"Buka! ""Buka atau kami dobrak pintu ini!"Sautan demi sautan terdengar riuh di depan pintu. Keempat laki-laki segera berlari kocar kacir ke segala arah."Lari...lari... lari..." seru mereka kompak.Sedangkan salah satu laki-laki lainnya merasa kebingungan."Brengsek!"Tanpa ba bi bu, segera ia benahi pakaian sebelum orang-orang diluar berhasil masuk.Sedangkan seorang perempuan terlihat merenung dengan tatapan kosong.Kenapa? Kenapa semua ini bisa terjadi padanya? Salah apa sebenarnya dirinya selama ini hingga orang-orang tega melakukan hal sekotor ini terhadapnya?Pintu sudah berhasil didobrak. Laki-laki yang terjebak itu kini hanya bisa pasrah dengan masa depannya. Beberapa orang yang berhasil masuk menganga tak percaya dengan apa yang mereka lihat.Seorang perempuan yang terlihat mengenaskan beruraian air mata disana. Tubuhnya terlihat memar dan kotor. Sedangkan di sampingnya ada seorang laki-laki sedang berusaha mengenakan pakaian.Bugh bugh bugh...Suara pukulan silih berganti m
"Saya terima nikah dan kawinnya Karamel Nandhita dengan mas kawin uang tunai sebesar 500 ribu rupiah dibayar tunai." ucap Dirga dengan lantang. Dia sudah pasrah menjadi tumbal kenakalannya dan teman-temannya itu."Bagaimana para saksi? Sah?"SahSahSahSuara keriuhan kembali memenuhi ruangan tersebut. Terlihat wajah dari sang pengantin laki-laki yang masam sedangkan dari sang wanita masih menangis sesenggukan.Takdir memang tidak ada yang tahu. Tetapi menikah karena penggrebrekan, ini adalah suatu kesialan.Penjebakan dalam waktu dan tempat yang salah itu yang terjadi.Karamel Nandhita, perempuan 20 tahun yang harus menerima kesialan karena telah dijebak oleh temannya. Sedangkan untuk Dirga, dia terlambat melarikan diri bersama kawan-kawannya tadi."Pernikahan sialan ini akan segera berakhir. Jangan harap Kau akan bisa bahagia setelah ini." lirih Dirga yang membuat Karamel semakin menunduk pasrah.Kara hanya mampu menangisi semuanya. Andai dia tidak percaya omongan sahabatnya, kesial
Setelah mengucapkan ijab qobul, Dirga menghubungi pengacara PUNGGAWA tanpa sepengetahuan keluarga Kara untuk membuat surat perjanjian pernikahan.Pengacara tersebut tentu saja kaget, namun setelah ia jelaskan kronologinya, pengacara tersebut marah-marah namun tetap menjalankan tugasnya dengan cepat.Inti PUNGGAWA adalah kumpulan orang-orang yang berduit. Tentu saja akan banyak orang yang melakukan segala cara. Mungkin dengan penjebakan ini salah satunya. Tidak menutup kemungkinan bukan?Beruntung Dirga mengendarai mobilnya sendiri. Jadi bisa bertemu pengacaranya di sela perjalanan menuju rumah Kara."Lakukan tanda tangan secara cepat. Jangan biarkan racun terlalu lama berada di sekitar kita." pesan pengacaranya yang dibalas anggukan kepala Dirga.Jadi sekaranglah saatnya. Niat awalnya akan dia lakukan di rumah. Tetapi berhubung teman-temannya sudah menemukan pembuat video mereka, dia harus buru-buru ke basecamp setelah ini.Surat Perjanjian Pasca PernikahanPihak Pertama:Nama: Dirgan
Beberapa hari sebelum kejadian..."Sial... sial... sial... lagi-lagi Kara! Lagi-lagi Kara! Kalau seperti ini terus, bonus HP baru dari Daddy ngga akan pernah aku dapatkan!" teriak Amel karena lagi-lagi kalah dari Karamel karena pihak perusahaan lebih memilih Karamel yang lebih mahir dalam segala bidang. Kakinya terus mondar mandir karena lagi-lagi dia kalah dalam seleksi magang. Amelia Christopher. Mahasiswi seangkatan Karamel yang selama ini selalu mencoba untuk melengserkan kedudukan Karamel dalam segala bidang. Kedudukannya yang selalu nomor 2 setelah Karamel membuatnya membenci sosok jenius di kampusnya itu. Beberapa hari yang lalu, ada tawaran dari sebuah perusahaan yang menawarkan pekerjaan sebagai seorang karyawan lepas di sebuah perusahaan bonafit. Tentu saja tawaran tersebut seperti angin segar untuk sebagian mahasiswa yang ingin berkembang. Namun sepertinya menembus lowongan itu akan sangat sulit apabila Karamel turut bertanding. Dan inilah kenyataannya, benar-benar Kara
