Happy Reading! Revan mendorong kursi roda yang ditempati oleh istrinya memasuki ruang rawat Arga."Kakak." panggil Arga. Anak itu memang terlihat semakin sehat.Mawar tersenyum manis. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Mawar lalu menggenggam jemari adiknya.Arga mengangguk. "Dokter bilang minggu depan aku akan di operasi." ucap Arga senang. Tentu saja, membayangkan bahwa setelah operasi dia bisa kembali hidup normal membuatnya sangat bahagia.Mawar mengangguk. "Di mana ibu?" tanya Mawar pasalnya pagi tadi ia melihat ibunya datang lewat cctv."Ibu harus pulang, tapi nanti malam akan datang membawa makanan." ucap Arga lalu melirik pria yang datang bersama kakaknya. Arga juga bingung kenapa kakaknya berada di kursi roda.Mawar mengetahui kebingungan adiknya. "Kakak terjatuh saat bekerja, tapi sekarang sudah tidak papa. Tidak perlu khawatir dan ingat jangan beritahu ibu." ucap Mawar membuat Arga mengangguk."Kakak bekerja keras untuk Arga dan ibu. Terima kasih." ucap Arga tulus membuat Mawar m
Happy Reading! Mawar membuka mata lalu melirik lengan tuan Revan yang memeluk tubuhnya. "Mas_" panggil Mawar namun tidak ada sahutan. Dengan berani Mawar berusaha menyingkirkan lengan tuan Revan dari tubuhnya."Akh hmm" jerit Mawar saat tubuhnya tiba-tiba dipeluk semakin erat."Mau ke mana?" tanya Revan serak membuat Mawar menahan napasnya."Mawar?" tegur Revan saat sang istri hanya diam saat ditanya."Lapar, mas." ucap Mawar pelan membuat Revan melepas pelukannya lalu menyalakan lampu."Jam dua pagi?" gumam Revan lalu menatap ke arah Mawar. "Tunggu di sini, saya ambilin makanan." ucap Revan namun Mawar segera menggeleng."Tapi mau bakso." ucap Mawar sembari memegang ujung piama tidur tuan Revan.Revan berdecak lalu mengusap wajahnya. "Ini jam dua pagi, Mawar. Tidak ada yang jualan bakso." ucap Revan kesal."Ya sudah, nggak jadi." ucap Mawar pelan lalu kembali berbaring setelah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya."Ck!" Revan berdecak lalu turun dari tempat tidur. "Saya ca
Happy Reading! Di rumah sakit, Revan kembali dibuat kesal karena Mawar yang tidak mau bicara dengannya. Jangankan bicara menatap ke arahnya saja tidak."Masih marah tentang bakso?" tanya Revan namun Mawar hanya diam membuat Revan semakin emosi."Demi Tuhan, Mawar. Itu hanya bakso. Kalau mau ,saya bisa beli dengan gerobaknya." ucap Revan membuat Mawar kembali terisak."Ya Tuhan!" keluh Revan lalu berjalan menuju sofa. Entah apa yang dia pikirkan dulu hingga bisa menghamili gadis cengeng seperti Mawar.Enggan mendengar tangisan istrinya, Revan memilih keluar dan membiarkan Mawar sendiri. Untung saja mamanya sudah pulang, kalau tidak dia pasti akan dimarahi karena meninggalkan Mawar sendirian.Sedang Mawar yang mengetahui kepergian tuan Revan langsung bergegas bangun. Demamnya sudah hilang tapi keinginannya untuk makan bakso belum. Untung saja, Mawar punya uang 20 ribu. Ia akan keluar dan membeli bakso lalu kembali. Tuan Revan tidak akan tahu jika ia pergi dan segera kembali.Mawar perl
Happy Reading! Revan turun dari mobilnya lalu melangkah angkuh memasuki rumah yang pernah dia tinggali itu.BrakkPintu rumah terbuka dengan sekali tendangan oleh bodyguard yang Revan bawa.Eva yang sedang duduk di ruang tamu segera berdiri. Ia begitu kaget karena kedatangan mantan menantunya itu"Di mana Meysa?" tanya Revan dingin membuat Eva menahan napas. Ia melirik ke arah sebuah pintu."Meysa sedang bekerja, Revan. Dia tidak ada di rumah." ucap Eva membuat Revan menatap wanita paruh baya itu tajam. Dia tahu bahwa mantan mertuanya itu berbohong. Karena itu Revan langsung melangkah menuju sebuah kamar."Revan tunggu! Meysa benar-benar tidak ada di rumah." cegah Eva membuat anak buah Revan segera menahan tubuh wanita paruh baya itu."Revan, Meysa tidak ada di rumah." teriak Eva keras membuat Revan semakin yakin jika ada seseorang yang berada di dalam kamar tamu.BrakkRevan tersenyum sinis saat melihat mantan istrinya sedang bercinta dengan seorang pria.Sedang Meysa langsung menca
