-SDN 1 Jakarta. - Kelas VI A.-
Bella masih sibuk menata paralatan sekolahnya ke dalam laci meja kelasnya. Ini adalah hari pertama dirinya masuk kelas 6 SD yang tandanya dirinya harus belajar lebih giat lagi supaya bisa lulus dengan nilai terbaik. Walau tahun lalu dirinya sudah menjadi juara umum namun tidak ada kata santai pada kamus Bella.
Issabella Aditya, seorang anak perempuan cantik di sekolah nya dengan kepintaran diatas rata-rata.... pendiam, cuek, jutek dan tidak punya banyak teman. Mengikuti segala macam organisasi salam sekolah, lebih memilih membaca buku di kelas saat istirahat.
"Hai Bell..." itu adalah suara yang sangat di kenali Bella, suara jail yang bertahun-tahun ini mengganggunya.
Bella mengangkat wajahnyan dan sudah mendapati Aaron duduk di mejanya dengan senyuman mengejeknya."Akhirnya kita sekelas ya." Kata Aaron penuh Arti.
"Kamu itu nggak lulus, dan tinggal kelas, masa malah seneng gitu." ucap Bella dengan ketus.
"Aku nggak lulus karena ingin sekelas sama kamu." Aaron masih tersenyum mengejek.
"Kalau bodoh bilang saja bodoh. Ingat, jauhin aku, aku nggak suka punya teman bandel dan bodoh kayak kamu." kata Bella lalu pergi meninggalkan Aaron begitu saja.
***
-SMPN 1 Jakarta - kelas IX A. -
"Wah, selamat ya Bell, kamu juara lagi." kata seorang teman yang memberi selamat kepada Bella. Sedangkan Bella hanya sedikit tersenyum lalu kembali berdiam diri lagi
Hari ini adalah hari pertama masuk setelah penerimaan Rapor. Tentu saja Bella menjadi juara kelas sekaligus juara umum lagi.. kepintarannya benar-benar di atas rata-rata. IQ nya mencapai angka 180 menurun dari sang ayah.Saat Bella terdiam di bangkunya, dirinya merasakan ada beberapa pasang kaki mendekatinya. Bella mengangkat kepalanya dan mendapati senyuman evil dari seorang yang baginya sangat menyebalkan.
Dia Aaron Revaldi..
"Selamat ya Bell, kamu juara lagi." kata Aaron dengan nada mengejek, lalu diikuti tawa dari beberapa teman dibelakangnya.
"Terimakasih." kata Bella dengan cuek lalu meninggalkan Aaron begitu saja dengan teman2nya.
"Bell, bisa ajarin aku nggak?" tanya Aaron masih dengan nada mengejek.
"Maaf aku nggak beminat." jawab bella dengan ketus.
"Hahaha siapa juga yang mau di ajarin sama cewek judes kayak kamu, Bell." kata salah satu teman Aaron.
"Udah judes sombong lagi, makanya nggak punya teman." lanjut yang lain.Dan masih banyak lagi ejekan-ejekan dari teman-teman Aaron untuk Bella yang membuat telinga Bella teras panas.
***
-SMAN 1 Jakarta -Kelas XII A-
Bella sedang menulis beberapa tugas yang diberikan guru matematika di taman belakang sekolah. Dia sedang duduk bersama dengan Dimas, teman lelakinya yang juga merupakan juara di kelasnya. Mereka memang berteman dan saling kejar-mengejar dalam hal prestasi di kelas.
"Dim, aku yakin pasti nanti aku yang jadi juara lagi." ucap Bella penuh keyakinan
"Hahahaha mana mungkin. Akulah yang akan jadi juara." jawab dimas tak mau kalah. Keduanya lalu tertawa bersama masih dengan belajar pelajaran matematika kesukaan keduanya.
"Ehhmm." suara deheman itu memaksa Bella dan Dimas mengangkat kepala mereka dan mendapati Aaron sedang bersedekap dengan beberapa teman di belakangnya.
Bella kembali menatap buku-bukunya seakan tak ingin menghiraukan keberadaan Aaron sama sekali."Kalian pacaran ya? anak baik-baik bisa pacaran juga." dengus Aaron terdengar sebal.
"Bukan urusan kalian." Bella menjawab dengan ketus.
