Share

My Boss My Enemy
My Boss My Enemy
Author: nilaneiill

Bab 1

Kallica mengambil pekerjaan paruh waktu setiap hari minggu. Biasanya pekerjaan yang diterimanya adalah menjadi anggota harian katering. Karena dari hari Senin sampai jumat dia sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai Office Girl.

Hari ini katering tempat Kallica bekerja mendapatkan pesanan di salah satu gedung. Kallica beserta teman satu kos-nya bernama Jasmine sudah berada di tempat yang telah ditentukan. Mereka pun sudah berdiri di stand mereka. Namun, sebelum acara dimulai, gadis itu ingin ke kamar mandi dan sudah kebelet sekali.

"Gua ke kamar kecil dulu Jasmine,"ucap Kallica dengan wajah memelasnya.

Jasmine memutar bola mata sinis, dia tahu apa yang akan dilakukan teman-nya itu.

"Jangan lama,"kata Jasmine mengancam.

Dengan tersenyum manis-semanis gula aren gadis itu berjalan mendekati Jasmine, lalu mencium ringan pipi sahabatnya. Kallica berlari kecil menuju toilet yang tepat berada di depan pintu masuk. Karena tidak terlalu fokus tiba- tiba Kallica berteriak dan terkejut. Yang dirasakan oleh gadis itu adalah benda keras menabrak tubuhnya. Dia limbung lalu terjatuh, yang mendarat pertama adalah bokong Kallica, sampai dia mengernyit sakit.

"Maafkan saya, Mbak," kata seseorang yang baru saja ditabrak oleh Kallica.

Pria itu mengulurkan tangan berniat membantu Kallica untuk dapat berdiri kembali. Mata mereka saling bertemu dan membuat Kallica tersipu malu di balik masker yang menutupi wajahnya.

"Tampan sekali," ungkap nya di dalam hati.

Saat Kallica menerima uluran tangan pria tersebut, tanpa disadari detak jantungnya berpacu semakin cepat. Dia tidak berhenti tersenyum malu. Gadis itu bersyukur karena masker yang melekat di wajah bisa menutupi semuanya.

Pria asing itu kembali berkata,"Maafkan saya, Mbak."

Kallica menggeleng cepat, lidahnya terasa kaku walau hanya sekedar mengatakan jika dia baik-baik saja. Hanya gerakan tangan yang mampu diperlihatkan gadis itu.

"Jika nanti terasa nyeri, anda boleh menghubungi saya. Ini kartu nama dan nomor telpon saya."

Tanpa pikir panjang Kallica langsung meraih menerima kartu nama dari pria asing itu.

"Kavindra Devan Halim," bisik Kallica seperti jampi-jampi.

"Ba-" Belum sempat Kallica mengatakan terima kasih, pembicarannya dengan pria bernama Kavindra terpotong oleh seseorang di balik tubuhnya.

"Kak Dev, ayo cepat! Acaranya sudah mulai sejak tadi, nanti sesi foto dan babibunya akan berakhir."

Jika suara Kavindra membuat Kallica bergetar malu. Berbeda saat Kallica mendengar dan melihat pria yang baru saja menghampiri mereka. Jika tatapan Kallica yang sejak awal begitu lembut, seketika berubah sadis menatap pria yang baru datang itu. Pria tersebut menatap Kallica sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kepada Kavin

"Bara "Siluman Babon" Evano Adinata," ucap Kallica sangat pelan dengan penuh penekanan.

"Gua pikir lu sudah mampus di luar negeri,"kata Kallica menambahkan begitu pelan dengan gigi bergemelatuk.

Kening pria yang bernama Bara itu mengernyit. Matanya menatap intens ke arah mata Kallica. Kali ini, gadis itu yang mengalihkan tatapannya.

***

Kallica berjalan keluar dari kamar kos-nya. Hari ini dia memilih memesan ojek online, walaupun sedang tidak enak badan dia tidak ingin mengambil jatah libur. Setidaknya kalau dia tetap datang ke kantor, lalu menolong beberapa karyawan yang ingin membeli makanan. Kallica bisa mendapatkan tips yang lumayan untuk biaya sehari-harinya.

Dari kumpulan tips itu lah saat dia pulang dia bisa membeli nasi bungkus, susu, dan beberapa cemilan untuk penunjang tubuhnya agar tetap bugar.

Gadis itu bekerja sebagai Office Girl di salah satu hotel berbintang. Hotel ternama di kotanya, yaitu "Ocean Atlantik Hotel". Dia sudah cukup lama bekerja di sana, karena lingkungan kantor yang membuatnya nyaman dan enggan berhenti dari sana.

