Share

Menjadi Pembantu Maduku
Menjadi Pembantu Maduku
Author: Fefe

Bab 1

Ku dekap Nia dengan hangat ke dalam pelukan ku, setelah malam hangat penuh kasih kami terakhir.

Tak ada kata diantara kami, selain meresapi kehangatan yang akan berakhir dalam hitungan beberapa jam kedepan sebelum kami berpisah. Karena besok aku akan terbang ke di Cina menjalankan cabang perusahaan pusat di mana kini aku bekerja, aku dipercayakan penuh untuk mengelola perusahaan cabang tersebut. Karena itu aku harus merantau ke negeri orang. Bagaimanapun ini adalah cita-citaku sedari dulu, mengejar mimpi dan kesuksesan seperti keinginanku. 

Bangganya, jika semua itu terwujud dan tercapai. 

Ku pandang wajah cantik istriku, jujur aku tidak tega melakukan ini, tapi aku yakin ini yang terbaik. Karena ini semua untuk masa depan kami. 

Nia tidak melarang, meski begitu jelas terlihat ia ingin menolak keinginanku. Akan tetapi aku meyakinkan semuanya. 

"Kamu, akan selalu setia pada Mas kan, Nia?"tanyaku ingin meyakinkan diri ini, suami mana yang ingin berpisah jauh dari istrinya. 

"Emmb." Nia hanya bergumam. 

"Jaga, Nana. selama aku tidak ada, Nia,"ujarku beralih memperhatikan gadis kecil berusia 5 tahun yang kini terlelap di samping Nia, Nana terlelap begitu damai. Rasanya aku ingin tetap di sini, tidak tega meninggalkan mereka. Akan tetapi keputusan ini sudah bulat, aku ingin sukses. 

"Mas, Bayu! Jangan khawatirkan kami di sini, Mas! Harus fokus dengan pekerjaanmu di sana, agar semuanya lancar."

Nia mendukungku, pelukan ini semakin erat. Karena setiap detik, menit dan jam berlalu begitu cepat, seakan-akan sengaja ingin segera memisahkan kami. 

"Mas, berjanji padamu, Nia! Mas akan selalu menghubungimu."

Nia hanya mengangguk pelan membalas ucapanku saat tatapan mata kami bertemu. Semua ini sangat berat, akan tetapi harus menerima kenyataan. Bilamana sebentar lagi aku akan berpisah dari orang-orang yang aku cintai. 

"Apa ada yang ingin kamu katakan, sayang?" 

Dengan lembut aku mengusap rambut panjang coklatnya, hingga ia menatapku dengan sendu. 

"Tidak ada, Mas!"tutur nya, aku tahu Nia tidak pernah menuntut kehidupan mewah. Bahkan kehidupan kami tidaklah kekurangan, kehidupan kami selama ini sangat tercukupi karena gaji yang aku terima cukup besar untuk keluarga kecil kami. Akan tetapi semua itu tidak membuat ku puas, sehingga kini aku mengejar kesuksesan di negeri Cina, di mana aku dipindah tugaskan oleh pihak perusahaan pusat. Karena kinerja ku yang sangat memuaskan dan aku dijadikan salah satu orang kepercayaan perusahaan itu untuk mengembangkan perusahaan cabang di negeri Tirai bambu tersebut.

Ini benar-benar pengalaman hebat untukku, dan aku tidak boleh menolak apalagi kehilangan kesempatan ini. 

"Kamu harus menunggu Mas, ya!"

Nia tersenyum lembut mendengar setiap ucapanku. Bagaimanapun semua ini sudah keputusan dan besok aku harus berangkat. 

*****

Sampai pada jam yang telah ditentukan, Nana anak semata wayangku dan Nia tergugu menangis, saat mengantarku. 

Sungguh, ini berat, aku tidak tega melihat lelehan air mata dari gadis kecilku ini. 

"Papa, kenapa Nana dan mama tidak boleh ikut? "Isak Nana menangis, ini bukan pertanyaan pertama. Sejak pagi hingga kini gadis kecil itu selalu menanyakan pertanyaan yang sama, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah keadaan ataupun jawaban.

