Share

Bab 7

Sisi teringat saat itu lagi, sebentar saja. Membayang kembali apa yang waktu itu Rio utarakan. Meski ia sempat lupa sama sekali selama bersama Maya di Bandung, saat itu. Sampai ia bertemu dengan seorang Damar. Semua ia lewati dengan mulus. Tetapi kenapa setelah ia sendirian seperti ini, masih saja kuat bayangan itu mendatanginya dan mendekat padanya lagi.

Sisi tidak mau menangis lagi. Sisi ingin melupakan Rio, sekarang ia bertekad untuk lihat ke depan bukan ke belakang. Rio adalah masa lalunya kini. Sekarang ada seseorang yang mengisi hatinya. Dia memang sudah sanggup melupakan rasa pahit pada diri Sisi, yaitu mengingat akan Rio.

Damar pun sepertinya bisa. Dan kini Sisi jatuh cinta pada Damar, begitupun Damar, Sisi merasakannya. Pandangan mata Damar begitu teduh. Membuat Sisi selalu rindu sosoknya, ingat saat mereka pertama berkenalan, sampai ia tidak sengaja bertemu saat ia sedang sendiri duduk di bawah pohon rindang. Semua kebetulan, dan meski sudah lewat, Sisi masih mengingatnya.

Ia ingin sekali bertemu dengan Damar kembali, tetapi mereka berjauhan. Meski kata orang, jarak antara Bandung dan Jakarta masih dekat. Namun kok jauh ya bagi Sisi? Sisi melirik ke kalender meja di samping tempat tidurnya. Hem, sudah seminggu rupanya sejak mereka berpisah. Bertukeran nomor telepon, tapi kenapa belum juga dia menghubungi Sisi? Menelponpun tidak, bukannya Sisi tidak mau menghubungi, tetapi Sisi tidak pernah mendahului untuk menghubungi cowok.

Sama sekali bukan sifat Sisi. Biarlah, mungkin ia sibuk. Atau,  jangan-jangan dia sudah punya pacar? Tapi Maya bilang belum kok, meski Maya bilang ‘sepertinya’

"Ah! sudahlah." Sisi berusaha lebih tenang. Ia tidak mau bertambah gundah gulana.

Namun wajah tampan Damar, yang Sisi lihat mirip-mirip Fedi Nuril, artis Indonesia itu, membuatnya tidak bisa memejamkan matanya. Sisi memeluk bantalnya, sambil memejamkan mata dan tersenyum sendiri. Ia begitu nyaman membayangkan berada di dekat Damar, tutur katanya sangat lembut membuat Sisi merasa teduh. Dan tentu saja merindukan saat itu lagi. Sisi memandang lama layar handphonenya. Seandainya Damar meneleponnya saat ini. Di saat aku sedang tidak bisa tertidur. Huft! bathin Sisi. Namun saking lamanya memandang, iapun mengantuk dan tertidur pulas. Waktu menunjukkan pukul 22.05 WIB. Tidak terasa. Dengan handphone masih di tangannya.

***

Hari ini amat cerah, Sisi terbangun dengan malas-malas. Karena ini adalah hari minggu. Ia juga libur kerja. Sisi lihat di mejanya sudah bertengger segelas susu coklat yang masih panas sepertinya, setelah Sisi sempat menyentuhnya sebentar. Duh, siapa yang buat ni? Pasti mama deh. Tebak Sisi dalam hatinya.

“Hai adik cantik!” tiba-tiba suara yang mengejutkan Sisi, adalah suara kak Sena yang muncul di depan pintu, sementara kepalanya masih berbalut handuk, sepertinya habis mandi.

“Kakak?” Sisi berdiri dari meja riasnya setelah nyeruput sedikit susu coklatnya. “Aku buatin susu coklatnya, Si,” kata Kak Sena kemudian. Sisi melebarkan senyumnya.

“Kaka libur kerja hari ini?” tanya Sisi. Dijawab Sena dengan anggukannya.

