Ditengah hiruk-pikuk kehidupan kampus, Cherie, mahasiswi cantik semester tiga itu, ternyata memiliki rahasia yang tak terduga: dia adalah sugar baby yang menjalin hubungan dengan pria kaya untuk menunjang kebutuhan hidup. Namun, rahasia ini membawanya pada dilema yang rumit. Pasalnya, dia mulai mencintai sugar daddy-nya, Axel Frost, seorang pria yang dingin, kompleks dan problematik. Sementara itu, logikanya menuntunnya untuk memilih cowok sebayanya, yang mungkin tidak bisa menawarkan kemewahan materi, tapi mampu memberinya kenyamanan dan kepastian yang ia cari. Pada akhirnya, Cherie harus berhadapan dengan pertanyaan besar. Pada siapakah hatinya akan memilih?
View More“Nggak ada yang boleh keluar sampai dia mendapat giliran,” Jason menunjuk Cherie beranjak dari pangkuan Rio. “Sorry, tapi memang begitu aturannya. Right, guys?” Sahutnya lagi sambil mencari pembenaran pada teman-temannya. Tentu saja, para keparat itu mengangguk mengiyakan. Mau tidak mau, Cherie kembali duduk diatas pangkuan Rio lagi. “Setelah mendapat giliran, kita baru bisa keluar dari sini,” Bisik Rio pada Cherie.Cherie menggeram, menahan diri untuk tidak menjambak cowok itu. Sudah tahu teman-temannya itu sakit jiwa, kenapa juga masih ditemani? Dan permainan ini. Kalau sejak awal dia tahu permainan itu bisa jadi segila ini, kenapa dia nggak ngajak cabut dari tadi? Apalagi tadi Cherie juga sudah memberi kode untuk mundur teratur, tapi si sok jagoan itu malah mengabaikannya. Sekarang, kalau sampai benda laknat itu sampai mengarah pada salah satu atau kedua dari mereka, kan yang paling dirugikan adalah Cherie!Jason memutar spinner itu lagi. Dan kali ini, anak panah itu berhenti pa
“Sayang,” Cherie menyerahkan gelas berisi sampanye itu pada Rio. Lalu, dengan SANGAT TERPAKSA, mengikuti permintaan cowok itu untuk duduk di atas pangkuannya. Sedetik kemudian, orang-orang di dalam ruangan itu ramai menyapa sepasang kekasih yang baru datang itu.“Sabrina!” “Jeffrey, my man!” “Hi, guys!” Sapa cewek itu sambil cipika-cipiki dengan teman-temannya, sebelum menyalami pasangan yang baru tunangan itu. “Congratulations, love birds!”Janis, si calon mempelai perempuan yang punya hajatan itu membalas, “Thanks, Sab. Tapi, bukan cuma kami yang love birds disini. Say congrats untuk Rio dan tunangannya, Jasmine!” ucap cewek itu sambil menunjuk Rio dan Cherie dengan suara sekeras toa masjid, seakan sengaja membuat tontonan menarik disini. Teman-temannya pun ikut teriak menyoraki.Sabrina, target operasi mereka malam ini, menatap ke arah Rio dan Cherie dengan tatapan sinis. Lalu, matanya berhenti berhenti untuk menguliti Cherie dari kepala sampai kaki. Sambil tersenyum miring, dia
“Aku mencintaimu, Naira. Aku benar-benar hampa tanpamu. Setiap nafasku adalah doa untukmu kembali.”Kata-kata itu menempel seperti daging yang melekat pada tulang di ingatannya. Suara paraunya yang terdengar penuh kerinduan itu seolah masih terdengar di telinganya. Begitupun dengan pelukan di pinggangnya, dan air mata yang menetes di lekukan lehernya. Semua itu masih begitu terasa nyata, bahkan nyaris masih bisa ia rasakan. Walaupun kata-kata itu jelas bukan ditujukkan untuknya, namun tetap saja, sepanjang hari ini kalimat-kalimat itu terus berputar seperti kaset rusak di dalam kepalanya. “Jasmine? Hey! Kau mendengarku?” Jentikan jari cowok itu sukses membuyarkan lamunan Cherie.Cherie yang baru tersadar, kontan memasang muka bego. “Ya? Sorry, gimana?” Rio, cowok yang menggunakan jasanya malam ini kontan melotot. “Kamu dengar nggak sih, apa yang kukatakan barusan?” Tanya cowok itu. Nadanya ngegas.“Pura-pura jadi tunanganmu, selalu memegang tanganmu kemanapun, panas-panasin mantanmu
