Melody dituduh selingkuh dan mengandung anak lelaki lain oleh suaminya sendiri. Hati Melody semakin hancur ketika mendapati Khaysan—suaminya berselingkuh dengan sepupunya sendiri. Ia diceraikan dan diusir tanpa belas kasihan. Enam tahun kemudian Melody kembali bertemu dengan Khaysan yang telah bertunangan dengan atasannya di kantor. Karena terdesak oleh keadaan, ia malah terjebak pernikahan kontrak dengan lelaki itu. Lantas, dapatkah Melody menemukan kebahagiaan dalam pernikahannya kali ini?
View More“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu. Buk
“Kalian sudah berhasil menangkap wanita itu, ‘kan? Apa kalian sudah menginterogasinya? Siapa sosok di belakangnya atau mungkin itu keinginannya sendiri? Apa tujuannya?” berondong Melody dengan berbagai pertanyaan sekaligus. Melody hendak bangkit dari tempat duduknya. Mungkin lebih baik mereka berbincang di luar saja agar tidak mengganggu istirahat Khaysan. Meski lelaki itu masih belum sadarkan diri juga. Namun, kepalanya malah berdenyut yang membuatnya spontan kembali duduk.“Apa Nyonya baik-baik saja? Saya panggilkan dokter ya? Sepertinya Nyonya kelelahan?” tawar Dimas melihat keadaan Melody yang bisa di bilang cukup memprihatikan. Melody menggeleng samar. “Aku baik-baik saja. Apa yang ingin kamu bicarakan? Bukan karena dia melarikan diri, ‘kan?”Melody tahu Dimas tidak akan menemuinya jika tak ada persoalan yang benar-benar penting. Ini pasti berkaitan dengan Lidya, namun entah termasuk kabar baik atau kabar buruk. Sebab, sebelumnya tawanan mereka selalu berhasil melarikan dir
“Apa?!” pekik Melody spontan. Manik matanya melebar sempurna mendengar jawaban dari asisten suaminya itu. Wanita itu mendengkus pelan. Tak menyangka kekhawatirannya malah berakhir dengan kesia-siaan. Ia pikir mungkin terjadi sesuatu sampai-sampai Khaysan dan Nathan belum pulang dan tidak ada kabar dari mereka. Namun, ternyata ia salah besar. Khaysan hanya sedang bersenang-senang dan itu tanpa dirinya. Pantas saja seharian ini ponsel Khaysan tidak aktif. Sepertinya lelaki itu sengaja melakukannya agar tidak diganggu oleh siapa pun. Bahkan, makanan yang sudah terlanjur ia sajikan pun tidak mungkin disentuh oleh lelaki itu. “Berarti seharian ini juga mereka pergi bersama?” tanya Melody lagi. Ia sudah kembali menetralkan ekspresinya dan memasang ekspresi datar. “Saya tidak tahu, Nyonya,” jawab Dimas dengan senyum kaku. Pertanyaan bodoh. Sudah pasti seharian ini Khaysan memang pergi bersama Lusy. Entah ke mana dan apa yang mereka lakukan. Membawa Nathan ikut serta hanya kedok aga
“Kalian sudah berhasil menangkap wanita itu, ‘kan? Apa kalian sudah menginterogasinya? Siapa sosok di belakangnya atau mungkin itu keinginannya sendiri? Apa tujuannya?” berondong Melody dengan berbagai pertanyaan sekaligus. Melody hendak bangkit dari tempat duduknya. Mungkin lebih baik mereka berbincang di luar saja agar tidak mengganggu istirahat Khaysan. Meski lelaki itu masih belum sadarkan diri juga. Namun, kepalanya malah berdenyut yang membuatnya spontan kembali duduk.“Apa Nyonya baik-baik saja? Saya panggilkan dokter ya? Sepertinya Nyonya kelelahan?” tawar Dimas melihat keadaan Melody yang bisa di bilang cukup memprihatikan. Melody menggeleng samar. “Aku baik-baik saja. Apa yang ingin kamu bicarakan? Bukan karena dia melarikan diri, ‘kan?”Melody tahu Dimas tidak akan menemuinya jika tak ada persoalan yang benar-benar penting. Ini pasti berkaitan dengan Lidya, namun entah termasuk kabar baik atau kabar buruk. Sebab, sebelumnya tawanan mereka selalu berhasil melarikan dir
Erangan kesakitan itu membuat Melody spontan menoleh ke belakang. Manik hazelnya terbelalak melihat Khaysan terkapar dengan pisau yang menancap di perut lelaki itu. Ia langsung bergerak dengan langkah terseok dan tubuh gemetar hebat, menghampiri suaminya yang berlumur darah. “Khay—Apa yang kamu lakukan pada suamiku?!” Sorot mata Melody beralih pada Lidya yang kini berdiri tepat di hadapannya. Sorot penuh amarah dan kebencian menjadi satu dari manik matanya. Suara Melody yang melengking menyebabkan atensi semua orang yang berada di sana. Berbondong-bondong orang menghampiri mereka. Lidya yang sudah pucat pasi dan hendak berusaha kabur langsung diamankan oleh beberapa petugas.Tak peduli dengan apa yang terjadi pada wanita biadab itu, Melody kembali mengalihkan pandangan pada suaminya. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, lidahnya pun terasa kelu. Hanya lelehan air mata yang terus mengalir yang dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. “Ti-dak apa-apa, Sa-yang. A-ku baik-baik sa-ja
