Share

MBF-9

Kini aku sudah berada di rumah Bisma. Tepatnya, duduk sembari mengerjakan laporanku di meja makan rumah Bisma. Sementara Bisma, kini ia tengah asyik berbincang di ruang tamu bersama clientnya. Sejak hampir satu jam yang lalu mereka bicara di sana. Tak lama kemudian, ku dapati sosok Bisma sudah duduk tepat di samping kananku.

"Sampai mana?" tanya Bisma ketika aku asyik membaca jurnal di tanganku.

"Lagi mikir soal tabel ini, nuanginnya ke laporan gimana ya?" tanyaku sembari memperlihatkan bagian yang tak ku mengerti

Bisma mengambil alih kertas di tanganku. Sebelumnya, ia menyodorkan segelas jus jambu merah ke hadapanku yang langsung saja ku teguk hingga tinggal setengahnya saja.

"Oh.. kamu bikin aja tabelnya dulu, terus kamu jelasin bagian ini, begini..."Bisma menjelaskannya panjang lebar sembari membuat corat-coretan rancangan untuk aku tulis di laptopku.

Okey. Aku menemukan sosok baru lagi dalam dirinya. Cerdas. Dia terlihat begitu fasih menjelaskan tabel itu padaku. Aura kecerdasannya begitu kental. Tak salah jika omzet perusahaannya meningkat hampir 30% setelah ia menjabat menjadi CEO sejak dua setengah tahun lalu.

Ketika aku hendak menulis, Bisma menahan tangan kananku. Aku mengalihkan pandanganku padanya.

"Habiskan dulu minumnya! Nanti dehidrasi." suruhnya lembut.

Setelah menghabiskan minumanku, aku kembali menatap Bisma.

"Makasih ya Bis." ujarku.

Bisma tersenyum kemudian membiarkanku kembali melanjutkan tugasku.

Waktu menunjukkan pukul 17.10. Aku baru saja men-shut down laptopku dan membereskan kertas-kertas laporanku. Aku beralih ke ruang tamu. Menunggu Bisma yang tengah mandi di kamarnya. Tak lama kemudian Bisma muncul dari atas tangga menggunakan kaus lengan panjang berwarna biru dongker dan celana panjang jeans. Ia berjalan ke arahku.

"Makan malam disini sekalian aja ya? Kalo mau mandi pakai saja kamar yang kemarin. Soal baju ganti, nanti aku yang urus." Bisma.

Aku menggeleng cepat.

"Enggak deh. Aku mandi sama makan di rumah aja." Balasku.

"Kenapa?" Bisma.

"Nggak papa.. pengen aja." aku sembari tersenyum.

Bisma mengangguk paham kemudian berjalan beriringan denganku menuju halaman rumahnya. Dia mengantarkanku pulang dengan mobil kesayangannya, Mercedez-Benz warna hitam.

"Sabtu depan ada acara?" tanya Bisma saat kami berada di mobil.

Aku menggeleng.

"Kenapa?" tanyaku.

"Temani aku datang ke pernikahan sahabatku. Di Bali. Acaranya Sabtu malam, jadi kita harus menginap." Bisma.

Aku menatapnya tak percaya. Bali?

"Ah aku tidak bisa. Seninnya aku ada jam pagi." balasku.

"Kita bisa pulang Minggu siang atau sore. Sekalian liburan. Kamu jarang liburan kan?" Bisma.

Ya..aku memang jarang liburan. Aku biasanya menghabiskan akhir pekanku di rumah, atau sesekali jalan dengan Fany ke pusat perbelanjaan tak jauh dari rumahku. Aku melakukannya karena aku suka. Aku selalu menikmati saat-saat dimana aku bisa bersantai ria di kamarku. Bebas dari tugas dan jam kuliah yang mengekang.

"Tapi nanti kalau Ayah nggak kasih izin?" tanyaku.

Bisma menoleh ke arahku sebentar sembari tersenyum.

"Biar aku yang bicara sama Om Yusuf. Semua aku yang urus. Kamu tinggal berangkat aja. Gimana?" Bisma.

Tanpa berpikir panjang, aku mengangguk setuju. Mungkin dengan liburan aku bisa sedikit meringankan beban di otakku yang penuh dengan materi perkuliahan.

*

Satu minggu berlalu. Aku dan Bisma sekarang sedang berada di sebuah mobil menuju hotel tempat kami akan menginap.

"Hotelnya deket pantai kan Bis?" tanyaku antusias.

"Iya. Hampir semua hotelku yang di Bali berada tak jauh dari pantai." Bisma.

Hotelnya? Ternyata kami akan menginap di hotelnya? Hotel keluarga Renandi tepatnya.

"Dan yang akan kita tempati nanti adalah salah satu hotel terbaik di Bali. Jadi kamu tak usah khawatir. Aku yakin kamu bakalan suka." tambah Bisma.

Mulutku menganga mendengar ucapan Bisma. Ku rasa liburanku kali ini akan jadi liburan terindah dan termahal selama 20 tahun aku terlahir ke dunia.