Sepulang kerja, tepat pukul 9 malam, Cherie sudah berada di depan Sapphire Bliss. Dia sedang mencari jejak Ax saat sorotan lampu mobil tiba-tiba berkedip ke arahnya, dan dia bisa langsung mengenali itu adalah tanda dari Ax.Seperti maling kutang yang mengendap-endap, setelah memastikan tidak ada yang melihatnya, Cherie melangkah cepat menuju BMW hitam Ax yang tampan.“S..selamat malam,” Sumpah demi apapun, Cherie tidak pernah membayangkan berdua dengan Ax di dalam mobil akan secanggung ini. “Kita mau kemana?”Ax hanya meliriknya sebentar sebelum menancapkan gas, “Tempat dimana kita bicara dengan tenang,” Saat itu, di bayangan Cherie, Ax akan membawanya ke coffee shop 24 jam. Ternyata, tempat yang tenang versi Ax itu sama sekali di luar nalarnya. Ax membawanya ke sebuah BAR! Ini judulnya mau bicara atau mabuk-mabukan?!“Pak, ini katanya-”“Since I officially will be your client tonight, tolong jangan panggil saya Pak.” Ucap cowok itu dengan nada yang tak mungkin bisa didebat. “Just A
“Cherie!” Suara lelaki itu menggema di lorong kampus. Cherie yang terkejut, kontan berbalik badan. Dan ia menemukan cowok yang ditemuinya di kantin kemarin sedang berlari ke arahnya. Aiden. Cowok itu mau apa? “Apa, sih? Pakai teriak-teriak segala!” Protesnya saat cowok itu sudah berdiri di hadapannya. “Sorry,” Cowok itu menggaruk kepalanya dengan gaya yang sangat manis dalam perspektif Cherie. “Habis, tadi kamu jalannya cepat banget, sih.” “Kamu, kamu! Aku kakak kelasmu tahu!” Cherie merengut. “Ada apa, sih?” “Hmm, nggak apa-apa. Kamu mau kemana, Cherie?” Wow, cowok itu sudah berani memanggil namanya tanpa embel-embel ‘kakak’ sekarang. “Kantin, kenapa?” “Sama. Makan bareng, yuk?” Wow, sekarang dia bahkan berani mengajaknya makan siang bersama. Cherie menyipitkan mata, “Apa, sih? Kamu kalah taruhan lagi? Cari objek lain sana. Saya nggak mau jadi mainanmu,” “Eh, anu..” Aiden langsung berjalan cepat mengimbangi langkah Cherie yang nyelonong pergi. “Maaf, kemarin aku memang k
Siang itu, Cherie sedang berada di kantin kampus bersama Maya, teman satu kampusnya, yang juga merupakan barista di Sapphire Bliss, kafe tempatnya bekerja. Setelah selesai kelas, mereka bertemu untuk makan siang sebelum berangkat ke kafe bersama.Cherie sedang menertawakan guyonan Maya tentang manajer mereka saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, “Permisi, kak,” Cherie langsung menoleh pada sumber suara. Dibelakangnya, seorang laki-laki berparas tampan, yang Cherie kenal sebagai cowok paling populer di kampusnya itu sedang menatapnya. “Ya?” Tanya Cherie bingung. “Hmm.. Boleh kenalan?” Tanya anak laki-laki itu, sementara Maya, yang sedang menyedot es tehnya, langsung nyembur. Cherie dengan wajah bingung sekaligus terkesima pada sosok cowok di hadapannya itu langsung menyodorkan tangan. “Cherie,” Cowok itu tersenyum manis lalu menjabat tangannya. “Aiden.” Tentu saja, Cherie sudah tahu namanya. Adik kelasnya itu bahkan masih jadi trending topic di kalangan cewek-cewek seangkatanny