“Kalau begitu kita jalan-jalan yuk, kak?” ajak Sisi. Kak sena menjentikkan ibu jarinya.

“Bagaimana kalau kita ke mall? Sudah lama nih kakak tidak ke mall bareng kamu." Kak Sena memajukan bibirnya beberapa senti memohon supaya Sisi mau diajak nge-mall.

“Oke kak, tapi aku mandi dulu, ya?”

“Hoo oh, cepet ya, dik! kak Sena tunggu di bawah." Sena langsung ke arah tangga untuk turun ke bawah. Bersiap-siap berganti baju.

***

Hari ini ramai sekali di mall. Sisi tampak senang terlihat pada raut wajahnya. Karena bisa jalan ke mall dengan kak Sena. Mereka jarang sekali bisa jalan bareng karena kesibukan masing-masing. Mereka berdua saja. Makan di Fast Food kesukaan mereka, memesan menu makanan kesukaan mereka. Melahapnya, sambil cekikikan, ketawa lepas, seolah tidak perduli banyak yang memperhatikan mereka.

Seketika Sisi mengecilkan tertawanya, dan matanya melihat jauh ke arah seorang cowok, yang ia hapal benar gaya dan gerak-geriknya. Tengah melihat-lihat baju-baju pria yang branded dan mahal. Tidak ketinggalan juga Sisi melihat gadis yang tengah menggandeng tangannya dengan mesra, wajah Sisi berubah. Sena tidak memperhatikan, karena sedang serius dengan makanannya. Sisi menarik napas dan menghembuskan sangat perlahan, berusaha menstabilkan dadanya yang berdetak amat cepat.

Karena itu Rio, benar! Ia melihat Rio barusan kemudian Sisi tidak lupa sadar bahwa gadis itu benar-benar bukan Cecilia. Iya bukan Cecilia. Lalu siapa dia? Tanya Sisi dalam hatinya. Sisi pun tidak mengenalnya. Gadis itu cantik, fashionable, beda dengan Sisi yang selalu tampil sederhana. Yang Sisi tidak suka kenapa gadis itu menggandeng erat dan mesra, dengan manjanya gadis itu terus menempel amat dekat. Sisi ingin menghampirinya, tapi buat apa?  Sisi dan Rio juga sudah berpisah dan tidak akan meneruskan hubungan mereka lagi, karena terlanjur sudah memutuskan hubungan demi almarhum papa Rio.

Bukan!, bukan itu maksud Sisi, maksud Sisi adalah, gadis itu bukan Cecilia seperti yang Rio sebutkan waktu itu. Sisi agak kesal, namun ia biarkan saja, sembari sedikit demi sedikit memakan makanannya. Sampai akhirnya mereka melewati restoran tempat Sisi dan Sena makan.

Sisi tenang, namun matanya tidak lepas dari gerak-gerik Rio, dan gadis itu. Sisi masih melihat juga gadis itu tangannya tak pernah lepas dari lengan kekar Rio. Rio dan gadis itu, entah siapa dia, melewati Sisi dan Sena yang ada di dalam restoran, dengan kaca menghalangi pandang. Rio melihat Sisi, mereka saling pandang. Rio masih berjalan, serta merta langsung melepas eratan tangan gadis itu.

Mata mereka saling berpandangan, meski Rio sembari berjalan. Rio sepertinya terlihat senang melihat Sisi, namun mimiknya berubah setelah sadar melirik ke arah kirinya. Gadis itu melengos cemberut setelah tangannya yang sejak tadi menempel pada lengan Rio dilepas oleh Rio.

Kemudian baru menyadari bahwa Rio sangat tajam menatap Sisi. Gadis itu menarik cepat pergelangan Rio. Sisi langsung membuang muka, sekarang ke arah Kak Sena. Agar si gadis itu pikir ia tidak mengenal Rio. Dan mengobrol kembali seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Sekalian ia juga melihat, siapa gadis yang bersama Rio barusan. Sisi tidak ambil pusing juga, hanya heran kenapa bukan Cecilia?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status