Bella benar-benar tidak habis pikir dengan Brandon, Brandon tentu tahu bagaimana bencinya ia dengan Aaron, tapi nyatanya Brandon dengan sengaja menyuruhnya untuk menjemput iblis satu ini. Dan Aaron, astaga, untuk apa ia kembali ke negeri ini? Sial! benar-benar sial!!.
“Bell, ajak aku keliling kota ya nanti, aku sudah nggak hapal jalanan ibu kota.” Aaron berkata dengan nada menggodanya. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe tak jauh dari bandara.
“Aku banyak kerjaan.” jawab Bella dengan cueknya.
“Aku bisa menyuruh Brandon meliburkan kamu dan memberikan waktu liburmu untuk menemaniku.”
Bella hanya memutar bola matanya jengah. Ahh Sial! tentu saja Aaron bisa melakukan apapun, bukankah saat ini ia bekerja sebagai bawahan dari Brandon, kakak Aaron? dan secara tidak langsung ia juga menjadi bawahan Aaron. Sial!!
“Terserah.” hanya itu jawaban dari Bella.
Aaron tersenyum melihat sikap Bella padanya yang ternyata masih sama seperti dulu. Cuek, jutek, judes, dan lain sebagainya. Gadisnya ini ternyata tidak berubah, dan itu membuat Aaron semakin menginginkannya.
***
Aaron tidak dapat menghentikan senyuman dari wajahnya ketika melihat Bella tak henti-hentinya mengumpat karena dirinya. Bagaimana tidak, saat ini Bella dengan pakaian kantor rapinya, rok pendeknya dan sepatu hak tingginya, membawa tas besar milik Aaron dan Aaron mengajaknya berjalan-jalan sepanjang taman kota.
Bella merasa kakinya seakan sudah mau copot karena pegal. Bagaimana mungkin Aaron melakukan ini semua terhadapnya? Bisa saja Aaron meninggalkan tas besar sialannya itu di mobil Brandon, toh di sana juga ada supir Brandon. Tapi nyatanya, lelaki sialan itu malah menyuruhnya untuk membawa tas besar sialannya ini kemanapun dia melangkah.
“Kamu capek, Bell?”
“Tentu saja, apa kamu nggak lihat bagaimana beratnya tas sialanmu ini?”
Aaron malah tersenyum menyeringai. “Kamu nggak berubah, ya.”
“Terserah.” Lagi-lagi Bella berkata dengan nada cuek bercampur kesalnya.
Tak lama mereka duduk di bangku taman, Aaron dengan menyebalkannya menyuruh Bella untuk membelikan Ice Cream yang ada di taman tersebut. Dengan enggan Bella menolaknya tapi tentu saja dia kalah dan mau tak mau membelikan Aaron Ice Cream tersebut lengkap dengan umpatan-umpatan khasnya.
Sial!! Aaron pasti benar-benar berniat untuk mengerjainya.
“Aaron, kapan kita balik? Astaga, kamu tahu nggak aku harus kerja dan lihat sekarang sudah mendung.”
“Ayolah Bell, Brandon nggak akan marah sama kamu kalau pun hari ini kamu nggak balik ke kantor. Jadi tetap Stay disini dan temani aku menikmati sore yang indah ini.”
Indah? Indah dari hongkong? gerutu Bella dalam hati.
Tak lama Ponsel Bella berbunyi. Bella merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya.
“Halo?”
“....”
“Iya, jam Lima nanti sudah pulang kok.”
“...”
“Jangan, nggak usah di jemput.”
Aaron mengernyit, dengan siapakah Bella menelepon? Kenapa nada suara wanita itu melembut? Sial! jangan bilang kalau itu pacarnya.
“Ya udah, nanti sms saja.”
“...”
“Baiklah, jemput di dekat pertigaan saja kalau gitu.”
“...”
“Iya, bye.”
Akhirnya teleponpun di tutup. Aaron menatap Bella dengan tatapan tajamnya.
“Siapa itu?” Suara Aaron entah kenapa berubah. Nada suaranya benar-benar tak enak di dengar.