"Maaf sayang, Papa di sana bekerja dan Papa belum mengenal Kota. Tapi Nana jangan khawatir, Papa akan selalu menghubungi, Nana."

Ku genggam jemari mungilnya, ada rasa tidak ingin pergi kembali terbesit, saat air mata menganak sungai membasahi pipi gembulnya.

"Papa, hanya pergi sebentar, sayang."Nia turut membujuk, aku tahu dia juga merasakan hal yang sama seperti apa yang anak kami rasakan.

Dengan lembut ia mengusap pucuk kepala Nana, agar gadis kecinya berhenti menangis. 

"Tapi, Nana! mau ikut Papa, kita ikut Papa saja, ya. Ma!"Rengek Nana sembari membalas genggaman tangan ku, aku lihat Nia tersenyum kecil lalu menggeleng agar Nana mengerti dan tenang. 

Rasa tidak tega kembali menyelimuti hatiku ini, di mana aku harus meninggalkan orang-orang yang aku cintai. Tapi disisi lain, ini kesempatan emas untukku meraih apa yang aku inginkan.

"Kemari, sayang!"Panggilku, ku peluk Nia dan Nana ke dalam dekapanku, terasa bahu Nia gemetar begitu juga dengan Nana yang masih tergugu. 

Hatiku rasanya hancur, hingga air mata ini akhirnya menetes saat melihat orang-orang yang aku cintai meratapi keberangkatan ini. 

Ku pandangi wajah Nia, wanita berparas ayu yang telah menemani ku selama 6 tahun lamanya ini, rasanya aku enggan meninggalkannya, karena cukup sulit mendapatkan kepercayaan gadis berparas ayu yang tidak sengaja dikenalkan teman lamaki di kampus tujuan tahun silam, hingga akhirnya aku berhasil mempercayakan Nia dan kami menjalin hubungan sampai kini kami menikah. Ini untuk pertama kali aku meninggalkannya dalam waktu yang tidak bisa ku tentukan, bahkan aku merantau ke negeri orang.

"Ingat sayang, jaga Nana dan jaga kepercayaanku,"berbisikku disisi telinganya dengan halus, agar suara serakku tidak terdengar olehnya. 

"Tentu, Mas! Aku akan selalu menjaga kepercayaanmu dan nana, Mas! Tidak perlu mengkhawatirkan itu."ucapnya mempercayakan.

"Mas, berjanji akan kembali pada kalian secepatnya,"tuturku lalu menyeka air ini, sembari melepaskan pelukanku dari dua malaikat yang ku miliki. 

"Dan, untuk mu gadis manis." Aku kini berjongkok di hadapan Nana, agar kami sejajar. Aku bisa melihat begitu sembab dan merah mata cantiknya, karena wajah Nana begitu meniru kecantikan yang dimiliki Nia istriku. 

"Nana, jangan menangis, oky. Jangan buat Mama khawatir sayang, Nana harus menjadi anak yang kuat."

Dalam tangis, Nana mengangguk pelan lalu mengusap sisa air matanya 

"Emm, Nana janji, Papa."Dengan serak ia menjawab, hati ini semakin tersayat mendengarnya. 

"Untukmu, sayang! Jangan pernah melupakan, Mas. Apalagi menduakan, Mas."Sengaja suara ini kutekan agar dia mengerti dengan sifat dan keinginanku. 

"Sudah aku katakan pada kamu Mas, Mas jangan khawatir. karena Mas adalah cinta pertamaku, aku tidak mungkin melupakanmu Mas apalagi menduakan Mas." Jawabnya tulus.

Ku peluk Nia dengan erat lalu ku kecup singkat bibir mungil nya, rasanya aku enggan untuk pergi, akan tetapi semua sudah disetujui. Bahkan penerbangan sebentar lagi, 

"Baiklah, Mas harus pergi, Jaga diri baik-baik sayang."

"Mas, juga. Hati-hati, ya."

Ini sangat berat untuk dijalani, di mana aku harus jauh dan dia orang sangat aku cintai. Tapi aku kembali sadar, aku tidak boleh terhanyut dalam kesedihan, karena tekad ku kini semakin bulat, aku akan mengejar impianku dan segera kembali. 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Alfredo Kaat
Menarik cerita nya,, bagus sekali
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status