Happy Reading! Mawar membawa kopi buatannya memasuki kamar lalu perlahan mendekati tuan Revan."Mas."Revan mendongak dan menatap istrinya membuat Mawar tersenyum lalu memperlihatkan kopi yang ia bawa."Mau kopi?" tawar Mawar membuat Revan diam kemudian kembali melihat ke arah laptopnya.Tubuh Mawar membeku. Apa tuan Revan sangat marah."Kopinya__""Letakkan saja di sana!" titah Revan dingin tanpa menoleh.Mawar berusaha tersenyum lalu meletakkan kopi di atas meja."Mas, aku ingin bic___""Mawar, aku sedang bekerja. Pergilah dan jangan ganggu aku." ucap Revan memandang Mawar tajam.Mawar mengangguk pelan. "A maaf" ucap Mawar lalu berjalan menjauh.Mawar berjalan menuju halaman belakang lalu duduk di kursi. Ia memandang taman bunga milik mertuanya. Bolehkah Mawar menyebutnya mertua sedang mungkin ia bukan seorang istri. Mana mungkin tuan Revan serius dengan pernikahan mereka. Kehamilannya adalah satu-satunya alasan ia dinikahi dan bisa saja suatu saat ia dibuang."Aku tidak bisa terus
Happy Reading!Makan malam berlangsung dengan tenang. Mawar mengambil makanannya lalu menyantapnya tanpa suara. Sedang Revan melirik istrinya itu kemudian bergegas mengisi piringnya sendiri. Biasanya Mawar yang akan menyiapkan makanan untuk nya."Mawar."panggil Widya membuat Mawar menoleh."Iya, mah?""Tambah lagi makanannya. Ibu hamil butuh banyak nutrisi loh." ucap Widya membuat Mawar tersenyum lalu menambah nasi dan lauk. Sedang Revan hanya menahan kesal. Sedari tadi Mawar tidak bicara dengan dirinya."Uhuk uhuk""Makan pelan-pelan, Revan." tegur Widya membuat Revan mengangguk lalu mengambil air minum. Revan melirik Mawar yang hanya fokus dengan makanannya.Selesai makan, Mawar bergegas mencuci piring. Sebenarnya ia hanya malas masuk ke dalam kamar. Jadi lebih baik ia di dapur membantu pekerja lain membereskan dapur."Nyonya, biar kami saja.""Tidak. Lakukan saja pekerjaan lain." ucap Mawar lalu mulai membilas piring.Para pelayan saling pandang lalu melakukan pekerjaan lain. Sesek
Happy Reading!Revan mengajak Mawar pergi setelah wanita itu terlihat lebih baik."Kita mau ke mana?" tanya Mawar bingung. Pasalnya tuan Revan tidak mengatakan tujuan mereka."Ikut saja dan jangan banyak bertanya." ucap Revan membuat Mawar diam. Ia masih ingat kejadian saat diminta keluar dari mobil dan ditinggalkan. Mawar tidak mau kejadian itu terulang kembali.Revan melajukan mobilnya memasuki halaman pusat perbelanjaan. Mawar kaget, tentu saja. Ia tidak membawa uang atau lebih tepatnya lagi, ia tidak punya uang."Turun!" titah Revan membuat Mawar melepas sabuk pengaman dan mengikuti tuan Revan keluar dari mobil."Pertama, kita harus makan dulu agar kamu punya tenaga untuk berkeliling." ucap Revan lalu menggenggam jemari Mawar kemudian melangkah masuk.Hawa dingin AC langsung melingkupi kulit Mawar. "Ada apa?"tanya Revan saat Mawar mendesis pelan."Dingin."cicit Mawar pelan membuat Revan mengernyit."Lagipula siapa yang menyuruhmu memakai dress lengan pendek." ucap Revan membuat M
Happy Reading!"Apa yang kamu beli?" tanya Revan sembari memeriksa belanjaan istrinya yang ternyata hanya coklat dan permen.Mawar hanya tersenyum tidak enak. Ia menghabiskan hampir 3 juta hanya untuk membeli coklat dan permen. Salahkan bocah kecil bernama Abil tadi yang kembali mengambil banyak coklat dan langsung berlari.Revan menghela napas lalu memberikan semua coklat dan permen yang Mawar beli ke tangan bodyguard."Ayo! Aku akan mengajarimu belanja yang sesungguhnya." ajak Revan lalu menarik tangan Mawar ke arah sebuah toko yang menjual barang mewah."Berikan semua tas dan sepatu terbaru yang kalian miliki!" titah Revan yang duduk dengan nyaman. Sedang di sampingnya, Mawar hanya bisa diam sesekali melirik kiri dan kanan.Revan mengangguk melihat jejeran tas dan sepatu mewah yang ditunjukkan."Sayang."panggil Revan membuat Mawar tergagap."I_iya?"Revan tersenyum lalu mengambil lengan Mawar kemudian mengecup punggung tangan wanita itu dengan tatapan hangat."Apa yang kamu pikirka