Happy Reading!
Mawar membuka mata dan langsung terkejut saat mendapati dirinya terbaring di kamar yang tidak ia kenali.Ceklek"Kamu sudah bangun?" Revan masuk dengan segelas susu di tangannya membuat Mawar spontan memeluk tubuhnya."Tuan_""Susshh! Jangan memanggil ku tuan!"ucap Revan lalu menutup pintu kemudian segera beranjak mendekati wanita yang dinyatakan tengah mengandung bayinya itu.Mawar menatap sekeliling. "Kita ada di mana, tuan?"tanya Mawar membuat Revan menggeram marah."Sudah kubilang jangan panggil aku tuan. Apa kamu tuli?"bentak Revan membuat Mawar menciut ketakutan."Maaf tu__eh" Mawar segera menutup mulutnya. Ia hampir keceplosan memanggil tuan lagi.Revan menghela napas. "Mulai sekarang panggil aku sayang!"titah Revan membuat Mawar mengernyit bingung."Sayang? Tapi kan tuan majikan saya." ucap Mawar membuat Revan langsung menyentuh perut rata mawar."Di dalam sini. Ada bayi ku. Kamu sedang mengandung, Mawar." ucap Revan memberitahu membuat Mawar melotot kaget."Apa? Tapi tuan, saya__ bagaimana dengan nyonya? Tidak tuan, saya tidak boleh hamil. Ini__""Suushh! Diam!"bentak Revan membuat Mawar langsung diam. "Aku akan bertanggung jawab dan lupakan tentang Meysa karena wanita itu akan segera diceraikan." ucap Revan membuat tubuh Mawar mematung."Jangan tuan, tidak boleh begitu. Kasian nyonya. Saya_ saya bisa kok merawat anak ini sendiri. Tuan tidak perlu bertanggung jawab."tolak Mawar cepat. Ia tidak ingin disebut pelakor.Revan menatap Mawar tajam. "Di sini aku yang mengambil keputusan, bukan kamu. Besok kita akan menikah dan tidak ada yang namanya penolakan." ucap Revan lalu memberikan susu yang tadi ia bawa."Minum itu!"titah Revan membuat Mawar pperlahan meminum susu yang diberikan oleh tuan Revan."Habiskan!" bentak Revan saat Mawar berhenti minum."Iya, tuan."ucap Mawar lalu segera menghabiskan susu itu."Bagus,"Revan mengambil gelas itu kembali lalu duduk dihadapan Mawar."Dengar Mawar! Orang tuaku pikir kita sudah menikah. Jadi bersikaplah seolah kamu adalah istriku. Mengerti?"tanya Revan datar membuat Mawar mengangguk pelan."Pintar."ucap Revan sembari menepuk pelan kepala Mawar. "Sekarang istirahatlah! Jaga anak kita dengan baik karena aku akan membunuhmu jika janin itu cedera sedikit saja." ucap Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar kembali mengangguk. Jujur saja saat ini Mawar sangat ketakutan. Dan memang ia selalu ketakutan jika berhadapan dengan tuan Revan.Setelah mengatakan kehamilan Mawar dan sedikit mengancamnya, Revan bergegas keluar dari kamar itu. Sekarang dia hanya perlu mengurus Meysa, istri tukang selingkuh. Saat ini wanita itu pasti sedang sibuk bermain dengan seorang pria."Kirim surat cerai dan tawarkan beberapa aset sebagai hadiah perpisahan.""Tapi bagaimana jika nyonya Meysa menolak untuk bercerai, tuan?""Singkirkan seperti biasa!""Baik, tuan."Revan segera mematikan telponnya lalu melangkah menuju meja makan."Kamu sudah berikan susunya pada menantu mama?"tanya Widya membuat Revan mengangguk. Berkat Mawar, akhirnya ia bisa kembali bersama dengan keluarganya.Sebenarnya Revan sangat ingin menemui orang tuanya namun kepergiannya saat itu yang lebih memilih Meysa membuatnya malu untuk