“Bukan urusanmu.” jawab Bella dengan cueknya.
Siall! Aaron benar-benar tak mengerti bagaimana cara menghadapi wanita di hadapannya ini, wanita ini benar-benar memiliki sifat yang sangat cuek dan sulit di sentuh.
***
Bella masih saja diam tak menghiraukan Aaron yang duduk di sebelahnya, ia lebih memilih mengotak-atik ponselnya dengan sesekali terkikik. Dan itu benar-benar membuat Aaron kesal.
Bagaimana mungkin gadis di sebelahnya ini tidak menghiraukannya sama sekali? Apa dirinya sama sekali tidak menarik di hadapan Bella?
“Apa yang terlalu asik sampek kamu cuekin aku?” tanya Aaron dengan nada sinisnya.
Bella melirik kearah Aaron sebentar lalu memutar bola matanya ke layar ponselnya dan kembali terkikik dengan ponsel tersebut.
Dengan kesal, Aaron merampas ponsel Bella dan melihat apa yang sedang di lakukan Bella hingga mengacuhkannya.
“Hei kembalikan, kamu melanggar privasi orang tahu nggak, kembalikan!”Aaron masih saja menjauhkan ponsel dari tangan Bella sambil melihat-lihat apa yang tadi di lakukan Bella.
Rupanya wanita itu sedang melakukan kuis di ponselnya. Dan entah kenapa kini jadi Aaron yang ingin melakukan kuis tersebut. Dengan cekatan Aaron memainkannya dan tak lama kini Aaron lah yang terkikik karena permainan tersebut.
“Sini, kembalikan, kamu kan punya Hp sendiri.”
“Nggak enak, Hpku nggak ada mainan gituannya.”
“Ya d******d sana, Mana sini Hpku.”
Aaron dengan menyebalkannya masih saja menjauhkan ponsel Bella dari jangkauan tangan Bella. Tiba-tiba ponsel tersebut berbunyi. Bella dan Aaron menghentikan gerakan masing-masing dengan saling menatap mata masing-masing.
Aaron menatap layar ponsel Bella, dan disana terpampang jelas nama si pemanggil.
“Sayang?” Aaron membaca nama si pemanggil sambil melemparkan tatapan tanda tanya kepada Bella.
Seketika itu juga Bella merampas paksa ponselnya dari gengggaman tangan Aaron. Aaron hanya ternganga, apa Bella benar-benar sudah memiliki kekasih? Siapa lelaki yang di tulisnya sebagai ‘Sayang’ tersebut? Pikir Aaron dalam Hati.
“Ohh iya, aku turun di depan nanti.”
“...”
“Jangan, aku sudah deket kok.”
“.....”
“Oke, tunggu di sana aja, Bye.”
Dan ponselpun di matikan. Entah kenapa suasanan di dalam mobil hening seketika. Aaron tidak lagi banyak bertanya dan juga tidak lagi mengganggu Bella, begitupun dengan Bella, entah kenapa suasana menjadi canggung untuknya.
“Pak, berhenti setelah pertigaan ya.” ucap Bella pada supir Brandon yang sejak tadi asik mengemudi tanpa menghiraukan mereka berdua.
“Iya, Mbak.”
Tak lama mobilpun berhenti di tempat yang di tunjukkan Bella.
Aaron mengernyit. “Kenapa kamu turun di sini?”
“Ada yang jemput, kamu tentu bisa pulang sendiri, kan?” Ucap Bella dengan ketusnya.
“Tapi aku mau kamu yang ngantar sampai rumah.”
Bella memutar Bola matanya. “Jam kerjaku sudah habis sejam yang lalu, jadi aku nggak ada kewajiban lagi untuk memenuhi permintaan konyolmu.”
“Ini mau hujan, Bell.”
“Lebih baik pulang kehujanan dari pada pulang semobil sama kamu.” gerutu Bella dan itu tak lepas dari pendengaran Aaron.
Sebenci itukah kamu sama aku, Bell?
Akhirnya Aaron haanya menghela napas panjang dan melihat kepergian Bella. Aaron melihat dengan jelas dari dalam mobil. Aahhh, ternyata lelaki sialan itu yang menjemputnya. Pikir Aaron kala itu.
