Elgan menaiki mobil yang dikemudi oleh supirnya. Ia membiarkan Niko membawa mobilnya untuk mengantarkan Nadin, lagipula ia terlalu malas jika harus ikut dengan Niki untuk mengantarkan gadis itu ke kantornya. Sangat merepotkan, pikir Elgan.
Tidak berapa lama kemudian, Elgan sampai di depan rumah mewah yang beberapa hari lalu ia kunjungi bersama orangtuanya. Ternyata di saat siang begini, pelataran rumah keluarga Florence itu tampak jauh lebih indah.
Elgan bergegas menuju pintu utama. Seorang pembantu yang berada di depan rumah membukakan pintu untuk Elgan.
"Assalamu'alaikum." Salam Elgan setelah pembantu itu pergi dari hadapannya. Elgan melemparkan pandangannya ke setiap ruangan, menunggu si tuan rumah menjawab salamnya.
"Wa'alaikumsalam." Suara Elena terdengar dari salah satu ruangan. Elena menghampiri Elgan sembari tersenyum manis menyambut kedatangan calon menantunya itu.
"Nak Elgan, kamu sendirian? Tante pikir kamu datang b
Di pagi hari yang serah ini, orang-orang melakukan berbagai macam aktivitas. Biasanya, pagi yang cerah dapat menambah semangat bagi orang yang merasakannya. Hari ini, keluarga besar Lambert dan Florence sedang bersuka cita. Hari di mana terikatnya tali pernikahan antara Cia dan Elgan. Terlihat rumah mewah yang menjadi kediaman keluarga Florence itu sudah dihias sedemikian rupa, pertanda resepsi akan segera di mulai dan keluarga besar Lambert juga sudah tiba beberapa saat yang lalu.Di kamar lantai atas, kamar yang selalu menjadi tempat seorang gadis terlelap setiap malam, Cia tampak duduk termenung di depan cermin hias. Ia menatap pantulan dirinya yang sudah berbalut kebaya putih dengan tatapan kosong. Beberapa saat yang lalu, ia mendapat kabar bahwa keluarga Elgan sudah tiba. Cia meremas tangannya yang berada di atas paha. Ia gugup. Tidak lama lagi ia akan sah menjadi istri Elgan. Mengingat nama Elgan, Cia merasa gamang dengan pernikahan tersebut. Cia paham, bahwa ia dan Elga
Di pagi hari, sebelum matahari menampakkan dirinya, Cia sudah bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah samping dan menatap kosong ranjang di sebelahnya. Cia menggeleng saat pemikiran buruk tentang Elgan melintas di pikirannya."Apa malam ini dia tidak pulang?" Tanya Cia entah pada siapa.Cia mengkuncir rambutnya lalu membersihkan diri di kamar mandi.Beberapa menit kemudian, Cia sudah selesai mandi dan melaksanakan sholat subuh. Saat ini, ia sedang berkutat dengan masakannya. Cia merasa senang saat melihat bahan-bahan masakan yang sudah lengkap di lemari es. Jadi ia tidak perlu lagi pergi ke pasar untuk membeli bahan masakan. Cia sangat yakin pasti semua ini mama mertuanya lah yang menyiapkan, tidak mungkin Elgan yang melakukan ini semua, melihat wajah Cia saja dia enggan apalagi peduli dan menyiapkan semua ini.Pagi ini, Cia memasak makanan yang dulu sering ia buat bersama mamanya, nasi goreng spesial. Cia sudah menyajikan dua p
Cia menatap nanar punggung Elgan yang menghilang di balik pintu. Cia menghela nafas lelah. Ia tidak menyangka Elgan akan pergi begitu saja tanpa mau memakan masakannya. Berbagai macam pertanyaan melintas di pikiran Cia. Bagaimana bisa Elgan pergi tanpa makan siang terlebih dulu? Mengapa pria itu menolak ajakannya? Apa Elgan sangat bencinya hingga makan bersamapun ia ogah? Kemana pria itu akan pergi dengan kondisi wajah yang belum membaik? Entahlah. Cia tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.Lagi-lagi Cia menghembuskan nafasnya sembari menengadah. Untuk kedua kalinya ia makan seorang diri di meja makan tanpa ditemani siapapun. Makanan yang awalnya terasa lezat di mulut Cia, kini terasa hambar. Sup yang ia cicipi terasa lezat beberapa saat yang lalu kini terasa berbeda di lidahnya. Semuanya, Cia merasa tidak enak dengan semua yang terjadi. Walaupun makanan tersebut terasa hambar di lidahnya, namun ia tetap harus makan. Ia butuh energi untuk menghilangkan semu