pulang. Tapi sekarang, orang tuanya sendiri yang memintanya untuk pulang. Dan itu karena Mawar. Terlebih sekarang dia mendapat dua berkah, berkumpul bersama keluarganya kembali serta mendapat seorang anak.Keuntungan terbesarnya adalah saat itu orang tuanya sama sekali tidak tahu siapa wanita yang ia nikahi. Dan Revan bisa tebak bahwa orang tuanya juga tidak mencoba untuk mencari tahu."Revan, maaf jika mama mengatakan ini, tapi__ apa kamu tidak memperhatikan istrimu. Mama senang karena ia adalah orang yang sederhana tapi memakai pakaian lusuh tidaklah baik. Bagaimana jika orang lain melihatnya."ucap Widya menyampaikan pemikirannya saat pertama kali melihat pakaian yang dikenakan oleh menantunya.Revan langsung menghela napas. Pakaian yang dikenakan Mawar tadi memang sangat lusuh bahkan warna aslinya sudah memudar. "Mawar memang sangat sederhana, mah. Tapi justru itu yang membuat Revan tertarik." ucap Revan membuat Widya tersenyum."Mawar memang sangat cantik tanpa make up. Wajahnya benar-benar seindah bunga mawar." puji Widya membuat Revan tersenyum tipis. Dia juga menyadari itu. Jika Meysa cantik wanita modern maka Mawar adalah jelmaan cantik natural yang wajahnya begitu meneduhkan."Mama benar."ucap Revan membuat Widya tertawa."Sekarang pergilah ke kamar dan temani istrimu istirahat. Sesekali tanyakan apa ada yang ingin ia makan. Karena mama lihat Mawar adalah tipe yang tidak mau merepotkan orang lain." ucap Widya membuat Revan mengangguk. Sepertinya mamanya benar, dia harus menemani Mawar sekaligus melakukan kegiatan menyenangkan.BersambungHappy Reading! "Tuan." Mawar langsung bangun dan menutup pahanya dengan selimut."Siapa yang menyuruhmu menutupnya?"tanya Revan tajam membuat Mawar menunduk. Ia ketakutan saat mendengar nada tajam yang dikeluarkan oleh tuan Revan."Buka kembali!" titah Revan membuat Mawar menggeleng pelan."Tapi tuan__""Mawar!" ucap Revan penuh penekanan membuat Mawar dengan tangan gemetar membuka selimut yang tadi menutupi pahanya.Revan tersenyum tipis. "Sekarang lepas bajumu!""Apa?" Mawar langsung melotot kaget."Lakukan!"desak Revan dengan tatapan tajam membuat Mawar terpaksa menurut. Ia perlahan melepas pakaian atasnya hingga kini tubuhnya hanya memakai bra dan celana dalam."Sudah, tuan." adu Mawar membuat Revan berdehem lalu segera menindih tubuh kecil Mawar dengan memberi sedikit jarak pada perutnya."Tuan, jangan__" tolak Mawar yang menolak ciuman dari tuan Revan.Revan mengeram marah lalu memegang kepala Mawar sedikit kuat. "Jangan menolak atau aku akan bersikap kasar." ancam Revan membua
Happy Reading! Mawar terus saja merintih saat tubuhnya dimasuki dengan gerakan kasar. Sedang Revan hanya menatap istrinya dengan tenang. Ya. Istri, karena mereka baru saja menikah beberapa jam yang lalu. Dan sekarang Revan sedang menagih haknya sebagai seorang suami."Mawar. Kamu sangat nikmat." Ucap Revan lalu memegang pinggul istrinya kuat lalu bergerak semakin cepat.Kegiatan itu berlangsung cukup lama hingga Revan dan Mawar akhirnya mendesah bersamaan hingga cairan cinta mereka keluar dan menyatu di bawah sana.Setelah beberapa menit. Revan melepas tubuh Mawar yang lemas dari pelukannya lalu menarik miliknya keluar hingga membuat tempat tidur yang mereka gunakan dibanjiri oleh cairan cinta mereka."Aku ada rapat dan mungkin tidak akan pulang malam ini."ucap Revan lalu beranjak menuruni tempat tidur.Sedang Mawar hanya bisa diam sembari bergerak pelan mencari posisi tidur di tempat yang tidak basah.Revan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri lalu keluar dengan handuk seba
