Share

Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan
Menjadi Istri Pengganti CEO Arogan
Author: Awwala

Pertemuan Kedua

“Sedang apa kau di sini?” tanya laki-laki berperawakan tinggi besar dan berwajah tampan setelah membuka pintu ruangan itu. Sama sekali tidak tampak raut ramah di wajahnya.

“Aku ….”

Adriana kesulitan menjawab. Dia meraih map beserta isinya yang berserakan di lantai, lalu meletakkannya di atas meja. Setelah mampu menguasai dirinya, dia membuka mulutnya kembali.

“Aku bekerja di sini. Sebagai asisten pribadi pemilik ruangan ini,” jawab Adriana cepat sambil mengerjapkan matanya dua kali.

Laki-laki itu, Adriana mengenal namanya sebagai Daren Liew, berjalan mendekat ke arahnya. Langkah Daren sangat anggun dengan tatapan matanya yang tidak beralih dari Adriana, seperti seekor singa jantan yang tengah mendekati mangsanya yang tidak berdaya. Adriana mundur satu langkah, sengaja menjaga jarak dari Daren.

“Aku tidak membutuhkan asisten pribadi. Aku juga tidak menginginkan dirimu berada di sini,” ucap Daren santai. Dia meletakkan tasnya, lalu menghadap kea rah Adriana.

“Tapi …” Adriana menelan ludahnya yang terasa pahit, lalu melanjutkan, “Aku telah melakukan serangkaian tes dan wawancara kerja. Dan, akhirnya aku terpilih sebagai asisten pribadimu. Lalu, sekarang kau mengatakan semua omong kosong itu?”

Adriana menekan dahinya karena kepalanya mendadak terasa pening. Hari ini adalah hari pertama dia bekerja. Sejak dari rumah tadi dia telah membayangkan apa yang harus dia kerjakan di sini. Dia tidak pernah menyangka kenyataan yang dia hadapi tidak seperti yang dia harapkan.

Daren mendengus kesal. Dia lalu duduk di sofa, tanpa berniat menawari Adriana untuk ikut duduk seperti dirinya. Dia sengaja membuat Adriana merasa tidak nyaman saat berada di dekatnya.

"Semua kejadian yang menimpa diriku, pertemuan kita dua bulan lalu, serta keberadaanmu di sini, apakah karena persekongkolanmu dengan seseorang?"

Adriana memutar kepalanya. Dia mulai menggigit bibir bawahnya. Kenapa sekarang dia merasa seperti seorang penjahat yang bersiap menerima hukuman? Dia sama sekali tidak bersalah.

"Apa maksudmu? Aku tidak pernah bersekongkol dengan seseorang agar bisa bertemu denganmu atau bekerja padamu," jawab Adriana sedikit bingung. Dia merasa heran karena Daren tega menuduhnya seperti itu.

Yang jelas Adriana tidak tahu pasti. Semua kejadian itu apakah memang terjadi secara kebetulan. Atau itu adalah takdir yang memang telah digariskan oleh yang maha kuasa.

"Aku sama sekali tidak percaya," ucap Daren ketus. Dia lalu melanjutkan, "Sejak dulu aku menemui banyak wanita yang ingin mendapatkan kesempatan bisa bersanding denganku. Mereka rela melakukan banyak cara untuk meloloskan keinginannya."

"Sayangnya aku tidak termasuk ke dalam golongan mereka," tukas Adriana cepat.

"Terserah apa katamu. Tapi yang pasti, aku tidak menginginkan dirimu bekerja sebagai asisten pribadiku," ucap Daren santai, tanpa berniat melihat Adriana langsung.

Kedua mata Adriana membulat sempurna begitu mendengar kata-kata Daren. Apa maksud laki-laki itu? Apa Daren memecat dia sebelum dia sempat bekerja?

"Kau tidak bisa berbuat semena-mena. Aku di sini karena telah menandatangi kontrak kerja. Kau tidak bisa menyuruhku pergi begitu saja."

Daren menggeser posisi tubuhnya. Dia mengangkat kepalanya, menatap Adriana dari ujung kepala hingga kaki. Adriana tidak akan bisa menggantikan posisi istrinya, bagaimana pun kerasnya gadis itu mencoba mendekati dirinya.

"Kau memiliki indra pendengaran yang sempurna. Jadi, aku simpulkan kau memahami kata-kataku," jawab Daren.

"Aku baru mulai bekerja hari ini. Aku bahkan belum melalui masa percobaan. Tapi, kau memecatku tanpa memberiku kesempatan," protes Adriana.