Melody tercengang melihat seorang wanita asing yang tiba-tiba memeluk suaminya tanpa basa-basi. Lebih menyebalkannya lagi, Khaysan juga tampak tidak keberatan sama sekali. Lelaki itu terlihat terkejut, tetapi tidak mendorong atau melakukan sejenis penolakan lainnya. Walaupun pelukan itu hanya berlangsung beberapa detik saja, dada Melody sudah panas bukan main. Ingin rasanya ia mendorong wanita gatal itu menjauh dari suaminya. Namun, tempat ini sangat ramai dan Melody tidak ingin memancing keributan yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Setelah drama pelukan singkat itu, Khaysan malah sibuk mengobrol dengan wanita asing yang tanpa malu memeluknya. Sedangkan keberadaan Melody seolah tak terlihat oleh kedua insan yang asyik berdua itu. Perlahan-lahan Melody bergerak menjauh dari perasaan dongkol bukan main. Matanya masih tak lepas dari suaminya dan wanita asing itu. Sebenarnya Khaysan pun mencuri-curi pandang ke arahnya, tetapi malah membiarkan dirinya masuk ke restoran yang mer
“Nathan! Ayo masuk!” Tanpa sadar Melody meninggikan suaranya. Ekspresi Melody pun menunjukkan jika wanita itu tak ingin dibantah oleh sang putra. Sedetik kemudian ia menyesali sikapnya, namun memilih tetap mempertahankan ekspresi agar putranya mengikuti keinginannya. Mendengar kedatangan Khaysan yang kali ini menemui Nathan tanpa sepengetahuannya berhasil memantik kekalutan Melody. Ia khawatir lelaki itu meminta Nathan pulang dan putranya langsung ikut tanpa mengerti apa yang terjadi. Melody tidak menghitung sudah berapa kali Nathan bertanya kenapa Khaysan tidak ikut menginap di rumah ini juga. Kemarin-kemarin ia masih bisa tenang karena Nathan belum bertemu Khaysan. Namun, lelaki itu memiliki banyak akal untuk menemui putra mereka. Nathan dan Khaysan yang tengah menikmati cake bersama di taman depan kediaman Argani serempak menoleh ke sumber suara. Melihat sang mommy yang tampak marah besar membuat Nathan langsung turun dari kursi dan bersiap melangkah pergi. “Makanlah dulu
“Aku tidak punya waktu untuk bertemu denganmu. Katakan sekarang kalau ada yang ingin kamu bicarakan,” jawab Melody datar. Nada bicara sopan yang selama ini selalu ia pertahankan ketika berbincang dengan Rosetta telah hilang tak bersisa. Setelah mengetahui apa yang wanita itu rencanakan bersama suaminya, respeknya benar-benar lenyap. Selama ini Rosetta berpura-pura sedih di hadapannya. Padahal wanita itu telah mengetahui segalanya. Pantas saja Rosetta begitu mudah menceritakan kisah cinta yang berakhir pahit itu padanya. Rupanya itu adalah sindiran halus karena jelas-jelas wanita itu tahu siapa dirinya. Tadinya Melody mengiba melihat kesedihan Rosetta setelah ditinggal tiba-tiba oleh Khaysan. Padahal mereka akan menikah dalam hitungan bulan saat itu. Namun, ternyata dirinya lah yang lebih patut dikasihani.[“Benarkah tidak apa-apa kalau aku bicara sekarang? Padahal aku ingin bicara baik-baik padamu. Untuk waktunya terserah padamu saja. Kapan kamu punya waktu luang dan kita bisa
Khaysan meminta Melody agar menunggu di dalam kamar saja bersama Nathan. Namun, Melody lebih memilih ikut bersama suaminya keluar. Tentu saja ia tidak akan meninggalkan putranya sendirian. Meskipun bocah itu masih tidur, Melody menggendongnya dan membawa sang putra saat menyusul suaminya.Khaysan sudah beranjak lebih dulu, beberapa meter di depan Melody. Tetapi, pantulan senter yang lelaki itu bawa membuat Melody dapat mengikuti langkah sang suami. Seluruh rumah benar-benar gelap gulita. Beberapa bodyguard Khaysan juga berkeliaran di sana, hendak keluar dan mengecek keadaan. Ketika Khaysan berbalik dan menatap ke arahnya, Melody spontan melebarkan senyum. Tampak jelas dari ekspresi sang suami jika lelaki itu kesal. Tetapi, Melody malah takut kalau berdiam di kamar dan hanya berduaan dengan Nathan dalam keadaan gelap gulita begini. “Aku malah tidak tenang kalau menunggu di kamar. Aku janji tidak akan macam-macam,” tutur Melody sebelum Khaysan membuka suara. Ia tahu suaminya pasti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.