Share

04. Menginap

Jena menghentikan langkahnya menuju kamarnya saat melihat Tara yang baru keluar kamarnya dengan pakaian rapi dan kunci mobil yang berada di genggamannya, "Lo mau kemana? Katanya libur kerja."

"Mau ngapelin Irena"

“Gak jemput Yeri?” Ucap Jena. Tara menepuk jidatnya, dia lupa akan rutinitasnya menjemput Yeri. Mampus, rutuknya dalam hati. Akhirnya Ia bergegas menjemput Yeri. Namun, saat Tara melewati ruang keluarga, Ia melihat Yeri sudah berada dirumah. Duduk dengan tegak disofa dan pandangan lurus kedepan. Dahi Tara berkerut bingung. Pasalnya, Televisi dihadapan Yeri tidak menyala tetapi Yeri masih saja memandang televisi dengan tatapan yang Tara juga tidak mengerti.

“Yeri, lo pulang sama siapa tadi?” tanya Tara. Namun Yeri tetap diam tidak menjawab. Tara merasa ada yang aneh dengan adik nya. Wajah Yeri pucat. "Yeri, lo sakit?" Tanya Tara khawatir, ia ingin menempelkan punggung tangannya ke dahi Yeri dengan maksud memeriksa suhu tubuhnya.

Belum sempat Tara memeriksa dahi adiknya, suara pintu yang dibuka dengan keras terdengar oleh indera pendengarannya. Di ambang pintu, terlihat Yeri dengan wajah kesalnya dan tangan yang terlipat di dadanya. Tara tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia melebarkan matanya dan tiba-tiba lidahnya kelu untuk berucap.

“L-loh...bukannya.. tadi..” ucap Tara terbata-bata. Ia menunjuk sambil menoleh kearah sofa. Nihil. Tidak ada siapa pun disana. Tidak ada Yeri yang tadi Tara lihat.

"Lo kemana aja sih!! Gue nungguin lo di sekolah dari tadi!!" Teriak Yeri sesekali memukul bahu Tara.  Yeri menghentakan kakinya kesal dan berjalan menuju kamarnya. Tara masih berdiam diri, ia masih syok.

"Anjir!! Yang tadi siapa dong!"

-:-

Bulan mulai melakukan tugasnya menggantikan tugas matahari, menyinari bumi dengan sinar rembulannya. Yeri sejak tadi tak henti-hentinya mengganti chanel tv sambil mendesis kesal. Tak lama kemudian Tara datang menghampiri, duduk disebelah Yeri.

“Tadi...lo pulang sama siapa?” tanya Tara, Yeri tidak menjawab tapi matanya melirik Tara dengan sinis.

“Lo tau ga sih, gue nungguin lo hampir sejam! Akhirnya ada Serena yang nawarin pulang bareng.”

“Bagus ada yang ngajakin pulang bareng.” Celetuk Tara santai. Yeri menatap kakak pertamanya itu dengan kesal. Kemudian melancarkan pukulan bantal sofa di wajah Tara, “Bagus kata lo!? Lo tau ga gue tadi bonceng tiga bareng Serena sama Wendy. Gila, malu banget gue!!”

Setelah itu hanya terdengar suara pukulan, pekikan Yeri dan juga ringisan Tara meminta ampun,"Aduh-duh, sorry, tadi gue ketiduran jadinya telat jemput lo. Gue beliin apa yang lo mau deh sebagai permintaan maaf.”

Mendengar tawaran dari Tara, Yeri memberhentikan pukulannya. Sesekali menyingkirkan rambutnya yang menghalangi pandangannya, Yeri menatap wajah kakaknya, mencoba menebak apakah Tara bohong atau tidak, "Janji ya.." Tara hanya menggangguk mengiyakan.

"Oh iya, besok temen-temen gue mau nginep disini. Boleh gak?" Tanya Yeri yang dibalas Tara dengan anggukan kepala. “Thank y-“

Prannggg

Ucapan Yeri terpotong saat indera pendengarannya mendengar sesuatu yang pecah dari arah dapur. Yeri mendekat ke arah Tara dan memeluk lengannya. Tara yang mendengar suara itu pun cukup terkejut. Kemudian lelaki muda itu bangkit dari duduknya, hendak mengecek dapur. Namun, Yeri menghentikan langkah Tara. Tangan kecilnya menarik ujung baju Tara, “Mau kemana?”