"Hei Bell, apa hebatnya si dimas? dia biasa-biasa saja, culun dan pakek kacamata kuda lagi, hahahhaha" kata teman Aaron lalu di ikuti tawa teman-teman Aaron yang lain.
"Mereka kan sejenis, sama-sama cupu, culun dan sok pintar." kata Aaron dengan tajam, entah kenapa Aaron terlihat sangat tidak suka melihat kedekatan Bella dengan lelaki lain.
Dimas lalu berdiri. "Lalu apa urusan lo untuk ngurusin masalah kita? mau kita pacaran atau tidak itu bukan urusan lo?"
Aaron akhirnya tepancing dengan perkataan Dimas. Ditariknya kerah seragam Dimas dan ditatapnya mata dimas penuh dengan amarah.
"Nggak ada satu orang pun yang boleh deketin dia. Termasuk lo." Aaron berkata penuh dengan penekanan.
"Lo Apa-apaan sih?" Bella akhirnya ikut berdiri memisah keduanya dan mendorong dada Aaron.
"Aaron, lo benar-benar menyebalkan. Lo tahu nggak kalau lo cowok yang sangat menyebalkan di dunia ini."
Aaron tersenyum mengejek. "Tapi lo suka kan."
"Lo pede banget. Sampai kapanpun gue nggak akan pernah suka dengan cowok bandel dan bodoh kayak lo." pungkas Bella lalu pergi begitu saja meninggalkan para lelaki tersebut dengan ekspresi ternganga karena mendengar perkataan nya.
***
-Kelulusan SMA-
Semua anak sedang sibuk mencorat-coret baju putih abu-abu mereka dengan pilox dan tinta warna-warni. Begitupun dengan Aaron. Bajunya seakan sudah penuh dengan coretan-coretan entah itu dari para mantannya atau teman-temannya.
"Sial, tintanya habis." umpat Aaron saat ingin memberi tanda tangan kepada seorang temannya. "Gue ambil yang baru di kelas dulu, oke?" lanjutnya sambil berlari masuk ke dalam kelas.
Akhirnya Aaron berlari kedalam kelas dan mencari pilox berwarna namun ternyata di dalam kelas tersebut ada seorang gadis dengan baju masih putihnya tanpa sedikitpun terkena noda pilox atau tinta. Gadis yang sejak dulu membuat jantungnya berdebar tak beraturan, gadis itu...
Issabella Aditya.
Aaron akhirnya menghampiri Bella. Meski sudah di tolak berkali-kali Aaron tak patah semangat dan seakan tidak tahu malu untuk menggoda Bella.
"Hai Bell, kenapa nggak ikut coretan di luar."
"Enggak, nggak penting."
"Kamu lanjutin kuliah dimana, Bell?"
"Bukan urusan lo, yang jelas gue pengen tidak sekampus dengan lo." jawab bella dengan nada kasarnya. Padahal Aaron sudah lembut dengan ber Aku-kamu an, tapi bella masih dengan panggilan Lo-gue nya.
"Bell, mau tanda tangan di bajuku nggak?"
"Nggak perlu, baju lo kan sudah penuh."
"Masih ada tempatnya kok. Mau ya" bujuk Aaron. "Ayolahh setelah ini aku nggak akan ganggu kamu lagi, kita bahkan nggak akan pernah bertemu lagi."
Bella mengernyit."Memangnya lo mau kemana?"
"Aku akan pergi jauh dan akan buat kamu kangen sama aku."
"Hahaha lebay."
"Ayolah beneran, jadi aku mau bawa tanda tangan kamu kemanapun aku pergi."
Deg.. deg... entah kenapa jantung Bella berdetak tak menentu karena perkataan Aaron.
"Ya sudah mana sini, gue kasih tanda tangan." kata Bella dengan ketus untuk menutupi kegugupannya.
Aaron tersenyum bahagia. "Disini ya, Bell." Aaron membuka bajunya lalu menyuruh Bella memberi tanda tangan di balik baju seragam putihnya yang berada tepat di dada kirinya.
"Kenapa di dalam?"
"Karena kamu special." jawab Aaron dengan tersenyum manis.
"Gombal." kata Bella dengan ketus tapi tak bisa menutupi senyumannya.
'Karena kamu special, Bell, karena aku ingin kamu dekat di jatungku, makanya aku sediakan tempat ini untukmu' ucap Aaron dalam hati sambil melihat Bella yang sedang serius memberi tanda tangan di bajunya.