Seringai tipis terukir di bibir Elgan. Matanya yang tajam membuat siapa saja akan yakin kalau pria ini benar-benar mengerikan. Termasuk cara berpikirnya yang kadang sulit untuk dimengerti. Termasuk Niko, ia tidak mengerti bagaimana jalan pikir sahabatnya itu. Bagaimana bisa Elgan melakukan semua itu pada Cia? Atas dasar apa sebenarnya Elgan melakukannya hingga dia benar-benar ingin membuat Cia menderita? Semua pertanyaan itu hanya Elgan lah yang dapat menjawabnya dan Niko sebagai sahabatnya akan berusaha agar Elgan mau menjawab semua pertanyaan itu dan ia benar-benar mengerti dengan alasan yang Elgan berikan."Tapi, kenapa lo lakuin itu? Gue yakin dan percaya, lo juga sadar kalau semua yang lo lakuin itu salah." Ujar Niko semakin dalam."Iya, gue tau gue salah, tapi yang lebih salah itu dia. Kenapa dia masuk ke kehidupan gue?! Gue ngerasa terusik dengan kehadiran dia!" Ujar Elgan tajam.Niko langsung membantah perkataan Elgan."Tapi lo sendirikan juga tau kal
Hingga pagi menjelang, sepasang suami istri itu masih tidur dengan saling berpelukan. Elgan memeluk erat pinggang Cia yang terasa pas di tangannya. Dagunya bertumpu pada puncak kepala Cia. Wangi rambut Cia yang menenangkan membuat tidur Elgan menjadi lebih nyenyak. Begitupun dengan Cia, lengannya juga masih memeluk tubuh kekar Elgan. Kaki jenjangnya di lilit oleh kaki Elgan, namun hal itu tidak membuat tidurnya terganggu. Tadi malam, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, Cia tersenyum saat Elgan pelukan mereka. Wajah Cia tepat berhadapan dengan dada bidang Elgan. Keningnya pun sudah menempel di dada bidang pria itu. Sungguh luar biasa kedua ciptaan tuhan ini. Mereka sangat cocok jika dalam keadaan tidur maupun tidak. Malam ini mereka benar-benar terlihat seperti pasangan pada umumnya.Matahari sudah mulai timbul dan memancarkan sinarnya. Secara perlahan cahaya mulai masuk ke dalam kamar pengantin baru itu m
Elgan mengurungkan niat awalnya yang ingin membuat sarapan. Ia malah jadi terhipnotis melihat Cia yang menari hingga suara musik berhenti. Musik telah berhenti namun Elgan masih berdiri ditempatnya.Cia merasa kepanasan setelah menarikan dua judul lagu sekaligus. Ia memperbaiki kuncir rambutnya yang mengendur sambil membalikan badan dan langsung tersentak saat melihat Elgan yang berdiri tidak jauh darinya. Masih dengan posisi menguncir rambutnya, Cia menyergit bingung menatap Elgan.Ngapain Kulkas Rusak itu disini?, Cia membatin.Cia menurunkan tangannya saat selesai dengan rambutnya."Heh ngapain lo disitu?" Tanya Cia menyadarkan Elgan.Elgan tersadar dari lamunannya. Ia mendengus tak suka mendengar suara Cia yang tak bersahabat.Kenapa sih gue?,Ia kembali memasang tampang seperti semula. Wajah datar nan dingin kembali mendominasinya."Eheem...." Cia berdehem."N
Niko mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan sedang melalui lika-liku jalan raya. Pandangannya fokus ke depan dan bibirnya ditarik tertahan agar tidak menunjukkan senyum manisnya yang akan membuat gadis di sampingnya semakin kesal. Sejak ia mencium Nadin di depan umum tadi, gadis itu menatapnya dengan tajam. Namun, karena Niko menertawakannya, Nadin jadi kesal melihat Niko yang sepertinya sengaja ingin membuatnya malu. Dan sekarang, berakhir lah Niko dengan senyum tertahannya setelah mendengar ancaman Nadin. Di mana gadis itu tidak akan bicara dengannya selama satu tahun ke depan jika Niko masih saja menertawakannya.Niko melirik Nadin yang sedang duduk serong kearahnya sambil menatapnya kesal."Udah ya Nad, jangan ngambek lagi..." Niko mengusap puncak kepala Nadin sekilas."Kamu sih buat badmood aja, ngeselin banget tau gak." Nadin memperbaiki duduknya menghadap depan."Kan aku cuma becanda, aku tuh nyium k
Setelah kepergian Elgan dari ambang pintu, Cia dan Lira kembali melanjutkan acara masak-masak mereka. Diam-diam Cia tersenyum melihat sisi lain dari Elgan selain tampang datarnya. Ternyata di balik wajah angkuhnya, Elgan merupakan seorang anak yang perajuk dan manis.Lira dan Cia sudah selesai memasak dan menghidangkan makan malam di meja makan saat Elgan tiba di ruangan itu. Disana Elgan bisa melihat Cia dan mamanya sudah duduk menunggu dirinya di kursi makan yang hanya terdapat empat kursi.Elgan menatap Cia yang kini juga menatapnya membuat pria itu lekas-lekas mengalihkan tatapannya ke arah lain."Sini, Nak, duduk di samping Cia." Suruh Lira mengintruksi Elgan yang sempat terdiam.Melihat tatapan Lira yang penuh harap, membuat Elgan tidak dapat menolak perintah mamanya itu. Akhirnya dengan berat hati, Elgan pun duduk di samping kursi Cia yang berhadapan dengan mamanya.Penurut juga lo, Cia membatin ketika melihat Elgan duduk di sampingny