Happy Reading! Revan memasuki rumah dan langsung diam saat mendengar suara gelak tawa. Bram juga baru saja tiba dan berdiri di samping putranya."Aku rasa mamamu sudah sangat akrab dengan menantunya."ucap Bram lalu melangkah menuju asal suara tawa.Sedang Revan hanya menghela napas kesal. Bukankah sudah dia bilang untuk jangan keluar kamar jika tidak ada yang penting. Lalu kenapa Mawar bisa bicara dan bahkan tertawa bersama mamanya.'Ini gawat, bagaimana jika Mawar terlalu nyaman bicara dan malah keceplosan.' batin Revan yang segera berjalan menuju ruang keluarga."Hahaha sudah mama bilangkan, Revan itu sangat lucu waktu kecil." ucap Widya sembari menunjuk sebuah foto."Iya mah, mas Revan bahkan__""Ehem"Mawar langsung terdiam lalu berbalik melihat tuan Revan yang menatap tajam ke arahnya. Sedang Widya langsung menutup album foto yang ada di tangannya."Revan, berhenti menatap istrimu seperti itu. Lihat! Mawar kelihatan takut."tegur Widya membuat Revan melunakkan tatapannya.Widya m
Happy Reading! Mawar duduk di kursi sambil menatap tiga wanita yang kini tengah sibuk menata pakaian, tas, sepatu dan perhiasan di dalam ruangan samping kamar mereka. Mawar tidak tahu apa itu, namun yang jelas ruangan itu khusus menampung semua barang-barang pribadi tuan Revan dan kini ruangan itu juga dipenuhi oleh barang-barang wanita.'Apa tuan Revan membeli semua itu untuk nyonya Meysa?' batin Mawar. Pasalnya barang-barang seperti itu sangat sering dibeli oleh nyonya Meysa. Dan Mawar tahu harganya pasti sangat mahal."Nyonya, bisa istirahat! Kami akan mengaturnya dengan rapi." ucap salah seorang dari mereka membuat Mawar tersenyum canggung. Ia ingin pergi tapi bagaimana jika salah satu dari mereka malah mengambil barang tuan Revan. Bukankah nanti dirinya yang akan disalahkan. Apalagi semua barang-barang tuan Revan sangat mahal. Mawar bahkan pernah mendengar tuan Revan membeli jam tangan seharga 7 milyar."Em_ apa kalian ingin minum?" tawar Mawar. Pasalnya sudah hampir satu jam da
Happy Reading! Revan menatap Mawar yang masih belum sadarkan diri. Setidaknya pendarahan tadi tidak sampai menggugurkan kandungannya. Namun tentu saja, akibat dari pendarahan tadi membuat kandungan Mawar lemah. Wanita itu harus istirahat total dan itu artinya Revan tidak bisa mengunjungi anaknya selama beberapa minggu."Sial." Gumam Revan lalu mengeluarkan ponselnya. Saking paniknya, ia sampai lupa memberi orang tuanya kabar."Tuan, air."Revan langsung mendongak dan buru-buru menyimpan ponselnya saat mendengar suara Mawar."Air."gumam Mawar lemah membuat Revan dengan sigap mengambil air dan sedotan kecil."Ini, pelan-pelan!" ucap Revan lalu membantu Mawar minum.Mawar menyudahi minumnya lalu kembali menutup mata. Namun sedetik kemudian ia kembali membukanya, kali ini sedikit melotot."Tuan, bayinya?" tanya Mawar membuat Revan mengangguk."Dia baik-baik saja dan maaf_" ucap Revan lalu mengambil tangan Mawar untuk dia kecup."Ini tidak akan terjadi lagi. Aku janji." ucap Revan tulus m