"Sudah selesai, sana pergi" lagi-lagi Bella berucap ketus.
"Boleh aku coret bajumu?" tanya Aaron kemudian.
"Enggak, nanti yang lain ikut corat coret, gue nggak mau baju gue kotor."
"Aku jamin cuma aku yang akan warnai baju kamu."
Akhirnya dengan menghela napas pasrah Bella mengijinkan Aaron memberi coretan di bajunya, di sepanjang punggungnya. Entah apa yang di coret anak itu, Bella juga tidak tahu."Nahh sudah, kita foto bareng ya, Bell." ajak Aaron.
"Buat apa?"
"Buat kenang-kenangan Bell, aku mau pergi jauh."
Bella memutar matanya dengan jengah, "Ya udah, terserah lo deh, tapi janji ya habis ini jangan ganggu hidup gue lagi.”
"Iya janji."
Akhirnya Aaron memposisikan dirinya duduk sedekat mungkin dengan Bella, bahkan Aaron berani merangkulkan lengannya di pundak bella. Sungguh pemandangan yang sangat ajaib, dua insan yang biasa saling mengejek satu sama lain, saling bermusuhan satu sama lain kini malah duduk bersanding dengan mesranya sambil menatap ke kamera di hadapannya.
'Ckreeekkk' suara foto pertama dari ponsel Aaron.
'Ckreeekkk' kali ini suara foto kedua namun difoto kedua ini ekspresi wajah Bella benar-benar sangat lucu. Aaron dengan cepat mengecup pipi Bella, membuat Bella membulatkan matanya seraya Ternganga karena dia tidak menyangka jika Aaron akan melakukan hal tersebut.
"Thanks Bell, tunggu aku, oke?" kata Aaron sambil berlari pergi meninggalkan Bella yang ternganga sambil mengusap pipinya, tempat Aaron menciumnya tadi.
***
-Beberapa tahun kemudian (Masa sekarang)-
Aaron menatap layar di ponselnya, layar yang memperlihatkan gambar dirinya sedang mengecup pipi seorang gadis yang tampak berekspresi terkejut.
Aaron tersenyum melihat gambar tersebut. "Aku merindukanmu Bell." gumamnya.
"Maaf pak, pesawat akan segera lepas landas, silahkan dimatikan terlebih dahulu ponselnya." Seorang pramugari memberi interuksi pada Aaron.
Aaron tersenyum dan mengangguk. Lalu mematikan ponselnya. 'Sebentar lagi kita akan bertemu, sayang, dan aku akan buktikan padamu bahwa hanya aku yang berhak memiliki mu' Gumam Aaron dalam hati.
***
-Bandara internasional Soekarno-Hatta -
Bella dengan gelisah menatap jam di tangannya. Sial, ini sudah ber jam-jam setelah Brandon –Atasannya tersebut, menyuruhnya untuk menjemput seorang klien yang datang dari luar negeri, bahkan Brandon dengan menjengkelkannya tak memberi tau siapa klien tersebut.
Brandon hanya menyuruhnya untuk menuliskan nama klien tersebut disebuah kertas dengan nama 'Mr. A'
Ahhh, Brandon benar-benar menyebalkan. Suda Enam bulan ini Bella bekerja dengan Brandon, itupun hanya karena kemauan sang ayah. Jika tidak, Bella tidak akan mau bekerja dengan keluarga orang yang paling di bencinya tersebut. Keluarga Revaldi.
Bella menatap layar informasi, ternyata pesawat yang di tumpangi sang klien tersebut sudah mendarat. Akhirnya Bella berdiri menuju ke depan pintu kedatangan dan mengangkat sebuah kertas besar bertuliskan 'Mr. A'.
Sungguh ini adalah hal yang menyebalkan bagi Bella, lalu tiba-tiba datang sesosok lelaki dengan Evil smirknya. Lelaki yang sangat di kenalnya, lelaki yang sangat di bencinya, lelaki yang paling menyebalkan baginya di muka bumi ini. Aaron Revaldi.
"Hai Bell, apa kabar?" sapa Aaron dengan senyuman miringnya.
Apa ini mimpi? Semoga saja ini hanya mimpi, jika bukan, Bella tahu jika dirinya akan seperti masuk ke dalam neraka dengan kedatangan Aaron di sekitarnya.