Lelaki itu mengenakan kemeja kantor sederhanya dengan Motor bebek sialannnya. Aaron memejamkan matanya frustasi. Masa iya kamu yang baru pulang dari luar negeri kalah sama lelaki sialan itu? gumam Aaron dalam hati.
“Kita pergi pak.” perintah Aaron pada supir Brandon.
Akhirnya Aaron pun pergi melewati dua sejoli yang masih asik bercakap-cakap. Sekilas Aaron meliha bayangan Bella di kaca spion mobilnya. Wanita itu tampak memandang kepergiannya.
Bell, apa kamu nggak kangen aku? lirih Aaron dalam hati.
***
“Sayang, ya ampun, Mama kangen banget sama kamu.” Nessa seketika memeluk putera bungsu yang sangat di rindukannya tersebut. Ini sudah Tiga setengah tahun setelah Aaron kembali ke luar negeri saat setelah pernikahan Brandon.
“Aku juga kangen sama Mama.”Aaron memeluk tubuh mama yang sangat ia sayangi.
“Kok baru sampai, harusnya kan sejak siang tadi.”
“Aku jalan-jalan dulu Ma, yang lain mana?”
“Papa lagi keluar kota, Kakak kamu ada di ruang makan, dia juga baru pulang ngantor.” Jawab Nessa sambil mengajak puteranya tersebut masuk ke dalam.
Sampai di ruang makan, Aaron melihat pemandangan yang menurutnya benar-benar sangat menggelikan. Itu Brandon, kakaknya tersebut dengan manja meminta istrinya menyuapinya. Ahh membuat iri saja.
“Kalian menggelikan.” ucap Aaron sambil duduk di sebelah Brandon.
Brandon menatap ke arah adiknya yang sudah lama tak bertemu dengannya, Aaron kini terlihat sedikit lebih dewasa di bandingkan Tiga setengah tahun yang lalu saat ia pulang dari luar negeri untuk pertama kalinya.
“Gue pikir lo nggak jadi pulang.” Jawab Brandon dengan cuek lalu kembali meminta Alisha menyuapinya kembali setelah Alisha selesai menyuapi putera pertama mereka yang baru berusia Tiga tahun.
“Sial!! Lo benar-benar menggelikan.” umpat Aaron, sedangkan Brandon sendiri tak menghiraukannya.
“Biar saja, mereka selalu seperti itu. Setidaknya mereka selalu akur.” kata Nessa berbisik pada Aaron. Sedangkan Aaron sendiri hanya mendengus.
“Jadi, kapan lo mulai bantu gue di kantor?”
“Besok.” ucap Aaron secepatnya.
“Kamu rajin banget.” kali Ini Alisha ikut bicara. Ya sedikit heran, Aaron baru pulang dari luar negeri, seharusnya ia menghabiskan waktunya untuk santai-santai terlebih dahulu, apalagi mengingat betapa bandel dan menjengkelkannya sifat anak itu, tapi nyatanya.
“Dan Over semangat.” tambah Brandon.
Sedangkan Aaron hanya tertawa lebar. “Gue masih muda, jadi wajar kalau gue Semangat.” Aaron menegak habis jus jeruk buatan Mamanya. “Dan satu lagi Brand, gue mau Bella jadi asisten pribadi gue.” ucap Aaron disertai Smirk Evilnya sambil berlalu pergi.
-TBC-
Bella dengan cepat menghabiskan sarapannya. Tadi malam Brandon meneleponnya, dia berkata jika pagi ini akan ada Meeting penting dengan client dari luar. Dan tadi pagi ia sedikit kesiangan.“Kenapa buru-buru sekali? Ini belum jam tujuh.” Ramma, sang papa membuka suara melihat puterinya yang sedikit tergesa-gesa tidak seperti biasanya.“Kak Brandon ada Meeting penting pagi ini, dan aku kesiangan.”Ramma tersenyum melihat puterinya yang saat ini sedikit lebih disiplin dengan waktu.Issabella Aditya, Puteri tunggalnya tersebut adalah sosok yang cantik, mirip dengan Mamanya. Gadis ini pintar, kepintaran yang tentu saja menurun darinya, cantik menurun dari sang Mama, belum lagi keterampilan bela dirinya yang di latih langsung olehnya.Namun sayang, Bella memiliki sedikit sikap buruk. Gadis ini cenderung cuek, dingin, jutek, tidak suka menghiraukan orang-orang di sekitarnya, dan dia susah sekali di atur.
