Malam hari, Reyndad berbaring di ranjang king size miliknya sambil menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya kembali pada Adnan yang sedari tadi melayang di pikirannya.
Tangannya terulur untuk mengambil ponselnya lalu membuka silicon ponselnya dan mengeluarkan foto Adnan. Ya, dia mengambil foto berukuran 4x3 milik Adnan di dalam berkas yang Leo berikan padanya tempo lalu.
"Bisa gak ya, gue dapatin dia," gumamnya. Reyndad mengambil ponselnya lalu menelpon nomor Adnan.
"Tidak."
Ia langsung memutuskan panggilan dan menonaktifkan ponselnya. Reyndad mengembuskan napasnya sembari menyentuh dadanya karena detak jantungnya tidak karuan.
"Gak biasanya kayak gini, kok bisa ya?" monolognya seraya meletakkan ponselnya di samping ranjang lalu berjalan menuju jendelanya. Ia menatap langit yang cerah sambil memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya.
Ting!
Ponselnya berdering menandakan 1 pesan masuk. Tapi, kakinya enggan melangkahkan kakinya menuju ranjang. Mungkin matanya sudah terhipnotis oleh langit malam yang cerah.
***
"Reyndad Adipratama Seok, pemegang perusahaan properti di Jakarta Selatan," gumam Adnan seraya membaca artikel dari ponselnya.
"Tapi, gak mungkin dia kirim baju ini ke gue," ucapnya.
"Kalo beneran gimana?" sambungnya lalu menggigit tali bantal gulingnya sambil memasang wajah sedih.
Adnan berpikir jika Reyndad akan bermain-main padanya. Adnan menyimpan baju tersebut ke dalam lemari pakaiannya paling bawah lalu ia membaringkan tubuhnya di ranjang untuk beristirahat.
***
Ia keluar dari kamar lalu membantu sang ibu yang sedang berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Chaca--adik Adnan datang padanya seraya memberikan kertas yang tertulis tunggakan baju sekolah yang belum sempat ia bayar.
"Insya Allah, Kakak bayar," ucap Adnan seraya tersenyum untuk meyakinkan sang adik.
Adnan tidak memperbolehkan ibunya untuk bekerja karena ia sudah mendapatkan pekerjaan tetap walau terkadang uang tersebut masih kurang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari mereka.
"Ini uang untuk 2 Minggu ke depan."
Adnan memberikan uang seratus ribu 7 lembar pada Fina lalu seratus ribu pada Sasha setelah selesai sarapan.
Hari ini, ia akan mengantarkan Chaca ke sekolah SMPN 04 Garudaku lalu pergi menuju tempat kerja.
Tanpa diketahui bahwa Reyndad mengikuti mereka dari belakang menggunakan motor matic NMAX berwarna hitam serta helm yang senada.
Setelah Adnan menjauh dari sekolahan, Reyndad berjalan menuju ruang tata usaha untuk mempertanyakan keluhan administrasi adik dari Adnan.
"Sekitar 2.341.000 rupiah, karena Kakak Chaca membayar baru 300 ribu saja," ucap Pak Tono seraya memperlihatkan buku pada Reyndad.
"Kalau begitu, saya bayar semuanya."
Reyndad mengeluarkan uang dari dalam dompetnya untuk melunasi utang dari keluarga Adnan.
Saat mereka mempertanyakan hubungan Reyndad dengan keluarga Adnan, Reyndad menjawab dia adalah tunangannya.
Para guru mengucapkan selamat dan Reyndad mengucapkan terima kasih berlalu dari sekolah menuju kantor.
Sampai di kantor, Reyndad mencari informasi tentang Adnan di komputernya menggunakan aplikasi Facebook.
Tapi, tidak ditemukan. Apakah Adnan tidak menggunakan akun Facebook pikir Reyndad.
Ia tak mudah menyerah, Reyndad lalu berselancar menggunakan aplikasi Instagram dan hasilnya sama.
Reyndad mengerang frustasi sambil mengacak rambutnya. Ia menyandarkan punggungnya di kursi seraya menaikkan kedua kakinya di atas meja. Pikirannya kembali melayang saat Adnan memakinya habis-habisan sewaktu di depan pagar rumah milik Adnan.
"Dasar tengil," gumamnya sambil tersenyum.
Ceklek!
"Permisi, Pak. Nona Yuri ada di sini," ucap Alica selaku resepsionis.
