Xander dan Ara menjalani kehidupan yang bahagia bersama bayi laki-laki mereka. Xander selalu pulang dari kantor dengan cepat, tidak peduli seberapa sibuknya dia di kantor, agar dia bisa memberikan perhatian penuh kepada bayi mereka. Ara merasa senang melihat begitu banyak perubahan dalam hidup mereka setelah memfokuskan diri pada keluarga.Bayi mereka mulai tumbuh dan berkembang, dan setiap perkembangan baru diakui dengan sukacita. Setiap kali bayi mereka mencapai tonggak penting dalam kehidupannya, seperti belajar merangkak atau berjalan, mereka merayakan dengan penuh kegembiraan. Keluarga kecil mereka menjadi prioritas nomor satu.Namun, semakin besar bayi mereka, semakin Xander merasa khawatir. Ia merasa khawatir tentang bagaimana ia bisa mempersiapkan anaknya untuk masa depan, dan memastikan bahwa ia memiliki segala sesuatu yang dibutuhkannya di dunia ini. Ia sering merenungkan masa depan bayi laki-lakinya, dan bekerja dengan keras untuk menjamin kesejahteraan mereka.Ara melihat
Ara tersenyum kecil dan menikmati pelukan Xander. "Kami memiliki bayi yang sangat indah, hebat dan sempurna," ujarnya sambil membelai tangan Xander.Xander menatap bayi mereka yang tertidur dengan tenang di atas ranjang dan berkata, "Aku sangat bersyukur memiliki anak yang seperti dia. Dia adalah hadiah terbesar dalam hidup kita.""Aku setuju," ujar Ara sambil menarik tangan Xander ke arah dirinya dan berputar, sehingga ia menghadap Xander sambil tetap tertutup dalam pelukan Xander."Kamu dan anak kita selalu akan menjadi prioritas utama dalam hidupku," ujar Xander tersenyum."Dan keluarga kita selamanya akan menjadi yang terbaik," balas Ara tersenyum lebar.Mereka saling bertatapan dengan senyum di wajah mereka. Namun, suddently Xander terbangun dari mimpinya.Itu hanya mimpi, pikirnya dalam hati. Dia merasa sedikit sedih karena mimpi indahnya tiba-tiba berakhir. Namun, dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa sakit itu lalu bergegas bangun dari tempat tidurnya.Setelah mencuc
"Ara bangun sudah pagi ini katanya kamu ada kuliah pagi," ucap mama Arabella sambil membuka tirai jendela Ara agar segera bangun dari tidurnya. "Memangnya udah jam berapa ma?"tanya Ara sambil meregangkan badanya. "Sudah mau jam sembilan, buruan bangun ntar kamu telat lagi masuk kuliah,"ucap mama Ara Akhirnya langsung terbangun dan lari kedalam kamar mandi. Dan mama Ara pun pergi meninggalkan kamar Ara sebelum ia menutup kamar Ara. "Ara cepetan mandinya mama tunggu di ruang makan,"ucap mama Ara, setelah itu mama Ara pun menutup pintu kamar Ara dan turun kebawah untuk menemani suaminya yang sudah ada diruang makan.Arabella Daisy Abraham adalah anak tunggal dari pasangan Maxwell Abraham dan Claristha Abraham. Maxwell Abraham adalah seorang pengusaha dari PT. Maxwell Cooperation yang menduduki peringkat kedua di dunia.Saat mama Ara sudah sampai di bawah tiba-tiba ada yang memanggilnya. "Selamat pagi tante Ristha,"ucap Xander "Pagi juga Xander, mau jemput Ara ya? Ara baru bangun seka
Setelah selesai jam kuliahnya Ara segera keluar dari kelasnya, saat jalan tiba-tiba ada yang memanggil namanya. "Ara tunggu," ucap Syifa dan Nabila sambil berlari menghampri Ara "Eh Syifa, Nabila. Ada apa?" tanya Ara "Ngajakin kamu ke kantinlah, lagian ngapai kamu buru-buru, mau kemana emang?" tanya Nabila "Yahh sorry kayaknya aku nggak bisa deh, soalnya aku mau cari Xander," ucap Ara "Ngapain cari Xander?" tanya Syifa "Buat bantuin ngerjain skripsi, emang kalian udah selesai skripsi?" tanya Ara "Iya belum juga sih, tapi beneran ni nggak bisa kita makan dulu ke kantin," ucap Syifa "Sorry bener-bener nggak bisa, besok saja ya ntar aku traktir kalian deh," ucap Ara "Ya sudah lah biar saja yang mau berduaan sama Xander," ucap Nabila "Ye apaan sih kamu La, ya sudah aku duluan ya bye," ucap Ara Sampai didepan kelas Xander, ternyata Xander masih ada kelas, Ara pun memutuskan menunggunya di bangku taman yang ada di samping kelas Xander. Sekitar setengah jam Xander baru keluar dari