-TBC-
Bella benar-benar tidak habis pikir dengan Brandon, Brandon tentu tahu bagaimana bencinya ia dengan Aaron, tapi nyatanya Brandon dengan sengaja menyuruhnya untuk menjemput iblis satu ini. Dan Aaron, astaga, untuk apa ia kembali ke negeri ini? Sial! benar-benar sial!!.“Bell, ajak aku keliling kota ya nanti, aku sudah nggak hapal jalanan ibu kota.” Aaron berkata dengan nada menggodanya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe tak jauh dari bandara.“Aku banyak kerjaan.” jawab Bella dengan cueknya.“Aku bisa menyuruh Brandon meliburkan kamu dan memberikan waktu liburmu untuk menemaniku.”Bella hanya memutar bola matanya jengah. Ahh Sial! tentu saja Aaron bisa melakukan apapun, bukankah saat ini ia bekerja sebagai bawahan dari Brandon, kakak Aaron? dan secara tidak langsung ia juga menjadi bawahan Aaron. Sial!!“Terserah.” hanya itu jawaban dari Bella.Aaron tersenyum melihat sikap B
Bella dengan cepat menghabiskan sarapannya. Tadi malam Brandon meneleponnya, dia berkata jika pagi ini akan ada Meeting penting dengan client dari luar. Dan tadi pagi ia sedikit kesiangan.“Kenapa buru-buru sekali? Ini belum jam tujuh.” Ramma, sang papa membuka suara melihat puterinya yang sedikit tergesa-gesa tidak seperti biasanya.“Kak Brandon ada Meeting penting pagi ini, dan aku kesiangan.”Ramma tersenyum melihat puterinya yang saat ini sedikit lebih disiplin dengan waktu.Issabella Aditya, Puteri tunggalnya tersebut adalah sosok yang cantik, mirip dengan Mamanya. Gadis ini pintar, kepintaran yang tentu saja menurun darinya, cantik menurun dari sang Mama, belum lagi keterampilan bela dirinya yang di latih langsung olehnya.Namun sayang, Bella memiliki sedikit sikap buruk. Gadis ini cenderung cuek, dingin, jutek, tidak suka menghiraukan orang-orang di sekitarnya, dan dia susah sekali di atur.
Bella benar-benar gugup. Ia telat, sangat telat malah. Ini sudah hampir jam setengah sepuluh siang, dan ia baru sampai di kantor Brandon. Ahh semoga saja Brandon tidak marah dengannya karena keterlambatannya.Tadi, selain macet, ternyata yang membuat Bella terlambat adalah Ban motor Dimas yang tiba-tiba bocor. Dan itu membuat Bella terlambat sampai jam setengah sepuluh sekarang ini. Bella tak memikirkan dirinya, mungkin Brandon nanti hanya akan marah dengannya, tapi bagaimana dengan Dimas? Bisa saja Dimas akan di marahin habis-habisan oleh Bos nya karena terlambat. Dan itu membuat Bella tidak tenang.Bella merapikan pakaianya saat sebelum membuka pintu ruangan Brandon. Ia menghela napas panjang lalu mulai mengetuk pintu di hadapannya tersebut.Setelah mengetuk, Bella akhirnya masuk dan langsung meminta maaf atas keterlambatannya pada Brandon.“Maaf Pak, saya-” Bella menghentikan kalimatnya ketika mendapati sosok itu duduk santai di sofa di dal
Aaron kembali ke kantor dengan senyuman lebarnya, sedangkan Bella dengan kekesalan yang sudah naik di kepalanya. Dengan tengilnya, Aaron menyuruhnya ini dan itu padahal mereka baru saja sampai di kantor. Belum lagi sikap Aaron yang seakan tak serius bekerja.“Nih, kopinya.” kata Bella dengan ketus.“Thanks Bell, ngomong-ngomong, malam ini kamu ada waktu nggak?”“Nggak.”“Oke, nggak apa-apa kok, aku juga nggak pengen ngajak kamu janjian, hahhaha” ucap Aaron dengan tawa lebarnya yang langsung membuat Bella mendengus kesal.Bella lalu menuju ke meja kerjanya. Ya, dengan permintaan sialannya Aaron, Bella yang saat ini menjadi sekertaris pribadi Aaron akhirnya di buatkan meja kerja sendiri di ruangan Aaron.Bella benar-benar tak habis pikir. Seniat ini kah seorang Aaron mengerjainya?“Bella.” panggil Aaron dengan nada menggoda.“Kamu mau apa lagi sih?”