"Gue mau ngecek ke dapur, lo tunggu di sini"

"Jangan tinggalin gue, takut.."

Tara hanya bisa menghela napas dan memutar mata nya malas. Tara berjalan menuju dapur diikuti Yeri dibelakangnya. Gelap. Tara pun menekan tombol saklar agar lampu menyala.

Trek

Lampu menyala. Tidak ada apa-apa, tidak ada barang yang pecah. Semua barang masih tertata dengan rapih. Tara masih mengamati seisi dapur sedangkan Yeri masih setia memeluk lengan Tara.

"Gak ada apa-apa. Udah malem, mending lo tidur sana" ucap Tara. Yeri menggeleng Heboh. Ia takut. Yeri merengek ingin tidur bersama Tara. Tentu Tara menolak. Yeri itu kalau tidur seperti gasing, tidak bisa diam. Lagipula ada beberapa hal yang harus Tara kerjakan. Namun Yeri masih bersikeras tidak ingin tidur sendiri. Tara pasrah. Dan akhirnya Yeri tidur dikamar Tara. Doakan Tara, semoga esok hari Ia tidak berakhir di lantai.

-:-

Kala itu lorong kelas dipenuhi dengan murid yang berlalu lalang mengingat jam istirahat sedang berlangsung. Suara-suara yang saling bersahutan memenuhi indera pendengaran. Yeri, Wendy dan yang lainnya memutuskan untuk beristirahat didalam kelas saja. Saling berbincang dengan makanan yang dibawa Serena sebagai camilan.

"lo semua jadikan nginep di rumah gue?” Tanya Yeri. Serena dan yang lain mengangguk mengiyakan. Helmi pun bersorak gembira karena akan bertemu kakak perempuan Yeri, Jena.

"Nanti lo sama gue" ucap Jordan tiba-tiba. Semua memandang Jordan bingung dan heran. Kecuali Helmi. Dia sedang sibuk menyalin tugas Justin. Yeri berdeham kecil. Jordan menatap Yeri, menunggu jawaban.

“Nanti gue bareng Justin aja.”

-:-

Jarum jam menunjukan pukul 11 malam. Suara hewan-hewan malam mulai terdengar. Yeri tidak bisa tidur, sedangkan Serena dan Wendy sudah terlelap di samping kanan dan kirinya. Yeri bergerak gelisah. Berguling ke kanan dan kiri, mencari posisi nyaman. Menyerah. Yeri beranjak dari tempat tidur sepelan mungkin agar tidak membangunkan Serena atau Wendy. Bermain laptop mungkin bisa membuat matanya lelah lalu mengantuk dan akhirnya dia bisa tertidur.

Yeri mulai mengetik keyword pada kolom pencarian, jarinya dengan lincah menari-nari di atas keyboard. Saat Yeri sedang fokus pada laptopnya, tidak sengaja Yeri melihat bayangan seseorang berdiri di belakangnya melalui layar laptop. Sontak, Yeri langsung menoleh kebelakangnya. Sedetik kemudian ia menghela napas lega. "Ya ampun Serena..." desis Yeri sambil mengusap wajahnya kasar.

"Lo belum tidur Yer?" Tanya Serena dengan suara seraknya. Yeri menggeleng pelan

"kenapa?" Tanya Serena lagi.

"Gue gak bisa tidur. Lo sendiri kenapa bangun?"

"Gue pengen ke kamar mandi" ucap Serena dan berjalan menuju kamar mandi. Yeri mengangkat bahunya acuh dan mengalihkan atensinya kembali kepada laptop dihadapannya.

Tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Yeri. Siapa yang mengetuk pintunya malam-malam begini? Yeri pun berjalan menuju pintu dengan malas. Yeri membuka pintu sedikit, mencoba mengintip dari sela pintu. Kemudian Ia membuka pintu lebar-lebar. Tidak ada siapa-siapa. Yeri melongokkan kepalanya keluar, menoleh ke kanan dan kiri. Namun, tidak ada seorang pun yang telihat. Yeri masih berdiri di ambang pintu, tangannya memegang kenop pintu.

“Siapa yang ngetok pintu ya?”

Tok tok

Mata Yeri membulat kaget. Tangannya mencengkram kenop pintu makin erat. Suara ketukan itu terdengar lagi. Namun kali ini berasal dari dalam kamarnya. Yeri pun menutup pintu dengan pelan, tetapi setelahnya Ia tidak beranjak dari posisinya. Berdiri menghadap pintu. Yeri menahan napasnya kala suara itu terdengar lagi. Ia pun menolehkan kepalanya perlahan, namun-

“Aaaaa...” Yeri hampir berteriak histeris saat sebuah tangan menyentuh bahunya. Punggungnya merapat pada pintu dan menatap horor seseorang di depannya. Itu Serena. Yeri mengusap wajahnya kasar. Serena berhasil membuat Yeri terkejut untuk kedua kalinya. Sedangkan Serena hanya menatap bingung kearah Yeri.

-:-

Justin sedang berada di dapur dengan gelas kosong ditangannya. Ia pun membuka kulkas dan membungkukkan badan, mencari minuman yang bisa menghilangkan hausnya. Setelah air di gelas sudah tandas, Justin kembali menuju kamar. Saat Justin hendak membuka pintu, Ia melihat pintu di ujung ruangan terbuka sedikit. Justin hanya mengangkat bahunya acuh. Namun, sedetik kemudian ketakutan menyelimuti tubuh lelaki itu kala netranya bersitatap dengan seseorang dibalik pintu itu. Mata yang menyala merah membuat bulu kuduknya beridiri. Ia pun segera masuk kedalam kamar.

“Kenapa lo?” tanya Jordan saat Justin datang dengan tergesa. Justin menatap Jordan yang sedang duduk di sofa dengan sebuah buku ditangannya. Ia pun berdeham,"Tadi ada kecoa, terbang lagi. Jo, lo gak ngantuk?" Tanya Justin, Jordan hanya melirik teman sekelasnya itu sekilas.

"Belum, lo duluan aja" Justin hanya mengangguk singkat dan membaringkan tubuhnya di samping Helmi yang sudah terlelap sejak tadi. Jordan hanya duduk di sofa dan memandangi seisi kamar Tara. Ya, Jordan, Justin dan Helmi tidur di kamar Tara. Lalu Tara? Dia pindah ke kamar Key. Jordan terus menyapu pandangannya, dan seketika pandangannya terhenti di pintu kamar Tara yang memang tidak tertutup sempurna. Ada anak kecil yang mengintip di sana.

"Key?" Panggil Jordan.

Jordan mengira itu Key, karena hanya Key yang masih berumur 6 tahun dirumah ini.

Sosok itu berlari meninggalkan kamar Tara sesekali tertawa cekikikan. Jordan bangkit dari duduknya dan mengikuti anak kecil itu. Jordan terus mengikuti langkah-yang menurutnya- Key, namun tiba-tiba anak itu menghilang dari pandangnnya. Langkah Jordan terhenti.

"Ini gue yang salah liat atau gimana sih?" Tanya Jordan heran. Selang beberapa detik Jordan berpikir, seseorang menepuk bahunya. Jordan terkejut. Ia menahan tubuhnya yang hampir terjatuh dengan berpegangan pada meja dibelakangnya.

“Kenapa?” tanya orang yang mengejutkan Jordan.

Jordan tidak langsung menjawab. Ia mengusap dadanya, mencoba menetralkan detak jantungnya dan mengatur napasnya yang tersenggal. Yeri- orang yang mengejutkan Jordan- hanya memandang lelaki dihadapannya ini dengan bingung. Kemudian berlalu untuk mengambil susu kotak di kulkas. Setelah nya ia kembali ke kamar, menghiraukan Jordan yang masih berusaha menghilangkan rasa terkejutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status