“Mau cerita apa yang terjadi semalam?” Tanpa tedeng aling-aling, Jessi yang baru saja tiba, langsung bertanya pada Cherie yang saat itu sedang numpang tidur siang di kostnya.Cherie menjawab singkat dengan nada malas. “Dia bajingan,” Sementara, Jessi panik bukan main. “Cher, sebenarnya kamu itu diapain?!”Menit-menit berikutnya pun berisi tentang penjelasan Cherie. Dimulai dari cerita dinner 10 jutanya dengan Ax yang berujung bad trip, serta kronologis tadi malam, tentang apa yang sebenarnya terjadi.(FLASHBACK ON)“Percayalah saja padaku, oke?” Ax berkata, seolah memiliki ide cemerlang untuk mengeluarkan mereka dari sini. Seperti dihipnotis, Cherie langsung menurut. Sebenarnya, bukan hanya Ax yang muak dengan situasi ini, Cherie juga. Namun, yang Cherie tidak sangka, pada detik berikutnya, Ax malah menciumnya. Tidak. Sebenarnya, yang mereka lakukan itu cuma pura-pura. Dibalik tangan Ax yang besar, ciuman itu hanyalah sandiwara. Namun, tetap saja Cherie tidak habis pikir pada isi k
Siang itu, di kost Jessi, Cherie tengah berkutat dengan tugas rutin mingguannya – memotret kakinya dengan cat warna kuning, sesuai request Om Kaki. Setelah transaksi jual beli foto kaki itu selesai, tiba–tiba Jessi berkata pada Cherie, “Cher, siap-siap. Kita double date malam ini!” Deg. Maksudnya, double date yang pernah diusung sugar daddy-nya Jessi minggu lalu?! “Double date sama daddy Tata-mu?” Cherie memastikan. Sambil sibuk mengacak lemari, Jessi mengangguk. “Iyalah, siapa lagi? Aku sama Mas Tata. Kamu sama.. Siapa waktu itu? Mister..?” Cherie menghela napas pasrah. “Mr. X?” “Nah, iya, itu! Jadi, malam ini agendanya dinner, terus karaoke-an.” Jessi melempar dress hitamnya yang gonjreng. “Nih, pakai ini,” “Jess, kita mau karaoke apa mau dangdutan?!” ** Tepat pukul 7 malam, Cherie dan Jessi pun tiba di tempat yang sudah dijanjikan, sebuah restoran private dining bergaya jepang yang menyediakan fasilitas karaoke di dalam ruangan. “Hey, girls!” Tata, sugar daddy-nya Jessi ya
Ada pepatah yang mengatakan kalau uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Bagi Cherie, pepatah itu bohong, muna, dusta. Buktinya, dengan uang sepuluh juta itu, Cherie bisa membeli kebahagiaannya – membayar tagihan rumah sakit ibunya yang sudah menggunung jumlahnya, membayar tunggakan sewa rumah yang menumpuk sejak lama, serta membiayai reparasi atap rumah mereka yang bocor, sehingga penghuni rumah bisa tinggal dengan tentram dan nyaman. Semua itu hanya bisa ia dapatkan dengan UANG! Jadi, persetan dengan kata pepatah yang bilang bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Baginya, kebahagiaan adalah ketika dia mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Namun sayangnya, euforia kebahagiaan itu membuatnya lengah. Saat ini, di meja makan, ibu dan adiknya tengah menyidangnya. Tampaknya, mereka mulai curiga darimana Cherie bisa mendapatkan uang sebanyak itu secara tiba-tiba. “Benar, uang yang kamu dapatkan ini hasil kerjamu sebagai barista, nak?” Cecilia Norai, ibu Cherie bertanya den
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.