Reyndad membelalakkan matanya saat mendengar nama Yuri. Alica meninggalkannya lalu seorang gadia tinggi semampai masuk ke dalam ruangannya dengan wajah sedih. Bukan, tapi itu hanya dibuat.
"Chagi, pokoknya aku mau balikan."
*Chagi dalam bahasa Korea artinya adalah sayang.*
Ya, Yuri adalah mantan kekasih Reyndad. Yuri memutuskan Reyndad karena ia akan pindah ke Indonesia untuk mencari pekerjaan. Dulu, sang ayah sangat menginginkan jika Reyndad berbisnis bersamanya di Korea, tapi Reyndad tidak menginginkannya. Sejak itulah, Yuri tidak lagi mengabari dirinya.
Reyndad menatapnya dengan dingin lalu menurunkan kedua kakinya di lantai dan berjalan ke arahnya sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana dengan gaya cool.
"Buat apa jauh-jauh datang ke sini?" tanya Reyndad karena Yuri sudah mahir berbahasa Indonesia. Jadi, ia tidak perlu menggunakan bahasa Inggris padanya.
"Bogoshipda."
*Bogoshipda artinya adalah aku rindu padamu.*
Yuri memeluk tubuh Reyndad dengan cepat membuat sang empu sedikit terhuyung ke belakang akibat ulahnya secara tiba-tiba.
"Kau tahu? Aku menyesali semuanya," ujarnya menatap Reyndad.
"Aku tidak!" geram Reyndad membuat pelukan yang tadi erat mendadak lepas mendengar penuturan Reyndad.
Mata Yuri berkaca-kaca menatap Reyndad yang berjalan ke arah jendela, tapi senyuman evilnya seketika terbit di ujung bibir gadis itu.
"Geojinmal hajilma."
*Jangan bohong*Yuri melangkahkan kakinya ke arah Reyndad sambil memeluknya dari belakang. Tapi, lebih dahulu ia menepis tangan itu sebelum menyentuh tubuhnya. Reyndad membalikkan tubuhnya menatap Yuri.
"Jung Yuri, jangan pernah mengusik kehidupanku lagi. Kita sudah berbeda."
Reyndad menyeret tubuhnya keluar dari ruangan lalu melempar tubuh Yuri membuat karyawan yang melewati ruangan atasannya melongo tak percaya. Baru beberapa hari ini mood bosnya membaik, tapi kedatangan Yuri, Reyndad menjadi kasar.
Yuri mengembuskan napasnya kasar lalu berjalan keluar dari kantor milik Adipratama. Di sisi lain, Reyndad membuka dua kancing kemeja bagian atasnya karena gerah menghadapi Yuri.
***
Hari ini, Adnan membawa uang senilai dua juta tiga ratus empat puluh satu rupiah untuk melunasi utang sekolah adiknya. Karena ia mendapatkan pinjaman uang dari Fero selaku sahabatnya.Sampai di sekolah, ia memberikan amplop berwarna coklat pada Pak Tono. Tapi, beliau kembali memberikan amplop itu pada Adnan sambil tersenyum.
"Kenapa Pak?" tanya Adnan bingung.
"Tunangan kamu yang melunasi semuanya," ucap Pak Tono seraya memperlihatkan buku pelunasan pada Adnan.
'Siapa?' batin Adnan lalu keluar dari ruang tata usaha menuju motor maticnya.
"Apa benar, ya? Siapa laki-laki yang mengaku tunangan gue?" monolog Adnan lalu memasang helm ke kepalanya dan menghidupkan mesin motornya.
Jujur, ia sangat bahagia bila ada laki-laki yang menyukainya sampai melakukan hal seperti itu. Di benaknya, ia akan berterima kasih pada pemuda itu karena sudah melunasi semua hutang sekolah adiknya dan akan mengganti di kemudian hari.
Ia sampai di depan toko bakery lalu mencari keberadaan Fero yang belum menampakkan diri di depannya.
"Fero." Adnan memanggil Fero yang baru masuk ke dalam toko. Ia memberikan amplop tersebut ladanya sambil senyum yang merekah.
"Kenapa?" tanya Fero menatap Adnan.