Sebelum mengantarkan Ara pulang Xander mengajak ke Apartemennya terlebih dahulu untuk mengambil jaket yang tertinggal di Apartemen. Dari kampus menuju Apartemen Xander membutuhkan waktu setengah jam perjalanan. Apartemen Xander berada di lantai paling atas jadi kalau malam bisa melihat pemandangan malam kota Paris. Kini Ara dan Xander sudah berada dalam Apartemennya, Ara duduk di sofa menunggu Xander yang sedang mengambil jaketnya di dalam kamar. "Xander apa kamu tidak punya minuman, aku haus banget,"ucap Ara Xander yang baru saja keluar dari kamarnya langsung meletakan jaket dan tasnya di sofa. "Ada Ra, kamu mau minum apa?"tanya Xander "Kalau ada jus jeruk,"ucap Ara "Bentar aku ambilin dulu minumannya,"ucap Xander "Makasih Xander kamu memang teman terbaik yang aku punya,"jawab Ara Tak lama kemudian Xander datang dengan membawa dua gelas minuman yang berisi jus jeruk untuk Ara dan dirinya. "Kamu tinggal di Apartemen sendirian?"tanya Ara "Aku jarang menempati Apartemen ini, han
Pagi harinya Xander bangun terlebih dahulu ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama Xander selesai mandi dan menggunakan kaos dan celana pendek, Xander melihat Ara yang masih tertidur pulas mungkin karena kecapean dengan percintaan semalam. Xander keluar dari kamar dan menuju ke sofa, lalu ia membuka HPnya untuk pesan makanan. Xander tidak memasak karena di dalam kulkasnya tidak ada makanan untuk di masak. Tak butuh waktu lama menunggu pesanannya, Xander membuka pintu Apartemen untuk mengambil makanannya dan membawanya ke dalam. Lalu Xander menyiapkan ke dalam piring dan tak lupa juga segelas air putih. Xander membawa nampan ke dalam kamar dan menaruhnya di nakas samping tempat tidur karena Ara masih tidur, Xander tidak mau membangunkan Ara lebih baik ia menunggunya sampai ia terbangun. Xander berjalan ke arah balkon melihat pemandangan pagi kota Paris. Jalanan sudah di penuhi oleh orang yang berlalu lalang yang mau berangkat kerja ataupun yang
Xander baru saja sampai di kafe, Xander langsung masuk ke dalam untuk menemui dua sahabatnya itu yang katanya sudah ada di dalam kafe. “Xander di sini,” teriak Alan, lalu Xander berjalan ke ara dua sahabatnya itu. “Dari mana saja kok lama banget?” tanya Rendra sambil meminum es kopi capucino kesukaan dia. “Gue habis nganterin pacar gue tadi,” ucap Xander lalu memanggil pelayan kafe dan memesan minuman kesukaannya “Wah nggak jomblo lagi dong,” ucap Alan “Ngomong-ngmong siapa cewek lo?” tanya Rendra “Ara sahabat dekat dari kecil sekarang sudah jadi sepasang kekasih,” ucap Xander “Wah gila ternyata jadian sama cewek primadona kampus dan lo, Xan juga sangat populer di kampus apa jadinya kalau orang kampus sampai tahu pasti pada patah hati ini,” ucap Alan “Wah iya ini kalau kita bikin berita di I* kalau Xander dan Ara jadian pasti bakal heboh dan yang pasti bakal jadi berita trending topik lagi,” ucap Rendra dengan penuh semangat. Memang dasar Alan dan Rendra memang begitu suka seb
Ara sadar dari pingsannya, ia melihat di kamarnya ada mama dan papanya, namun ekspresi papanya seperti sangat marah dengan Ara. Ara membenarkan posisi duduknya dengan di bantu mamanya. “Dengan siapa kamu hamil Ara!" teriak Maxwel dengan suara sangat keras dan marah kepada Ara “M-maksud Papa apa?” tanya Ara dia masih bingung kenapa papanya bertanya seperti itu. “Papa tanya sekali lagi Ara kamu hamil anak siapa?” tanya Maxwel masih dengan sangat emosi. “P-papa jangan marah-marah nanti penyakit jantung Papa kambuh lagi,” ucap Claristha mempetingati suaminya agar tidak emosi. “Ma ... apa yang di katakan Papa barusan apa benar Ma kalau Ara hamil?" tanya Ara yang sudah mengeluarkan air matanya. “Iya Ra, sekarang kamu jujur kamu hamil anak siapa?” tanya Claristha kepada anaknya, perasaan Claristha campur aduk ada rasa kecewa dan ada rasa bersalah karena telah gagal mendidik dan menjaga anak satu-satunya yang ia punya. “Maafin Ara Ma, Pa. Ara benar-benar khilaf ngelakuinnya, maaf,” ucap