Share

Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti
Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti
Author: Langit Jingga1415

1. Aslan Del Piero Sang Bujang Lapuk

Seorang pria dewasa tengah mematut dirinya di depan cermin. Dia menelisik dari atas sampai bawah pantulan dirinya yang terlihat mempesona. Rambut berwarna cokelat gelap, netra mata berwarna kehijauan, kulit putih bersih, wajah perpaduan Indonesia-Eropa, ditambah tubuh yang tegap dan proporsional membuat setiap mata para kaum hawa melirik dan menatap kagum pada sosoknya. Apalagi masih disertai dengan semua benda mewah dan berkelas yang menempel di tubuhnya, tentu membuat pesonanya semakin terasa.

Aslan Cakra Del Piero, putra sulung dari pasangan Erlan Del Piero dan Mentari Del Piero. Banyak wanita yang begitu menggilainya, bahkan rela melakukan berbagai cara untuk bisa naik ke atas ranjangnya. Dengan satu kedipan mata atau satu jentikan jarinya saja, sudah bisa membuat wanita yang dia inginkan berada dalam kuasanya. Namun, sayangnya sampai saat ini belum ada wanita yang mampu menggoyahkan hatinya dan membuat dirinya bergairah kecuali seorang gadis yang telah menjadi sekertarisnya dalam setahun ini.

"Mom, apakah sarapannya telah siap?" tanya Aslan memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya.

Mentari menepuk lengan putranya. "Dasar anak nakal! Kapan kau akan mencari istri? Memangnya kau akan terus merecoki Mommy yang sudah tua ini untuk mengurusi semua kebutuhanmu?"

Tanpa Aslan duga ada tangan lain yang ikut menjewer telinganya. "Dasar anak durhaka! Kau selalu saja merepotkan istri kesayanganku!"

Dia adalah Erlan Del Piero, pria yang baru saja menjewer putranya. Pria tua itu sungguh kesal kepada putranya yang masih belum juga membawa seorang wanita untuk dijadikan istri. Padahal Aslan sangat hebat dalam memimpin perusahaan hingga Del Piero Company Group bisa merajai bisnis baik di dalam maupun di luar negeri. Namun, untuk mencari seorang istri harus di akui oleh Erlan bahwa putranya sangat bodoh.

"Dasar Bujang Lapuk! Jauh-jauh dari istriku yang cantik ini!" Erlan menggeser tubuh Aslan dan dia segera membimbing istrinya untuk duduk di kursi tempat istrinya biasa duduk.

Aslan menarik kursi untuk dia duduki. Sarapan bersama adalah rutinitas setiap pagi yang wajib dilakukan oleh anggota keluarga Del Piero. Tangannya mulai mengambil makanan yang telah di siapkan oleh Ibunya dan memasukkan ke dalam mulut.

"Makanan yang Mommy buat rasanya tidak pernah mengecewakan," puji Aslan kepada makanan buatan ibunya sambil melemparkan ciuman jarak jauh untuk wanita yang menjadi nomer satu di dalam hatinya.

"Hei, Bujang Lapuk!"

"Uhuk!"

Aslan hampir tersedak makanan di dalam mulutnya saat mendengar suara yang paling dia benci karena bisa merusak suasana hatinya di pagi hari.

Seorang wanita berambut hitam sebahu dengan menggendong seorang anak kecil menepuk bahu Aslan. Dia adalah putri dari keluarga Del Piero, Maharani Del Piero yang sangat mirip dengan wajah ibunya.

"Selamat pagi, Bujang Lapuk!"

Aslan hanya menggerutu di dalam hati. Dia sungguh kesal dengan suara cempreng adiknya saat mengolok-olok dirinya. Bisa jatuh harga dirinya jika ada salah satu pegawainya yang mendengar. Namun, wajah kesal Aslan segera berubah cerah saat mendengar suara kecil menyapanya.

"Selamat pagi, Uncle Tampan."

Anak laki-laki berusia enam tahun sedang tersenyum manis kepada Aslan, dialah Daneswara Soren yang sedang digendong oleh ibunya. Bocah laki-laki yang sangat tampan itu selalu manja kepadanya. Apalagi jika sedang menginginkan sesuatu, pasti akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan itu dengan merayu dirinya.

"Kapan Denes yang tampan ini datang kemari? Kenapa Uncle tidak tahu?"

Aslan mengambil Danes dari gendongan Maharani kemudian dia mendudukkan bocah kecil itu di pangkuannya. Aslan mendaratkan ciuman-ciuman kecil diseluruh wajah Danes, membuat anak itu kegelian dan tertawa.

