Share

Bab 5: Uang Bisa Membeli Kehormatan

Seorang pria paruh baya duduk di atas kursi santai dengan ekspresi muram. Dia memegangi kepalanya di satu tangan seolah merasa bahwa sesuatu yang ada di dalamnya berisi penuh dengan masalah.

Bagaimana tidak? Dokumen yang sedang dia pegang di sisi lain tangannya berisi tentang traffic rendah dari rumah sakit yang sedang dia kelola. Setiap harinya, jumlah pengunjung di rumah sakitnya berkurang secara signifikan, sehingga pada titik 30% dari tahun sebelumnya. Ini tentu saja membuatnya frustrasi, mengingat banyaknya rumah sakit top lainnya yang bersaing di Kota Cernel yang makmur. Apakah ini akhir dari karirnya dan waktunya untuk menikmati hari tua? Entahlah!

Untuk menenangkan pikirannya, dia menuangkan segelas teh hangat ke cangkir kecilnya dan menyesapnya sedikit. Menerima itu, dia merasa sedikit rileks seolah beban hidupnya ditarik sedikit dari tubuhnya. Namun, hanya beberapa detik setelahnya, sebuah ketukan keras terdengar dari pintu yang membuatnya kaget, bahkan hampir pingsan karena serangan jantung.

"Siapa yang mengganggu istirahatku?!" tanya pria paruh baya itu dengan nada keras ke arah sumber suara.

"Saya asisten Anda, Pak, Chloe."

"Apa yang membuatmu mengganggu istirahatku?"

"Ada masalah penting, Pak."

Mendengar itu, pria setengah baya itu meraung marah. "Masalah penting?! Hidupku jauh lebih penting daripada masalah itu! Aku akan mendengarkan masalah itu setelah menyelesaikan istirahatku. Kau boleh pergi sekarang," kata pria paruh baya acuh tak acuh.

Sementara itu, menyadari bahwa sulit untuk mengatasi pria tua yang telah dia layani selama lebih dari dua tahun itu, Chloe segera menyampaikan masalah tersebut, langsung pada titik utama.

"Seseorang baru saja memesan kamar VVVIP, Pak, dan meminta untuk segera dipindahkan tepat setelah operasi pasien diselesaikan!"

"Jangan membuatku mengulang kata-kataku! Kau boleh pergi... Eh? Kau bilang apa? VVVIP?"

"Benar, Pak Bill Wilson, VVVIP! Bahkan, pelanggan tersebut memberikan tip sebesar 200 ribu dollar kepada resepsionis yang bertugas melayaninya."

VVVIP? Tip sebesar 200 ribu dollar? Bill sudah sangat lama mendambakan seorang pelanggan yang dermawan. Kapan lagi dia mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan koneksi rumah sakitnya di Kota Cernel? Ini adalah tangkapan besar! Dia merasa tidak perlu menunda waktu lagi.

Bill kemudian bangkit dari duduknya, membuka pintu, dan berkata kepada Chloe, "Segera pindahkan pasien itu ke ruangan VVVIP begitu operasi selesai! Kita harus memberikan yang terbaik kepada mereka! Pastikan untuk tidak membuat kesalahan apa pun selama masa perawatan! Aku akan menemui mereka secara pribadi nanti." Wajah Bill terlihat bersemangat dan cerah seolah dia kembali ke kondisinya 10 tahun yang lalu.

Chloe kemudian mengangguk dan pergi meninggalkan Bill sendirian di ruangannya.

"Saatnya memulai bisnis!"

*

*

*

Berita tentang pasien bernama Brielle Asfort yang menempati ruangan VVVIP segera menyebar dengan cepat seperti api di Rumah Sakit Efarina Etaham. Ruangan itu telah lama kosong mengingat betapa mahalnya harga yang harus dihabiskan untuk sekali pelayanan. Bahkan, beberapa perawat yang telah bekerja selama hampir satu tahun di sana, tidak pernah melihat pasien manapun memasuki ruangan tersebut.