"Ada seorang laki-laki yang melunasi utang adikku terus ngaku-ngaku sebagai tunangan," ujar Adnan sambil tersenyum dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Pukul 19.00 WIB, Adnan sudah berada di teras rumahnya, ia mematikan mesin motor matic sekaligus membuka helm yang membungkus kepalanya. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam."Sudah pulang?" tanya Fina pada Adnan sambil mengulurkan tangan kanannya untuk dicium sang anak."Sudah, Bu." Adnan mencium tangan Fina lalu berjalan sempoyong masuk ke dalam kamarnya yang berukuran 5x4. Adnan membanting tubuhnya dengan kasar di atas ranjang tanpa mengganti baju kerjanya."Astaga, ganti dulu bajunya," ucap Fina melihat Adnan yang masih mengenakan pakaian seragam kerja."Besok lagi aja, Bu.""Huh, kalo calon suamimu tahu kelakuaan burukmu, jangan salahkan ibu jika dia minta cerai," ancam Fina yang dibalas anggukan oleh sang anak. Adnan membenarkan posisi tidurnya sebelum ia benar-benar tertidur.***Hari ini, Reyndad mendapatkan pesan dari Leo bahwa saat ini Adnan sudah sampai di rumahnya.
3 hari sebelum pernikahan dimulai, Fina sudah memberitahu pada Adnan bahwa dia akan dijodohkan dengan anak dari temannya yang baik hati.Mendengar hal itu, Adnan sangat terkejut. Bahkan hampir saja pingsan, karena napasnya sesak mendengar penuturan dari sang ibu. Tapi, Fina mempercayai Adnan jika dia adalah lelaki yang baik, bertanggung jawab dan juga tampan.Adnan berjalan masuk ke dalam kamarnya sambil memikirkan bagaimana calon suaminya itu. Jika dia benar-benar menginginkan Adnan, pasti ia tidak akan malu jika menjadikan Adnan adalah keluarganya."Argh!"Adnan mengacak-acak rambutnya frustasi, ia memilih membaringkan tubuhnya lalu mengirimkan pesan pada atasannya bahwa ia besok tidak masuk kerja karena sakit.Damn!Bukan, itu hanya alasan belaka bahwa ia ingin menenangkan pikiran setidaknya 1 hari lalu kembali bekerja tanpa memikirkan pernikahnnya yang tinggal menghitung hari.****
PoV ReyndadAku dan Adnan selesai melaksanakan salat magrib berjamaah. Dia mencium tanganku lebih dulu membuat jantungku kembali aktif tak seperti biasanya.***Malam ini, kami meletakkan peralatan salat ke gantungan kecil setinggi pinggang lalu duduk di bibir ranjang sambil terdiam. Aku teringat akan sesuatu."Tadi Cinta taruh kue di laci nakas." Aku menunjuk laci nakas menggunakan dagu. Adnan berjalan menuju arah tunjukku lalu menggeser keluar laci tersebut."Cantik."Aku menoleh ke arah Adnan yang berjalan mendekatiku lalu duduk di sampingku. Cinta memang juara kalo masalah makanan, dia membelikan khusus untukku walau menggunakan uangku. Huh, sama dengan tidak, sih.Kue brownies ukuran kecil, dihiasi dengan buah strawberry di pinggir kue tersebut. Sangat cantik dan jika aku memakannya berdua bersama Adnan, mungkin akan lebih romantis."Ayo, di makan." Aku mengambil kue itu lalu Adnan lebih dulu memotong kue tersebut dengan
Aku menatap Adnan dengan gaya tidurnya yang terlentang dan tangan kanannya ia luruskan ke samping hampir mengenai dinding kamar.'Anak ini, tidur gak ada cantik-cantiknya,' batinku sambik berdecak.Tak lama, sebuah tangan menampar pipiku dengan kasar sehingga aku sangat terkejut dengan kejadian yang begitu cepat."Main tabok aja," ucapku tanpa menyingkirkan tangan mungil itu dari wajahku.Aku menarik selimut yang turun sampai pinggangnya, untuk menutupi sebagian tubuhnya sampai leher dan menutupi tangannya juga.Suhu di subuh ini sangat dingin. Tanganku terulur menyibakkan beberapa helai rambut ikalnya yang menutupi wajah itu dari mataku dan mengarahkan kepalanya agar menghadap ke arahku.1 jam aku menikmati wajah damai gadis yang sudah resmi menjadi milikku. Tapi, tidak ada pergerakan darinya. Dia tidak merasa terganggu ketika aku menyentuh pipinya lalu beralih ke dagu.Netraku terhenti tepat di bibir plumnya berwar