Suasana privat cafe yang biasa menjadi tempat tongkrongan para pemuda elit itu kini semakin mencekam karena dedengkotnya tak melepas wajah seramnya semenjak kemarin."Arrrgggghhhh... Mau sampai kapan Ringgo ngga bisa diharapkan kayak gini sih?" jerit Rama yang dibalas kekehan kecil dari para sahabatnya."Sabarlah, Bos! Baru juga 2 hari. Kalau sampai dia ketahuan polisi, bukan tidak mungkin kita juga ikut tersangkut. Toh kita juga sering pesan barang sama dia kan?" jelas David meredam ketua PUNGGAWA tersebut.Flasback 2 hari yang lalu"Halo, Bang Ringgo!" sapa Kevin kepada seseorang di seberang telepon."Halo, ada apa? Kalau mau pesan barang? Pending dulu! Gue lagi ribet melarikan diri ini. Polisi kayaknya sudah mencurigai usaha gue." balas Ringgo tanpa basa-basi yang membuat Kevin susah menelan ludah."Ck... ngga bisa diusahakan apa, Bang? Tau sendiri kalau Rama yang minta, susah buat diredamnya," sahut Kevin kembali.Jujur sebenernya dia takut kalau sampai Rama tantrum karena keingina
Dirga memasuki basecamp PUNGGAWA dengan sedikit emosi. Kesialan ini mereka buat bersama-sama, tetapi kenapa hasil akhirnya hanya dia sendiri yang harus bertanggung jawab?Pintu yang terbuka dengan kasar tak sedikit pun membuat anggota PUNGGAWA yang lain panik. Malah mereka tertawa terkikik mengingat kesialan yang kini menimpa salah satu sahabatnya tersebut."Setan ya lo semua!" teriak Dirga penuh emosi tetapi malah dibalas tertawa terbahak oleh para sahabatnya.Bantal sofa basecamp sudah dia lemparkan ke arah para sahabatnya dengan penuh emosi. Gila saja mereka membiarkan dirinya terjebak sendirian ditengah warga yang tengah emosi. "Sorry, Bro! Kita juga cari aman!" tukas Prabu dengan santainya. Sedangkan di sisi lain, Rama mengulurkan sebotol minuman dingin untuk Dirga."Aman kalian, sedangkan gue? Dah kayak ayam oon yang harus diadili sendirian. Padahal yang sudah eksekusi kalian, gue kena getah doang belum sempat eksekusi!" serunya sembari menaruh bokongnya diatas sofa. "Dimana Di
Pov Karamel"Turun!"Ucapan Kesya membuatku terperanjat. Mobil pun telah berhenti di tepi jalan yang sangat sepi. 'Apa maksudnya?' batinku bertanya-tanya. Ini hanya jalanan kosong. Bahkan sangat sepi. Dari tadi hanya beberapa motor saja yang melintas sedari tadi."Apa maksudmu, mbak? Ini hanya jalanan kosong. Ngga mungkin kan rumah Dirga ada di tengah-tengah hutan sana?" tanyaku yang kebingungan dengan ulah kakakku kali ini.Memang dia sering bertingkah menjengkelkan. Tetapi meninggalkan aku di jalanan sepi tak bertetangga seperti ini, menurutku, ini sangat keterlaluan." Yang mau mengantarmu ke rumah Dirga siapa? Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup enak tak kekurangan seperti nyonya besar Dirga? Oh, tidak! Aku yang akan menggantikan posisimu sebagai nyonya Dirga disana." ucap Kesya dengan penuh percaya diri. Luar biasa heran aku sekarang. Dahiku mengernyit bingung. Apa kakakku ini sudah gila? Aku yang dinikahi. Tetapi kenapa enteng sekali Kesya bilang akan menggantikan posisiku
Bau obat-obatan yang menyengat mulai membangunkan tubuh Kara. Terlihat dari segala arah, semua serba krem. Tangannya pun terpasang selang infus. Ada selimut yang menyelimuti tubuh sampai ke dada.'Ini di mana?' batin Kara mulai bertanya-tanya. Seingatnya, sepertinya dia pingsan di pinggir jalan. Lalu kenapa bisa sampai disini? Siapa yang telah menolongnya?CeklekTerdengar pintu terbuka. Terlihat seorang gadis yang mungkin seusia Kara terlihat disana."Sudah enakan?" tanya gadis itu. Kara pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya. "Aku Asri. Perempuan yang membawamu kesini. Apakah ada nomor keluarga yang kamu ingat? Karena dari tadi kami mencari kartu identitasmu tapi tak ketemu." lanjut Asri kembali.Kara hanya menggeleng sebagai jawaban. Bukan tak ingat. Hanya tak ingin kembali menjadi beban untuk mereka. Kejadian hari ini sudah membuat beban yang sangat berat untuk mereka. Apakah Kara juga tega menambah beban dengan mengatakan bahwa dirinya terdampar disini karena dibuang kakak