Adriana mengepalkan kedua tangannya. Kelopak matanya terasa panas. Seumur hidup dia tidak pernah menerima penghinaan seperti sekarang. Dia tidak rela diperlakukan seperti saat ini.

"Kau tidak perlu membuktikan apa pun padaku. Aku tidak membutuhkannya," sergah Daren, lalu bangkit dari sofa. "Sebaiknya kau segera meninggalkan ruangan ini. Tidak ada lagi yang ingin aku dengar keluar dari mulutmu."

Daren memutar tubuhnya, membelakangi Adriana. Dia menatap lurus ke arah jendela ruangannya yang menampakkan pemandangan langit yang mencerahkan. Sayangnya, suasana hatinya sekarang tidak secerah langit di atas sana.

"Kau pasti akan menyesal telah memperlakukan aku seperti ini," ucap Adriana dengan bibir bergetar.

"Kehadiranmu di sini tidak pernah aku inginkan. Jadi, kau sudah tahu di mana pintu keluarnya."

Adriana segera meninggalkan ruangan Daren. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya lebih lama lagi. Ini bukan akhir dari segalanya, dia pasti akan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik dari sini.

***

Duduk di belakang meja kerjanya, Daren meremas kertas untuk kesekian kalinya. Di bawah kakinya berserakan banyak kertas yang tidak berbentuk berisi coretan tangannya. Pertemuannya dengan Adriana yang tiba-tiba membuat konsentrasinya terganggu. Padahal sebelumnya dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan gadis itu kembali.

"Apa benar kabar yang aku dengar barusan?"

Keanu, sahabat Daren sekaligus General Manajer perusahaannya, menerobos masuk ke dalam ruangan Daren tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Raut wajahnya terlihat keruh. Dadanya kembang kempis dengan napas yang pendek.

"Kabar apa?" balas Daren pura-pura tidak mengerti pertanyaan kakaknya. Dia menatap Keanu dengan ekspresi polos tidak berdosa.

"Kau memecat Adriana bahkan sebelum dia sempat melakukan pekerjaannya," ucap Keanu dengan nada gusar. Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran sahabatnya.

"Aku tidak membutuhkannya. Lagi pula kau tidak meminta persetujuanku lebih dulu untuk menerima dia bekerja di sini," tukas Daren acuh tak acuh.

"Aku hanya ingin membantumu setelah semua kerepotan yang kau alami karena ditinggal dua asisten pribadimu," elak Keanu. Dirinyalah yang berperan menerima gadis itu bekerja di sini.

"Tetap saja kau harus meminta ijinku untuk menerima siapa saja yang akan bekerja denganku."

"Baiklah, aku mengaku salah. Sekarang, coba katakan padaku. Apa alasannya kau memecat Adriana?"

Keanu melipat kedua lengannya di depan dada. Dia menghitung dalam hati, menunggu jawaban masuk akal dari Daren. Dia tidak mau bosnya berbuat sesuka hati untuk kesekian kalinya.

"Tidak ada alasan khusus. Aku hanya tidak menyukainya," jawab Daren sambil mengangkat bahunya.

"Atau karena Adriana ini mengingatkanmu pada Adriana istrimu?"

Raut wajah Daren memerah seketika. Tubuhnya menegang, seolah waktu tengah berhenti selama sepersekian detik. Dia menatap Keanu lurus.

“Keputusanku sama sekali tidak ada hubungannya dengan mendiang istriku. Nama mereka memang sama, tapi kepribadian mereka sangat bertolak belakang,” jawab Daren lantang.

“Sepertinya aku tidak bisa membantumu lagi. Aku telah bersusah payah mencari pegawai yang siap menjadi asisten pribadimu,” ujar Keanu dengan nada pahit. “Kau tahu, melihat temperamenmu yang buruk, aku yakin kau akan mengalami kesulitan mencari pengganti asistenmu terdahulu. Aku yakin kau pasti menyesal telah memecat Adriana.” Keanu lalu meninggalkan ruangannya karena pendapatnya tidak didengar oleh Daren.

Daren hanya terdiam di tempatnya. Kata-kata sahabatnya itu masih terngiang-ngiang di telinganya, seakan menggoyahkan keyakinannya. Tapi, detik selanjutnya dia memantapkan hatinya agar tidak pernah goyah dengan keputusannya.

Pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka. Daren tersentak kaget, lalu memandang ke arah pintu. Mulutnya menganga lebar saat mengetahui tamu tidak diundang yang membuyarkan lamunannya. Adriana.

“Beri aku kesempatan selama satu bulan. Satu bulan saja biarkan aku bekerja padamu. Setelah itu aku akan pergi tanpa perlu kau memecatku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status