"Kami datang kemarin sore, Kak. Jelas saja kau tidak tahu karena kau pulang sangat larut." Maharani menjawab pertanyaan Aslan. Dia menarik kursi yang ada di sebelah Aslan kemudian duduk di sana.

Aslan menoleh ke arah adiknya yang sedang mengambil makanan ke piringnya. "Suamimu mana?"

"Sedang bersiap. Sebentar lagi juga turun," jawab Maharani.

Tak berselang lama turunlah seorang pria tampan dari lantai atas. Dia menyapa seluruh anggota keluarga Del Piero kecuali istri dan anaknya. Pria tampan tersebut adalah Abraham Soren, suami dari Maharani Del Piero.

Begitulah suasana keluarga besar Del Piero saat pagi hari, terutama saat Maharani beserta suami dan anaknya datang berkunjung. Suasana di rumah besar tersebut sangat ceria dan menyenangkan hingga membuat Aslan lebih sering pulang ke rumah dari pada ke apartemen. Dia pulang ke apartemen hanya jika teramat lelah dan pulang kerja sampai larut karena apartemennya berjarak sangat dekat dengan kantornya.

Kondisi kediaman keluarga Aslan sangat berbeda dengan kondisi seorang gadis cantik yang sedang sendirian memakan sarapannya di sebuah apartemen. Dia biasa hidup sendiri sejak kecil karena dia hanyalah seorang gadis yatim piatu yang tidak memiliki sanak saudara. Dia adalah Aiko De Angelo, gadis cantik keturunan Jepang-Eropa yang mampu membuat atasannya tergila-gila padanya.

Aiko melirik arloji di tangannya. "Aku harus buru-buru agar tidak telat!"

Aiko selalu ingin semua berjalan dengan sempurna, dia sebisa mungkin meminimalisir sebuah kesalahan saat bekerja. Itu salah satu yang sangat disukai oleh Aslan. Dia sungguh pintar mengambil hati atasannya tersebut.

Dalam waktu tiga puluh menit Aiko sudah berada di kantor. Dia segera membersihkan dan membereskan meja kerja atasannya karena Aslan tidak mau jika petugas kebersihan yang membereskan mejanya. Hal itu terjadi karena dulu pernah ada kertas yang terlihat seperti tidak berguna terbuang oleh petugas kebersihan, padahal itu adalah kertas yang penting. Sejak saat itu atasannya tersebut hanya memperbolehkan sekertaris yang membereskan meja kerjanya.

"Kau sangat cantik saat sedang serius seperti ini, Ai. Kau sampai tidak menyadari saat aku masuk ke sini." Aslan memeluk tubuh Aiko dari belakang.

Aiko tersentak saat tangan Aslan telah melingkar erat di perutnya. Dia memang tidak menyadari kehadiran atasannya tersebut, mungkin karena dia sedang sibuk berfikir mengatur jadwal untuk atasannya sambil membereskan meja. Dia mencoba melepaskan tangan pria itu seraya menoleh kesamping. Namun, ternyata hal itu dimanfaatkan pria tersebut untuk mencuri ciuman di bibir Aiko meski hanya sekilas.

"Bibir yang sangat manis," puji Aslan dengan menyunggingkan senyuman yang mampu menghebohkan seisi kantor jika para karyawan kantor melihatnya.

Aiko semakin kelabakan, berusaha keras untuk lepas dari dekapan bujang lapuk yang sangat mempesona itu.

"Kita sedang di kantor, Sir!" keluh Aiko yang sekarang sudah berkacak pinggang di depan atasannya. Dia melebarkan bola matanya agar seolah terlihat menyeramkan. Nyatanya hal itu bagi Aslan sungguh menggemaskan.

"Memangnya ada yang berkata jika kita sedang berada di pasar, Ai?" tanya Aslan menampilkan wajah polosnya. Tangannya terulur ke depan membelai wajah Aiko, gadis yang sangat dia rindukan sejak kemarin. Namun, gadis itu sedikit mengabaikannya dengan mengatakan jika tengah menikmati hari liburnya diakhir pekan kemarin.

"Sir!"

"Aku merindukanmu, Ma Cherie," ucap Aslan dengan lembut.

Aslan maju selangkah agar bisa lebih dekat dengan Aiko, mengikis jarak diantara mereka. "Tahukah kau aku sangat merindukaanmu. Kemarin adalah akhir pekan yang sangat buruk karena aku tidak bisa melihatmu seharian."