"Kallica," panggil bu Adek.

"Ya, Bu,"jawab Kallica cepat.

"Kira-kira lima belas menit lagi antarkan minuman ke ruangan pak Egit. Ada tamu besar yang akan datang," tegas bu Adek memberi perintah.

Secepat itu juga anggukan Kallica menerima perintah dari atasannya.

"Untuk berapa orang, Bu?"

"Untuk empat orang. Oh ya, apakah kamu sudah membersihkan ruangan karyawan lainnya?"

"Sudah, Bu" jawab Kallica cepat dan mengangguk.

"Jangan sampai ada yang terlewatkan," pinta bu Adek memastikan.

"Sudah beres semuanya, Bu. Memangnya ada apa?"tanya Kallica bingung.

Tidak biasanya bu Adek akan secerewet ini. Biasanya setiap pagi dia akan menyapa Kallica seperti biasa, lalu menanyakan keadaan, dan yang pastinya dia selalu yakin dengan kinerja Kallica beserta teman-temannya.

Helaan napas bu Adek terdengar keras dan terdengar sangat frustasi di telinga Kallica. Membuat gadis tersebut tersenyum geli sambil menatap atasannya itu.

"Yang datang kali ini adalah pemilik hotel ini beserta anaknya."

"Loh, bukannya pak Egit yang boss besar kita?"

Buk Ade mengernyit." Pak Egit orang kepercayaan dari boss besar. Karena anak-anak pak Boss besar masih belum bisa diberi amanat untuk mengelola hotel ini. Jadilah Pak Egit yang menghandle hotel ini dan beberapa cabang lain."

Kallica mengangguk pura-pura paham. Sebenarnya dia juga tidak peduli apalagi tertarik, karena saat melamar pekerjaan di sini pun dia tidak membaca secara mendetail tentang hotel yang sedang dilamarnya. Dia sama sekali tidak peduli,  yang penting mendapatkan pekerjaan secepat mungkin.

"Sepertinya kita akan mendapatkan boss baru. Mungkin anak dari pemilik hotel ini sudah bisa menerima amanah dari orangtuanya," tutur bu Adek menambahkan. Namun, semakin membuat Kallica tidak tertarik.

Dunia orang kaya beserta garis keturunan mereka yang tiada henti. Kalau di selidiki sampai ke nenek moyang mereka, membuat urat kepala Kallica merenggang seperti senar gitar.

"Sayang sekali kalau pak Egit tidak bersama kita. Boss baru belum tentu sebaik pak Egit,"gumam Kallica penuh kecewa.

Seperti yang telah disampaikan tadi, bahwa semua karyawan dan pekerja di hotel ini sangat baik menurut Kallica. Dia sama sekali tidak menemukan perbuatan atasan yang tidak baik kepada bawahan seperti mereka.

"Diam,"cetus bu Adek sambil meletakan telunjuk di bibir dan hidungnya.

"Jangan keras-keras nanti kedengaran calon bos, bisa dipecat kita." Bu Adek menghentikan acara pergosipan bersama Kallica.

"Jangan lupa lima belas menit lagi," kata bu Ade mengingatkan Kallica sebelum berlalu dari hadapan gadis itu.

***

Sudah ada tiga orang berada di dalam ruangan Pak Egit ketika Kallica mengantarkan minuman. Pak Egit yang pasti, bu Adek dan seorang pria yang sudah berumur, tapi tidak memudarkan wajah tampannya.

Kallica mengangguk ke arah pria yang dia tebak seumuran dengan papanya. Senyuman ramah dan manis  diperlihatkan saat menyapa Kallica.

Jarak mereka semakin dekat, lalu Kallica meletakan minuman di atas meja. Seketika kening gadis itu mengernyit dan nampak berpikir keras. Wajah pria pemilik hotel tersebut mengingatkan Kallica kepada teman SMA yang sangat dibencinya.

Tman yang baru saja ditemuinya kemarin, walau mereka belum sempat bertegur sapa.

"Tidak mungkin dia," pikir Kallica.

"Setahuku si 'gelatah babon' itu keluarganya pemilik rumah sakit. Namun, aku merasa wajahnya mirip sekali." Gadis itu berperang dengan pikirannya sendiri.

"Duh, Kallica," kata Kallica merutuk dirinya sendiri.

"Baru saja lu ketemu dia kemarin dan bisa-bisanya lu selalu menyamakan wajah semua pria yang lu temui dengan wajah Bara," ungkap Kallica menambahkan di dalam hati.

Sampai dia tidak mendengar lagi pak Egit memanggil namanya beberapa kali. Pikirannya sedang sibuk memikirkan persamaan Bara dengan pemilik hotel yang kental sekali kemiripan di antara mereka.

