Share

Menjadi Istri Rahasia CEO Dingin
Menjadi Istri Rahasia CEO Dingin
Author: Emma Shu

01. Susu Untuk Tuan Muda

"Permisi, saya membawa susu hangat untuk Tuan Muda." Habiba membuka pintu kamar. 

Ini adalah pertama kali Habiba bekerja di rumah itu, menggantikan ibunya yang sakit sebagai asisten rumah tangga.

Menurut informasi, Tuan Muda adalah sosok yang dingin dan arogan.  Hal itu membuat Habiba merasa was- was.

Pemandangan tak nyaman menyambutnya. Kamar luas nan mewah itu seperti kapal pecah. Barang- barang berserakan di lantai. 

Tuan muda tengah duduk selonjoran di lantai, menyandar di dinding. Dada bidang pria itu tanpa lapisan baju. 

Ternyata wajah tuan muda begitu maskulin. Hidung mancung dan rahang kokoh ditumbuhi bulu halus.

"Ini susunya, Tuan! Saya taruh susunya di meja ya?" Habiba meletakkan gelas sesaat setelah menyingkirkan buku- buku di atas meja supaya gelas mendapatkan tempat.

Husein bangkit berdiri. Jalannya sempoyongan. Terhuyung ke sana sini tak tentu arah.

Tatapan mata Husein tajam dan gelap. Membuat jantung Habiba seperti disengat saat bertukar pandang, sontak Habiba mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Aku tidak mau minum!" Husein kedengaran ngelantur. Suaranya seperti orang menggumam.

"Jam segini adalah jadwal Anda minum susu, saya disuruh oleh Inez mengantar susu untuk Tuan Muda," sahut Habiba. 

Inez adalah adiknya Husein sekaligus teman kuliah Habiba. Mereka satu kelas. 

"Kenapa tidak Inez saja yang mengantar susu untukku? Kenapa harus kau?" tanya Husein dengan nada ngelantur.

"Inez langsung pergi. Katanya ada urusan," jawab Habiba.  “Saya permisi.”  Kepala Habiba menunduk menunjukkan sikap sopan.

“Hei, aku belum menyuruhmu pergi!”

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Temani aku!!”

“Hah?”

Husein menyentuh lengan Habiba, membuat mata Habiba membulat sempurna mendapat sentuhan itu. Ia sadar situasi sudah tidak sehat, ia harus segera pergi dari sana secepatnya.

"Mau kemana kamu?" Husein menarik lengan Habiba dan mendekap tubuh kecil itu sangat kuat sebelum sempat tubuh mungil itu menjauh. 

Aroma beraneka ragam menusuk ke pernapasan Habiba. Antara aroma tubuh yang wanginya maskulin, ditambah aroma minuman yang menyengat. Pria itu sedang dipengaruhi minuman alkohol hingga kini kesadarannya separuh melayang.

Habiba memberontak, tubuh kecilnya terus bergerak- gerak berharap bisa terlepas dari dekapan kokoh yang memiliki tenaga super, ia nyaris seperti ikan lele yang terus menggeleparkan tubuh saat tak ada air.

Dalam waktu singkat, tubuh Habiba sudah berada di atas kasur. Ditimpa badan besar Husein, ia menjerit meminta tolong.

Rumah besar tidak cukup menampung suara teriakannya. 

Beberapa orang pembantu sedang menjalankan cuti hari besar keagamaan. 

Ada satu orang yang diharapkan bisa menolong Habiba, yaitu Amir, asisten pribadinya Husein. 

Sebelum masuk kamar Husein, Habiba sempat berpapasan dengan Amir yang baru saja keluar dari kamar Husein. Artinya pria itu belum pergi jauh. Tapi kemana dia? Kenapa tidak muncul saat mendengar teriakan Habiba? Apakah pendengarannya sudah berkurang?

Dugaan Habiba salah, Amir yang baru saja menuruni anak tangga dan menapak di lantai bawah, mendengar jeritan itu, namun ia memilih untuk cepat berlalu meninggalkan rumah dengan mobil elit miliknya. 