Aiko menggelengkan kepala tanda tak mengerti dengan sikap atasannya itu. "Anda kan kemarin memang sedang menemani salah satu klien kita bermain golf, Sir."

"Setelah itu dia mengajakku ke bar sampai larut," keluh Aslan di hadapan Aiko.

Aiiko menepuk bahu Aslan sebanyak tiga kali. "Tidak apa-apa. Anda kan sedang menjaga hubungan dengan relasi bisnis Anda."

Kaki Aslan maju selangkah lagi agar lebih dekat dengan Aiko, kemudian dia menyandarkan kepalanya di bahu kecil gadis itu. "Jangan protes, Ai! Biarkan seperti ini sejenak."

Aiko tidak habis pikir dengan atasannya yang suka bersikap manja pada dirinya setelah mereka meresmikan kedekatan keduanya. Yah benar! Mereka berdua menjalin hubungan secara diam-diam tanpa ada yang tahu karena itu adalah permintaannya sendiri. Akan merepotkan jika semua orang tahu dirinya adalah kekasih dari pria yang paling diminati oleh para gadis di negara ini.

Setelah merasa cukup tenang dan rasa rindunya sedikit terobati, Aslan mengangkat kepalanya dan menatap netra hitam Aiko yang selalu mampu menghipnotisnya. "Nanti malam beriaslah yang cantik, aku akan membawamu ke suatu tempat."

Begitulah Aslan, dia menjadi sangat manja dengan gadis yang disukainya. Butuh perjuangan dan waktu lebih dari setengah tahun agar sekertaris itu mau menerima perasaannya. Disaat banyak gadis mengantri untuk menjadi pasangannya, Aiko hanya bergeming sambil menatapnya datar. Hal itu membuat rasa penasaran di hati Aslan muncul untuk meluluhkan hati pemilik netra hitam yang cantik tersebut.

Usaha Aslan tidak sia-sia. Sebulan yang lalu Aiko menerima perasaannya dengan syarat hubungan mereka jangan dipublikasikan terlebih dahulu. Dia pun hanya bisa menyetujui permintaan gadis yang disukainya meskipun sebenarnya dia ingin mengatakan kepada dunia jika gadis itu adalah miliknya.

Aslan berencana untuk mengajak Aiko makan malam yang romantis di Les Ombres Restaurant. Di bawah sinar rembulan dengan pemandangan menara Eiffel yang pastinya sangat memukau di malam hari, itu adalah moment yang sangat pas bagi seorang pria melamar pujaan hatinya. Itulah yang sudah direncanakan dengan matang di dalam kepala Aslan. Dia berniat mengakhiri masa lajangnya bersama gadis yang berdiri di hadapannya saat ini.

"Baiklah. Aku akan berdandan dengan sangat cantik sampai kau tidak bisa mengedipkan matamu," ucap Aiko sebelum keluar dari ruangan Aslan sambil mengedipkan sebelah matanya.

* * *

Malam ini Aiko tampak sangat memukau, bahkan dia memuji penampilannya sendiri yang terlihat di depan kaca. Setelah puas mematut dirinya di depan cermin, dia mengambil botol kaca dengan ukuran sangat kecil dari dalam laci nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Senyum aneh tersungging di bibirnya saat melihat botol tersebut yang berada di telapak tangannya.

Aiko mengambil ponsel dan segera menghubungi seseorang yang namanya telah tersimpan dalam daftar kontak ponselnya. "Hallo, iya. Aku sudah menerimanya. Kau yakin ini sangat mematikan?"

Terdengar seseorang berbicara di ujung sana yang mampu membuat Aiko tersenyum puas. Entah apa yang sedang di rencanakan gadis itu. Yang jelas dia tidak tahu jika malam ini Aslan akan melamar dirinya.

"Aku harap ini berhasil. Aku akan mentrasfer uangnya sekarang. Terimakasih," kata Aiko mengakhiri panggilannya.

Aiko memasukkan botol kecil tersebut bersama ponselnya ke dalam tas yang akan dia pakai malam ini. Sekali lagi, dia kembali mamatut dirinya di cermin. Memastikan tidak ada cela sedikitpun dari penampilannya.

Bersamaan dengan itu suara bel apartemen Aiko berbunyi. Dia tahu jika itu adalah Aslan yang menjemputnya karena pria itu sebelumnya telah mengirim pesan teks saat tiba di bawah gedung apartemennya. Tanpa keraguan sedikitpun Aiko melangkah menuju pintu sambil menyeringai.

"It's time to show!"

* 𝘔𝘢 𝘊𝘩𝘦𝘳𝘪𝘦 = 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Seruling Emas
Lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status