Bella benar-benar gugup. Ia telat, sangat telat malah. Ini sudah hampir jam setengah sepuluh siang, dan ia baru sampai di kantor Brandon. Ahh semoga saja Brandon tidak marah dengannya karena keterlambatannya.Tadi, selain macet, ternyata yang membuat Bella terlambat adalah Ban motor Dimas yang tiba-tiba bocor. Dan itu membuat Bella terlambat sampai jam setengah sepuluh sekarang ini. Bella tak memikirkan dirinya, mungkin Brandon nanti hanya akan marah dengannya, tapi bagaimana dengan Dimas? Bisa saja Dimas akan di marahin habis-habisan oleh Bos nya karena terlambat. Dan itu membuat Bella tidak tenang.Bella merapikan pakaianya saat sebelum membuka pintu ruangan Brandon. Ia menghela napas panjang lalu mulai mengetuk pintu di hadapannya tersebut.Setelah mengetuk, Bella akhirnya masuk dan langsung meminta maaf atas keterlambatannya pada Brandon.“Maaf Pak, saya-” Bella menghentikan kalimatnya ketika mendapati sosok itu duduk santai di sofa di dal
Aaron kembali ke kantor dengan senyuman lebarnya, sedangkan Bella dengan kekesalan yang sudah naik di kepalanya. Dengan tengilnya, Aaron menyuruhnya ini dan itu padahal mereka baru saja sampai di kantor. Belum lagi sikap Aaron yang seakan tak serius bekerja.“Nih, kopinya.” kata Bella dengan ketus.“Thanks Bell, ngomong-ngomong, malam ini kamu ada waktu nggak?”“Nggak.”“Oke, nggak apa-apa kok, aku juga nggak pengen ngajak kamu janjian, hahhaha” ucap Aaron dengan tawa lebarnya yang langsung membuat Bella mendengus kesal.Bella lalu menuju ke meja kerjanya. Ya, dengan permintaan sialannya Aaron, Bella yang saat ini menjadi sekertaris pribadi Aaron akhirnya di buatkan meja kerja sendiri di ruangan Aaron.Bella benar-benar tak habis pikir. Seniat ini kah seorang Aaron mengerjainya?“Bella.” panggil Aaron dengan nada menggoda.“Kamu mau apa lagi sih?”
Bella menghempaskan tubuhnya di ranjang besar di dalam kamarnya. Ahh sangat nyaman, pulang pada waktu hujan tadi benar-benar membuatnya kesal, akhirnya setelah puas menunggu hujan reda hingga jam 6 sore, ia menyerah, dan berakhir menelepon supir rumahnya untuk minta di jemput.Dan disinilah sekarang dirinya, telentang di ranjang besar Queen Sizenya. Bella merasa ada yang sedang membuka pintu kamarnya, akhirnya ia bangun dan mendapati sang Mama sudah berada di sana dengan nampan yang penuh dengan cemilan dan susu cokelat panas.“Capek sayang?” Sang mama menaruh nampan di meja kecil sebelah ranjang Bella, lalu duduk di pinggiran ranjang tepat di sebelah Bella.Bella mengangguk. “Duhh, kapan sih Ma, aku bisa keluar dari perusahaan Kak Brandon?” tanya Bella dengan nada sedikit kesal.“Memangnya kenapa? Kamu nggak betah? Perasaan selama enam bulan terakhir ini kamu nggak pernah mengeluh kerja di sana.”&ldquo