Namun, hari ini salah satu ruangan dari kelas VVVIP terbuka untuk seorang pasien. Bahkan, berita tentang Lein; kerabat yang berada di balik pasien tersebut, yang memberikan seorang resepsionis 200 ribu dollar secara cuma-cuma, juga menjadi berita hangat yang menyebar secara bersamaan dengan itu.

Pada waktu ini, Lein menunggu dengan cemas di luar pintu ruangan operasi. Saat ini, operasi telah berlangsung selama dua jam, dan Lein belum mendapatkan informasi apa pun tentang kondisi ibunya selain hanya kesunyian yang panjang.

Di dalam ruangan tersebut, tersedia 10 dokter spesialis ternama di Kota Cernel yang dipanggil secara khusus untuk menangani ibunya. Namun, walaupun demikian, Lein masih tidak bisa menutupi ekspresi cemasnya. Dikatakan sebelumnya bahwa kondisi ibunya berada pada tahap akhir, seolah bisa meninggal kapan saja. Walaupun mereka ahli, mereka bukan Tuhan, 'kan?

Setelah Lein menunggu selama empat jam lagi, pintu ruangan operasi terbuka untuk pertama kalinya sejak enam jam terakhir. Dari baliknya, sudah ada 10 dokter yang mendatangi Lein dengan cahaya cerah di wajah mereka.

"Selamat, Tuan Lein, operasi Nyonya Brielle Asfort berjalan dengan lancar dan sukses. Tapi, masih membutuhkan waktu sekitar sebulan penuh perawatan lanjutan, agar Nyonya Brielle bisa pulih sepenuhnya," kata salah satu dokter sembari melepaskan maskernya.

Mendengar itu, Lein menunjukkan ekspresi bahagia dan meraih tangan kanan dokter tersebut untuk berjabat, lalu mengucapkan rasa terima kasih yang dalam.

"Anda terlalu baik, Tuan Lein, ini sudah tugas kami."

Lein membicarakan hal penting lainnya tentang kondisi ibunya bersama mereka. Lalu, seorang pria paruh baya yang terlihat rapi dan bermartabat, muncul di antaranya sembari menyapa Lein.

"Apakah Anda Tuan Lein? Senang bertemu dengan Anda." Pria paruh baya tersebut adalah Bill Wilson. Dia memberikan senyum sembari mengulurkan tangannya.

Lein kemudian membalas uluran tangannya sembari membalas, "Benar, Pak, saya adalah Lein."

Pada titik ini, Bill mengamati Lein dengan cermat. Penampilannya kumuh dan tidak teratur. Beberapa titik memar juga terlihat di wajahnya, seolah dia baru saja mengalami suatu pengeroyokan. Juga, dia kaku dan gugup; tidak menunjukkan sedikitpun sisi yang bermartabat dan unggul di dirinya. Namun, Bill tidak mempermasalahkan itu. Selagi seseorang memiliki uang, mereka harus dihormati. Dia pasti anak dari seseorang yang super kaya yang tidak memiliki waktu untuk mengajari putranya.

"Bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan di rumah sakit kami, Mr. Lein?" tanya Bill yang masih mempertahankan senyum di wajahnya.

Melihatnya, Lein menyadari bahwa pria tua yang kaya ini sangat sopan dengannya. Apakah dia mencoba menjilatku? Apakah ini karena aku mengeluarkan banyak uang untuk menerima pelayanan dari rumah sakitnya? Apakah ini yang disebut kekuatan uang? Sialan! Terlalu banyak pertanyaan!

Pada akhirnya, kesimpulan dari seluruh pertanyaan Lein adalah, uang adalah segalanya. Beberapa orang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan yang sebenarnya. Namun, dengan uang, Lein memenangkan kehormatannya. Dia tidak lagi direndahkan. Dia bisa menyembuhkan penyakit ibunya, bahkan bisa membiayai seluruh studi adik perempuannya di luar kota. Lalu, apalagi kalau ini tidak disebut kebahagiaan? Apakah menurut kalian ada kebahagiaan yang lebih daripada ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status