Happy Reading! Revan mendorong kursi roda yang ditempati oleh istrinya memasuki ruang rawat Arga."Kakak." panggil Arga. Anak itu memang terlihat semakin sehat.Mawar tersenyum manis. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Mawar lalu menggenggam jemari adiknya.Arga mengangguk. "Dokter bilang minggu depan aku akan di operasi." ucap Arga senang. Tentu saja, membayangkan bahwa setelah operasi dia bisa kembali hidup normal membuatnya sangat bahagia.Mawar mengangguk. "Di mana ibu?" tanya Mawar pasalnya pagi tadi ia melihat ibunya datang lewat cctv."Ibu harus pulang, tapi nanti malam akan datang membawa makanan." ucap Arga lalu melirik pria yang datang bersama kakaknya. Arga juga bingung kenapa kakaknya berada di kursi roda.Mawar mengetahui kebingungan adiknya. "Kakak terjatuh saat bekerja, tapi sekarang sudah tidak papa. Tidak perlu khawatir dan ingat jangan beritahu ibu." ucap Mawar membuat Arga mengangguk."Kakak bekerja keras untuk Arga dan ibu. Terima kasih." ucap Arga tulus membuat Mawar m
Happy Reading! Mawar membuka mata lalu melirik lengan tuan Revan yang memeluk tubuhnya. "Mas_" panggil Mawar namun tidak ada sahutan. Dengan berani Mawar berusaha menyingkirkan lengan tuan Revan dari tubuhnya."Akh hmm" jerit Mawar saat tubuhnya tiba-tiba dipeluk semakin erat."Mau ke mana?" tanya Revan serak membuat Mawar menahan napasnya."Mawar?" tegur Revan saat sang istri hanya diam saat ditanya."Lapar, mas." ucap Mawar pelan membuat Revan melepas pelukannya lalu menyalakan lampu."Jam dua pagi?" gumam Revan lalu menatap ke arah Mawar. "Tunggu di sini, saya ambilin makanan." ucap Revan namun Mawar segera menggeleng."Tapi mau bakso." ucap Mawar sembari memegang ujung piama tidur tuan Revan.Revan berdecak lalu mengusap wajahnya. "Ini jam dua pagi, Mawar. Tidak ada yang jualan bakso." ucap Revan kesal."Ya sudah, nggak jadi." ucap Mawar pelan lalu kembali berbaring setelah menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya."Ck!" Revan berdecak lalu turun dari tempat tidur. "Saya ca
Happy Reading! Di rumah sakit, Revan kembali dibuat kesal karena Mawar yang tidak mau bicara dengannya. Jangankan bicara menatap ke arahnya saja tidak."Masih marah tentang bakso?" tanya Revan namun Mawar hanya diam membuat Revan semakin emosi."Demi Tuhan, Mawar. Itu hanya bakso. Kalau mau ,saya bisa beli dengan gerobaknya." ucap Revan membuat Mawar kembali terisak."Ya Tuhan!" keluh Revan lalu berjalan menuju sofa. Entah apa yang dia pikirkan dulu hingga bisa menghamili gadis cengeng seperti Mawar.Enggan mendengar tangisan istrinya, Revan memilih keluar dan membiarkan Mawar sendiri. Untung saja mamanya sudah pulang, kalau tidak dia pasti akan dimarahi karena meninggalkan Mawar sendirian.Sedang Mawar yang mengetahui kepergian tuan Revan langsung bergegas bangun. Demamnya sudah hilang tapi keinginannya untuk makan bakso belum. Untung saja, Mawar punya uang 20 ribu. Ia akan keluar dan membeli bakso lalu kembali. Tuan Revan tidak akan tahu jika ia pergi dan segera kembali.Mawar perl