"Ayo."Aku menoleh ke arah Adnan yang memakai baju kaos berwarna hitam lengan panjang serta rok kembang berwarna biru senada dengan jilbab yang ia ikat ke belakang.Aku bangkit dari duduk lalu berjalan menuju mobil lalu Adnan masuk ke dalam dan kami berangkat menuju rumah Paman Jeehyoon."Kita ke swalan dulu, beli buah." Aku membelokkan mobil memasuki parkiran swalan lalu berjalan masuk beriringan dengan Adnan."Kamu aja yang pilih buahnya," ujarku pada Adnan.Tangan mungilnya mulai memilih buah-buahan lalu menimbangnya yang hampir 3 kilogram. Aku menambahkan 3 piring buah anggur yang berukuran setengah kilo.Aku menuntun Adnan berjalan ke kasir untuk membayar buah tersebut menggunakn kartu ATM dan kami kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Pama Jeehyoon."Ini rumahnya?"Aku menatap Adnan yang sedang memperhatikan rumah megah berwarna biru. Mobil berhenti tepat di luar pagar rumahnya, karena halaman rumanya hanya ke
Saat aku fokus memikirkan senyuman Adnan, tiba-tiba ponselku yang tergeletak di dashboard berbunyi satu kali menandakan pesan masuk.Aku meraihnya lalu melihat pesan tersebut yang ternyata dari mama, ia menyuruhku untuk pergi ke Indomaret untuk membelikan beberapa cemilan karena sudah habis."Dari siapa?"Aku menoleh ke arah Adnan yang menatapku penasaran."Dari mama, nyuruh ke Indomaret beli cemilan," jawabku sambil meletakkan ponsel di dashboard. Mobil berhenti tepat di depan swalayan kecil lalu kami keluar.Aku mengambil keranjang yang tersusun rapi lalu berjalan menuju rak yang menyediakan beberapa cemilan, sementara Adnan mengikutiku dari belakang.Tanganku mengambil cemilan kesukaan aku dan Cinta. Setelah dirasa cukup, aku membawanya ke kasir untuk dibayar."Rp 521. 600," ucap pelayan pria itu sambil membungkuskan cemilan yang kupesan.Aku mengambil dompet lalu menyerahkan karu ATM padanya dan menuntun Adnan u
Mobil memasuki pekarangan rumah, aku turun dari mobil sambil menenteng ponsel lalu menutup garasi. Langkahku terhenti saat mama keluar dari rumah sambil berkacak pinggang. Salahku apa sekarang?"Dari mana aja?" tanya mama sambil menatapku tajam."Ada hal penting."Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, tapi lebih dahulu ia tahan. Sehingga aku kembali berdiri di tempat yang sama."Di mana?"Terpaksa aku harus jujur sekarang."Dari rumah Jaya, temanin ke rumah baru. Sekaligus pesan beberapa interior rumah ke Alazka," jelasku. Mama menganggukkan kepalanya lalu menggeser tubuhnya sedikit untuk memberi ruang bagiku masuk ke dalam rumah.'Akhirnya,' batinku sambil tersenyum.Aku bergegas masuk ke dalam kamar dan melihat Adnan yang tengah duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya tanpa menyadari bahwa aku tengah memperhatikannya."Ekhem."Adnan menoleh ke arah pintu di mana aku berdiri. Ia mendengar dehemank
Sampai di rumah, aku berjalan menuju dapur lalu meletakkan madu pesanan mama di dalam kabinetnya dan masuk ke dalam kamar."Maaf, ya. Saya pulang telat, tadi habis ke rumah Ibu," ucapku pada Adnan yang duduk di bibir ranjang. Mungkin dia menunggu kedatanganku."Aku juga minta izin untuk renovasi rumahnya terus kasih uang," sambungku sambil mendudukkan tubuhku di sampingnya."Makasih ya, udah mau rubah kehidupan gue."Adnan membuka suaranya. Aku mengganggukkan kepala sambil tersenyum lembut padanya."Saya mandi dulu."Aku berjalan menuju lemari untuk mengambil baju ganti lalu masuk ke dalam kamar mandi.Setelahnya, kami melaksanakan salat magrib lalu makan malam. Aku membicarakan perihal untuk mengisi rumah baru yang akan kutempatkan bersama Adnan. Hanya berdua, lalu perihal renovasi rumah untuk sesegera mungkin.Papa mendukung niat baikku, aku tersenyum bahagia bisa menolong keluarga istriku.Malam ini,