Bella mendorong jauh-jauh tubuh Aaron ketika mereka sudah berada di dalam ruangan Aaron. Harusnya tadi ia menginjak keras-keras kaki lelaki ini atau mendorongnya sekuat tenaga hingga lelaki ini terjungkal. Namun nyatanya, ia tidak enak. Tentu saja karena beberapa karyawan lelaki yang satu lift dengannya tadi yang selalu memperhatikan setiap gerak-gerik mereka berdua.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Aaron dengan nada jengkelnya.“Harusnya aku yang bertanya apa yang kamu lakukan? Kamu itu atasan di sini, apa pantas melecehkan bawahannya seperti tadi?”Aaron mengangkat sebelah alisnya. Lalu berjalan pelan mendekat ke arah Bella. “Melecehkan? Sepertinya kata itu terlalu berlebihan.” ucap Aaron penuh intimidasi, sedangkan kakinya masih berjalan pelan menuju ke arah Bella.Meski Bella masih mengangkat dagunya, kakinya masih saja melangkah mundur, ia tidak ingin terpengaruh oleh tatapan Aaron, tapi di sisi lain, ia berpik
“Karena dia calon istriku.”Aaron menatap wajah Bella yang masih menyiratkan rasa keterkejutannya. Wanita itu nampak tak percaya dengan apa yang di dengarnya, wajah Bella tampak memucat, seakan takut akan sesuatu, dan itu membuat Aaron tidak suka.Sial! Kau sudah menakutinya sialan!! Aaron merutuki dirinya sendiri.Secepat kilat Aaron merubah ekspresi wajahnya. Ia menatap Bella dengan senyuman lebarnya, lalu Ia mulai tertawa terbahak-bahak seakan menertawakan Bella dan Dimas yang masih shock dengan kata-katanya tadi.Bella mengerutkan keningnya karena heran dengan apa yang di lakukan Aaron, lelaki di hadapannya itu tampak menertawakannya. Ada apa? Apa yang membuat Aaron tertawa terbahak-bahak seperti itu? Apa ada yang lucu dengan dirinya?“Wajah kalian lucu tau nggak.” kata Aaron masih dengan tawa lebarnya.“Apa maksudmu?” tanya Bella dengan wajah bingungnya.“Kal
Bella benar-benar kesal karena sejak tadi ada yang mengetuk pintunya. Jika itu sang Mama tentu saja mamanya itu akan segera membuka pintunya dan masuk ke dalam, tapi jika itu salah satu pelayan rumahnya, mereka jelas tidak akan mengetuk pintu kamarnya berkali-kali saat dirinya tidak ingin di ganggu seperti saat ini.Dengan malas Bella bangkit dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia menatap sosok yang paling tak ingin ia temui di dunia ini, Aaron dengan seringaian liciknya.“Hai Bell.”“Kamu? Ngapain kamu ke sini?”“Aku ada perlu sama kamu.” kata Aaron dengan santai.“Maaf, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan segala apapun yang berhubungan dengan kontrak, Papaku yang akan mengurusnya.”Aaron menyandarkan tubuhnya di pinggiran pintu kamar Bella, ia mengambil sebuah amplop cokelat yang berada di dalam saku
Bella melemparkan tubuhnya di atas ranjang besarnya. Wajahnya masih memerah. Ia meraba sepanjang bibirnya, di sana masih terasa panas, bekas ciuman intens yang di berikan oleh Aaron. Ciuman yang sarat akan kerinduan yang menggebu. Apa lelaki itu merindukannya? Ayolah Bell, jangan mudah percaya lagi. bisik Bella pada dirinya sendiri.Bella masih mengingat bagaimana Aaron memperlakukannya tadi. Membuat jantungnya kembali berdetak tak menentu, membuat tubuhnya seakan panas dingin karena ucapannya.*** Lumatan itu terhenti, bibir mereka masih sangat dekat bahkan masih sedikit menempel satu sama lain. Desah napas bersahutan di antara keduanya. Hening, tak ada kata. Keduanya hanya diam, seakan saling menikmati satu sama lain. Telapak tangan Aaron masih menangkup kedua pipi Bella, ibu jarinya sesekali mengusap lembut pipi wanita di hadapannya tersebut, mengagumi kecantikannya, kelembutannya yang seakan membuat Aaron menegang s