung Gio. Ia juga menangis lantaran Fathan berubah menjadi cuek padanya.Sembari mengemudi, dada Fathan juga terasa nyeri. Tak ada perceraian yang indah meski perceraian menjadi salah satu jalan terbaik kala rumah tangga sudah tak searah lagi.Matanya berkaca-kaca, ia tak menyangka pernikahan yang ia harap akan menjadi yang terakhir harus kandas di tengah jalan. Wanita yang dulu pernah ia puja ternyata hanyalah iblis yang menjelma.Fathan juga melirik Gea dari kaca depan. Walau bagaimanapun ia sangat menyayangi Gea. Gadis itu tak salah, seorang anak terlahir dalam keadaan suci, orangtuanya lah yang membentuk anak itu sehingga menjadi pribadi yang baik atau buruk. Apalagi dalam hal ini Gea masih sangat belia, panutan terbesarnya adalah orangtuanya.Fathan bi
Hari ini Fathan baru saja pulang touring bersama teman-teman komunitasnya. Selama tour, Fathan menghabiskan waktu dengan kembali merajut ukhuwah bersama teman-temannya. Apalagi komunitas itu dimentori oleh penggerak hijrah. Touring mereka bukan hanya sekedar hobi, melainkan juga tadabbur alam agar senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah beri.Fathan yang sedang rapuh karena perceraiannya dengan Rena, kembali memiliki semangat hidup dan tak terlalu larut dalam duka. Ia yakin, keputusan yang ia ambil adalah jalan terbaik.Tanah yang dulu suratnya menjadi wasilah kematian kakaknya, ia wakaf kan untuk membangun sebuah pesantren seperti wasiat ibunya dulu. Kebetulan ia menemukan teman yang satu misi untuk itu hingga mereka bisa bekerja sama. Bergotong royong untuk membangun sebuah taman surga, tempat di mana nama Allah di ajarkan di sana. Mereka tergiur dengan pahala jariyah yang Allah janjikan untuk orang-orang yang menginfakkan harta di jalan-Nya.
Rena mematut dirinya di depan cermin. Ia melihat wajahnya yang mulai kusam karena sudah lama tak perawatan. Uang gono-gini yang ia bawa saat perceraian sudah habis karena gaya hidupnya yang tinggi."Gimana caranya biar mas Fathan mau nerima aku lagi ya? Aku capek hidup kere," batin Rena.Dia bersikeras untuk mendapatkan Fathan kembali. Ia terbiasa mudah mendapatkan sesuatu saat masih dengan Fathan. Itulah alasan dia enggan jika harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan juga Gea. Padahal sebelum menikah dengan Fathan ia bahkan giat bekerja hingga tak malu menjual donat keliling.Namun saat ini semua berbeda. Dia sudah pernah merasakan kenikmatan harta, hingga daya juang untuk bekerja melemah, ia lebih memilih mencari cara agar mendapatkan Fathan kembali atau menggoda laki-laki kaya agar bisa numpang hidup enak, kalau bisa menguasai hartanya.Orangtuanya hanya memberinya makan dan tempat tinggal namun tak mampu memberi mereka uang untuk ke