"Kallica," kata Pak Egit cukup keras.

Barulah Kallica tersadar dan menyesali perbuatan bodohnya. Seharusnya setelah mengantarkan minuman dia segera cepat keluar ruangan pak Egit. Bodohnya lagi dia malah berdiri diam seperti seorang penguping.

"Maaf pak, maaf," ucap Kallica malu.

"Maafkan pak Azka," sahut pak Egit kepada pemilik hotel.

Pria tua nan ganteng bernama Azka itu tersenyum memaklumi.

"Ini akibat kemarin bertemu dengan si Babon Kingkong itu, makanya penglihatan gua tidak berfungsi dengan benar," gumam Kallica di dalam hati.

Gadis itu berjalan cepat keluar dari ruangan pak Egit. Setelah menahan malu akibat kecerobohannya sendiri. Lalu, bunyi nampan besi yang sukses mendarat di atas lantai dengan suara yang memekak kan telinga. Beruntung bukan di dalam ruangan pak Egit melainkan di dekat pintu masuk lift kantor. Sehingga tidak menganggu rapat atasan Kallica di dalam ruangan.

Kallica pikir bokongnya akan mendarat indah di lantai,tapi lingkaran kuat dari tangan seseorang membuat gadis itu aman. Lingkaran atau lebih tepat sebuah pelukan di pinggang Kallica. Mata mereka saling bertemu dan memandang, detik demi detik berlalu sampai kesadaran gadis itu kembali.

"Tidak!"teriak hati Kallica keras dengan kening berkerut.

Bara, pria yang baru saja gadis itu pikirkan sedang memeluk erat tubuhnya. Menolongnya dari rasa sakit akibat benturan. Pria itu mengernyit dan menilai lalu pandangan Bara tidak lepas dari mata Kallica.

"Gunakan mata anda saat berjalan," cetus Bara mendesis sombong.

Bara segera melepaskan rangkulannya dari tubuh Kallica. Kallica juga enggan disentuh oleh musuh bebuyutan-nya ini. Gadis itu merapikan baju, atau lebih tepatnya menghapus bekas tangan Bara dari tubuhnya. Dia menepuk-nepuk keras bagian tubuh yang dipeluk oleh Bara. Membuat pria tersebut mengernyit tidak percaya.

"Bagaimana bisa seorang Office Girl begitu ceroboh. Jika nampan itu berisi makanan atau minuman, kau akan mengotori karpet ini," sindir Bara masih sedikit emosi dengan tatapan tajam.

Kallica memejamkan mata menahan emosi yang sudah menumpuk di ujung bibir. Susah sekali menyakinkan hati untuk sabar jika berhadapan dengan pria itu. Namun, sekali lagi gadis itu  mencoba dengan keras.

"Lu kudu sabar Kallica, lu butuh uang. kalau lu ngelawan ini manusia purba, lu akan kehilangan semuanya. Anggap saja dia kentut yang tidak ada wujudnya," ucap Kallica sekali lagi di dalam hati.

Gadis itu menghentak hentakan kaki ketika megambil nampan yang berada  dekat dengan kaki Bara. Rencana awal, Kallica ingin mengambil nampan itu langsung dengan tangan. Namun, karena berada di dekat kaki Bara, dia tidak ingin gerakannya seperti orang yang sedang bersujud kepada pria menyebalkan itu.

Lalu yang dilakukan gadis itu adalah menendang nampan menajuh dari Bara. Saat nampan tersebut sudah bergeser menjauh, barulah Kallica mengambilnya dengan tangan. Hal yang dilakukan Kallica seolah- olah menatang pria Bara dengan berani.

"Mau lu marah atau mereog, gua kagak peduli!"teriak Kallica di dalam hati.

Dengan tatapan mata membunuh,dia sengaja menantang Bara. Untung saja hanya mata Kallica yang bisa dilihat. Gadis itu memutar cepat kepalanya seperti anak kecil yang sedang bertengkar dengan teman sepermainan. Kallica berlari meninggalkan Bara dengan mulut pria itu masih menganga tidak percaya. Pria tersebut tidak bisa mengatakan apa pun, karena tindakan menantang yang baru saja dilakukan pegawai papanya tersebut.

Bara menggeleng pelan memikirkan apa yang barus saja terjadi. Dia tidak menyangka bahwa salah satu pegawai di sini begitu berani menentangnya.

"Kau berani menantangku gadis kecil. Akan kupastikan kau menyesali perbuatanmu ini,"gumam Bara dengan senyuman miring.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status