Bella menghempaskan tubuhnya di ranjang besar di dalam kamarnya. Ahh sangat nyaman, pulang pada waktu hujan tadi benar-benar membuatnya kesal, akhirnya setelah puas menunggu hujan reda hingga jam 6 sore, ia menyerah, dan berakhir menelepon supir rumahnya untuk minta di jemput.Dan disinilah sekarang dirinya, telentang di ranjang besar Queen Sizenya. Bella merasa ada yang sedang membuka pintu kamarnya, akhirnya ia bangun dan mendapati sang Mama sudah berada di sana dengan nampan yang penuh dengan cemilan dan susu cokelat panas.“Capek sayang?” Sang mama menaruh nampan di meja kecil sebelah ranjang Bella, lalu duduk di pinggiran ranjang tepat di sebelah Bella.Bella mengangguk. “Duhh, kapan sih Ma, aku bisa keluar dari perusahaan Kak Brandon?” tanya Bella dengan nada sedikit kesal.“Memangnya kenapa? Kamu nggak betah? Perasaan selama enam bulan terakhir ini kamu nggak pernah mengeluh kerja di sana.”&ldquo
Bella mendorong jauh-jauh tubuh Aaron ketika mereka sudah berada di dalam ruangan Aaron. Harusnya tadi ia menginjak keras-keras kaki lelaki ini atau mendorongnya sekuat tenaga hingga lelaki ini terjungkal. Namun nyatanya, ia tidak enak. Tentu saja karena beberapa karyawan lelaki yang satu lift dengannya tadi yang selalu memperhatikan setiap gerak-gerik mereka berdua.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Aaron dengan nada jengkelnya.“Harusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan? Kamu itu atasan di sini, apa pantas melecehkan bawahannya seperti tadi?”Aaron mengangkat sebelah alisnya. Lalu berjalan pelan mendekat ke arah Bella. “Melecehkan? Sepertinya kata itu terlalu berlebihan.” ucap Aaron penuh intimidasi, sedangkan kakinya masih berjalan pelan menuju ke arah Bella.Meski Bella masih mengangkat dagunya, kakinya masih saja melangkah mundur, ia tidak ingin terpengaruh oleh tatapan Aaron, tapi di sisi lain, ia berpik
“Karena dia calon istriku.”Aaron menatap wajah Bella yang masih menyiratkan rasa keterkejutannya. Wanita itu nampak tak percaya dengan apa yang di dengarnya, wajah Bella tampak memucat, seakan takut akan sesuatu, dan itu membuat Aaron tidak suka.Sial! Kau sudah menakutinya sialan!! Aaron merutuki dirinya sendiri.Secepat kilat Aaron merubah ekspresi wajahnya. Ia menatap Bella dengan senyuman lebarnya, lalu Ia mulai tertawa terbahak-bahak seakan menertawakan Bella dan Dimas yang masih shock dengan kata-katanya tadi.Bella mengerutkan keningnya karena heran dengan apa yang di lakukan Aaron, lelaki di hadapannya itu tampak menertawakannya. Ada apa? Apa yang membuat Aaron tertawa terbahak-bahak seperti itu? Apa ada yang lucu dengan dirinya?“Wajah kalian lucu tau nggak.” kata Aaron masih dengan tawa lebarnya.“Apa maksudmu?” tanya Bella dengan wajah bingungnya.“Kal
Bella benar-benar kesal karena sejak tadi ada yang mengetuk pintunya. Jika itu sang Mama tentu saja mamanya itu akan segera membuka pintunya dan masuk ke dalam, tapi jika itu salah satu pelayan rumahnya, mereka jelas tidak akan mengetuk pintu kamarnya berkali-kali saat dirinya tidak ingin di ganggu seperti saat ini.Dengan malas Bella bangkit dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia menatap sosok yang paling tak ingin ia temui di dunia ini, Aaron dengan seringaian liciknya.“Hai Bell.”“Kamu? Ngapain kamu ke sini?”“Aku ada perlu sama kamu.” kata Aaron dengan santai.“Maaf, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan segala apapun yang berhubungan dengan kontrak, Papaku yang akan mengurusnya.”Aaron menyandarkan tubuhnya di pinggiran pintu kamar Bella, ia mengambil sebuah amplop cokelat yang berada di dalam saku