Benar saja. Bisma menghentikan mobilnya di sebuah hotel mewah. Dia segera keluar dari mobil dan akupun mengikutinya. Bisma memberikan kunci mobilnya pada seseorang berseragam hitam kemudian menggandengku memasukki hotel itu. Koper kami? Tentu saja, beberapa orang sudah mengurusnya dan mereka bilang koperku akan sampai sebelum aku memasuki kamarku nanti.

Tak perlu reservasi. Bisma hanya tinggal meminta dua kunci kamar yang nomornya berurutan kemudian memberikan salah satunya padaku.

"Kamar kita di lantai dua. Ayo!" ujarnya kemudian berjalan santai mendahuluiku.

Aku berlari kecil untuk menyetarakan langkah kami kemudian berjalan beriringan dengannya. Aku membuka pintu kamar hotel yang akan ku tempati hingga besok siang. Aku menganga tak percaya dengan apa yang ku lihat sekarang. Sebuah kamar yang ku yakini ini adalah suite room yang harga per malamnya pasti lebih dari 10 juta. Besarnya mungkin tiga kali lebih besar dari kamarku.

Setelah cukup puas berkeliling kamar, aku menata pakaianku di almari dan kemudian merebahkan tubuhku di tempat tidur. Aku memejamkan mata dan terlelap ke alam bawah sadarku.

Deringan ponselku memaksaku kembali ke dunia nyata. Aku membaca sekilas nama yang kini tertera di layar handphoneku itu.

Bisma.

"Hallo."

"Kenapa lama sekali?"

Aku menyeritkan alisku sembari menyandarkan punggungku.

"Apanya?"

"Astaga! Jadi kamu belum buka pesan dariku?" terdengar suaranya yang mulai kesal.

Aku semakin menyerit bingung. Apakah sesuatu yang penting?

"Dan sekarang...suaramu seperti orang baru bangun tidur. Kau belum mandi dan bersiap?"

"Bersiap kemana sih? Bukankah acaranya nanti malam?" bingungku.

"Kita akan keluar mencari angin segar. Cepat mandi dan bersiap!" balasnya dengan suara dingin.

Aku menghela napas kemudian memutuskan sambungan telepon kami.

Aku mengecek aplikasi What's App dan menemukan banyak pesan dari Bisma. Ternyata sedari tadi ia telah menunggu di depan kamarku.  Aku merasa bersalah padanya. Seorang Bisma rela menunggu begitu lama di depan pintu hotel gadis sepertiku?

"Kembalilah ke kamarmu dulu! Aku akan menghubungimu setelah aku siap."

Setelah memencet tombol send, aku segera meletakkan handphoneku di nakas kemudian beralih ke kamar mandi.

Tiga puluh menit berlalu. Aku keluar dari kamar hotelku dan menemukan Bisma berdiri tepat di hadapanku. Dia menatapku datar. Mungkin karena kecerobohanku tadi.

"Maaf tadi aku benar-benar lelah jadi ketiduran." ujarku dengan nada begitu tulus.

Bisma mengangguk. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia menggandeng tanganku dan menarikku.

"Eh!" aku sempat tersentak namun detik berikutnya aku menyamakan langkahku dengannya dan berjalan ke arah lift.

Aku harap dia tidak marah.

*

Bisma menghentikan langkahnya saat kami tiba di tepi pantai. Dan lagi, aku di buat terpesona oleh apa yang ada di hadapanku kini. Pantai berpasir putih yang tak begitu ramai, seakan ini adalah pantai pribadi. Bisma melepas gandengan tangannya kemudian menatapku.

"Gimana? Bagus kan?" tanyanya.

Belum sempat aku menjawab, ia kembali mengeluarkan suaranya.

"Ya anggap aja pantai ini bagian dari hotel, jadi nggak sembarangan orang yang bisa kesini." terangnya seakan menjawab pertanyaan dalam benakku.

“Keren banget, Bis. Serius aku belum pernah ke pantai yang kayak gini." ujarku.

Bisma tersenyum kemudian kembali menggandeng tanganku berjalan ke arah air.

Dia membawaku berjalan menyusuri pantai pasir putih ini dengan deburan ombak yang sesekali menyapu melewati kaki kami. Sesekali ia mengerjaiku dengan mencipratkan air padaku, dan aku membalasnya dengan mendorong tubuhnya hingga ia jatuh ke air. Kami tertawa menikmati hari yang kian sore, dan matahari yang seolah berjalan ke arah persembunyiannya.

"Sebenernya aku pengen ngajak kamu lihat sunset, tapi kayaknya waktunya nggak nyampe karena kita harus sudah sampai tempat resepsi jam tujuh malam. Cari makan aja yuk!" ujarnya setelah melirik arloji mahal di tangannya.

Aku mengangguk antusias dengan ajakannya.

"Tapi mandi dulu aja deh. Pakaian kita juga basah. Tapi nggak usah dandan dulu kamu! Cukup mandi dan pake baju simple aja!" Bisma.

Aku kembali mengangguk. Detik berikutnya ia menarik tanganku untuk kami kembali ke kamar hotel masing-masing.

❤❤❤

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status