Pura- pura tidak tahu atas kejadian di kamar Husein lebih baik dari pada ikut campur. Biarkan itu menjadi urusan Husein.

Di kamar itu, Husein tampak berambisi. 

"Lepaskan kesucianmu untukku!" Husein menatap lekat wajah di bawah yang kini menghadapnya itu. 

"Lepaskan saya, Tuan Husein!" Habiba memohon. Air matanya menitik, antara takut dan panik membaur. Tapi percuma. Permohonan itu tidak diindahkan.

"Agatha!" bisik Husein, menyebut nama kekasihnya yang baru saja dia pergoki tidur seranjang dengan sahabatnya.

"Saya bukan Agatha. Saya Habiba, anak dari asisten rumah tangga Anda!" Habiba berusaha menjelaskan.

"Agatha!" Husein Brata Raksa, CEO perusahaan besar itu terus berhalusinasi. 

“Saya mohon lepaskan saya!  Menjauhlah!  Tolong!”

Sebelum Habiba menyadari apa yang telah terjadi, pria gagah itu sudah mengunci tubuhnya. Kemudian, Habiba merasakan kebrutalan lelaki itu.

Tidak ada kesempatan untuknya melepaskan diri dari kungkungan tenaga pria kekar itu. Tangan kokoh itu menarik paksa pakaian Habiba hingga berakhir di lantai. 

Dan… hei, kenapa kaca mata andalan milik Habiba yang warnanya sudah tujuh rupa, dengan renda yang sudah robek itu dilempar ke sembarang arah? Syuuut… sialnya benda yang sudah udzur itu nyangkut di Ac.

Pemberontakan Habiba berujung sia- sia, tidak sanggup melawan kekuatan tubuh berotot Husein.  Air mata berguguran dari kedua sudut matanya.

Husein tampak mendamba. Gejolak dalam raganya menggelegak. Dia tidak peduli dengan tangisan Habiba di bawah. Dia mereguk kenikmatan dunia dalam pelepasan. 

Naas, Habiba harus mengenal hubungan klimaks antara kaum Adam dan Hawa. Mahkota itu terenggut di kamar tuan Muda. 

***

Habiba terduduk selonjoran di bawah shower yang mengguyur tubuhnya. Entah sudah berapa jam ia berada di bawah guyuran air. Dingin menjalar ke sekujur tubuh, bahkan tulangnya pun sudah kebas. Namun ia tidak peduli.

Bertahun- tahun Habiba menjaga kehormatan dan kesuciannya, rasanya sia- sia karena harus berakhir seperti ini.

Setiap kali mengingat tubuh besar Tuan Muda Husein yang menyentak dirinya, dia sontak memeluk lengannya sendiri. Tangisnya berbaur dengan guyuran air dari shower yang terus menghujaninya.

Bahkan masih membayang bagaimana tubuh gagah Husein ambruk di atasnya setelah bertukar keringat. 

Dan yang lebih menyedihkan lagi, Habiba harus menggunakan tongkat panjang untuk mengambil bra jelek yang sudah sobek di bagian ketiak itu sambil melompat-lompat supaya dapat menjangkaunya.

Habiba memukul- mukulkan sikat gigi ke tangan dan kakinya, berusaha menyakiti dirinya. Sakit fisik jauh lebih baik dari pada sakit hati seperti yang dirasakan Habiba saat ini. 

Habiba sadar bahwa di rumah itu hanya ada satu kamar mandi, bila ia terlalu lama di kamar mandi, pasti yang lain akan menunggu giliran untuk masuk. 

Namun Habiba masih betah berada di dalam sana.

(Author note : Masukkan novel ini ke pustaka yah supaya tidak hilang dari daftar bacaan, dengan cara klik tanda (+) di sudut kiri bawah)

Comments (14)
goodnovel comment avatar
Riri Trimurti
hi kak emma shu...aq hadir yaa
goodnovel comment avatar
Titan Adria
anehhh posisi habiba kan lagi di rmh husein tpi kenapa tiba² di rumahnya sendiri dengan kakaknya tony
goodnovel comment avatar
Parji Fitri
fhfdifrj zjb
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status