Share

Awal Petaka

Hari ini rasanya benar-benar campur aduk. Gelisah, takut, heran, serta baper menjejali dada Rindu di saat bersamaan. Namun, dia tetap bersyukur, kemunculan Duta yang tiba-tiba itu paling tidak bisa membuatnya aman untuk sementara.

Rindu yang baru keluar dari kamar mandi langsung menuju meja rias sambil menggosok rambutnya dengan handuk. Setelah duduk di depan meja rias berbahan kayu kualitas premium itu, tatapannya mengarah ke wadah kaca di antara peralatan make up-nya. Di wadah kaca itu dia meletakkan cincin Duta sebelum masuk ke kamar mandi tadi. Dia lekas memakai kembali dan memperhatikannya dari dekat. Kalau dipikir-pikir, untuk apa Duta membawa cincin segala? Buket bunga juga? Sebenarnya apa tujuannya ke taman itu?

Teringat Duta, netra Rindu melebar. Dia belum mentransfer bayaran cowok itu. Dia pun langsung ke tempat tidur dan menyambar ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Dia segera login ke M-banking-nya dan melakukan transaksi. Untungnya kali ini berhasil. Lagian, tumben-tumbennya tadi tiba-tiba gangguan. Entahlah, tapi seolah-olah semua ini bahasa alam yang sedang berpihak ke Rindu.

Berkat insiden gangguan itu Rindu jadi punya alasan untuk meminta kontak Duta. Meski belum tahu bagaimana cara membujuk cowok itu, setidaknya Rindu tidak langsung kehilangan begitu saja. Terlebih dia masih menyimpan cincinnya, benda yang kayaknya bisa banget mendatangkan cowok itu ke hadapan Rindu lagi.

Rindu lekas mengirim bukti SS ke cowok itu, sebelum dia ngamuk dan berpikir yang tidak-tidak.

Rindu terkekeh melihat foto profil WA Duta. Cowok modelan dia malah memasang gambar Winnie the Pooh. Apa-apaan coba?

Semenit dua menit Rindu masih menatap layar ponselnya, berharap Duta akan membalas kiriman SS-nya. Paling tidak satu kata "thanks" atau semacamnya. Namun, hingga sepuluh menit berlalu, tidak ada balasan apa pun dari cowok itu. Padahal statusnya online. Secuek itukah? Dia bahkan tidak menanyakan cincinnya. Masih belum sadar atau gimana?

Saat ingin meletakkan ponselnya untuk lekas berpakaian, tiba-tiba Rindu tergoda untuk melihat rekaman live tadi—yang sudah dibagikan untuk publik. Rindu langsung skip ke bagian dia beradegan dengan Duta. Senyumnya terbit samar-samar. Dari layar memang tidak terlalu kelihatan, tapi Rindu masih ingat jelas bagaimana ekspresi Duta saat mengucapkan kalimat puitis itu sambil bertatap-tatapan.

Puas mengulang bagian itu hingga tiga kali, Rindu beralih ke kolom komentar. Komentar terbaru rata-rata tentang Duta.

Runi Yasmin: Masyaallah ... ganteng banget jodoh orang.

Yulin Winarni: Aku suka cowok berkulit cokelat begini, terlihat lebih laki.

Shanum Azzahra: Mirip calonnya Ricis, ya, tapi ini versi sebelum glow up. Hehehe ....

Jingga Annida: Salfok ke tatapan cowoknya. Teduh banget.

Nita Krisnawati: Yang begini nemu di mana, Mbak Rindu? Mau, dong, kalau masih ada satu. Wkwkwkw ....

Rita Khaerunnisa: Potongannya ala-ala pangeran Arab, ya.

Iffa Latief: Dari caranya menatap Mbak Rindu, kayaknya tipe setia, deh.

Dwi Lestari: Semoga Mbak Rindu dan Mas-nya langgeng, biar Tristan si berengsek itu nyesel.

Shanti Nurhaeni: Yang salfok ke urat tangan cowoknya, kita satu server.

Dita Anggita: Gantengnya Indonesia ya begini, nggak perlu sampai rambut diwarnai segala, atau maksain diri untuk putih.

Sambil senyum-senyum sendiri, Rindu memutar lagi bayangan wajah Duta dalam kepalanya. Gantengnya dia memang tidak sekelas Oppa-Oppa Korea yang seketika bisa bikin salfok. Gantengnya Duta lebih ke pelan-pelan menjerat. Makin dilihat makin ada sesuatu yang unik. Mungkin karena rada menyebalkan, makanya auranya kurang terpancar.

Namun, ada juga komentar yang bikin Rindu menghela napas kesabaran.

Nuri Ika: Yakin, ini bukan settingan? Kasian cowoknya, terlalu ganteng untuk dijadiin bercandaan.

Siti Khamdiatun: Masih memantau.

ET Widyastuti: Berasa nonton reality show murahan, yang aktornya dibayar nasi kotak untuk sekali tampil.

Maira Khalif: Semoga cowoknya lekas sadar.

Lia Zienta: Aku mencium aroma-aroma busuk.

Dan masih banyak lagi. Rindu malas membacanya satu per satu. Hanya mengundang aura negatif.

Saat keluar dari video itu, beranda YouTube Rindu malah menampilkan salah satu video dari channel Tristan. Video itu rekaman live setahun yang lalu. Demi apa tiba-tiba naik lagi? Ini pasti disengaja oleh Tristan. Dia pasti pakai jasa berbayar untuk mengeksplor video itu lagi. Tujuannya tentu saja untuk menyudutkan, karena di video itulah petaka di hidup Rindu bermula.

Setahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya, Rindu mendapatkan kado pengkhianatan dari sang pacar dan teman sendiri.

Hari itu, dengan perasaan berbunga-bunga, Rindu menunggu Tristan di rumahnya. Mereka sudah janjian untuk bikin konten Q&A spesial di hari ulang tahun Rindu. Namun, lewat sejam dari waktu yang ditentukan, Tristan tak kunjung datang. Sedari tadi Rindu sudah gelisah. Dia menelepon berkali-kali, tapi tidak diangkat.

Setelah hampir dua jam, tiba-tiba nomor tidak dikenal mengirimi Rindu sebuah link. Kerena penasaran, dia pun langsung mengekliknya. Dan ternyata itu link live dari channel Tristan. Yang bikin syok, Tristan live bareng Arumi, teman sekaligus editor Rindu. Mereka bertingkah seperti sepasang kekasih. Berangkulan, usik-usikan, bahkan sampai cium kening segala.

Kolom komentar jangan ditanya lagi bagaimana rusuhnya. Karena 90% subscribers Tristan berasal dari subscribers Rindu. Meski kadang menghujat karena menganggap Tristan yang setampan pangeran-pangeran dari negeri dongeng itu terlalu sempurna untuk Rindu, di sisi lain netizen juga kagum dengan ketulusan yang ditunjukkan cowok itu. Dia tidak pernah peduli dengan komentar negatif orang lain, dan tetap menjadikan Rindu fokusnya. Itu berlaku sampai kemarin, karena hari ini netizen malah disuguhi drama perselingkuhan terang-terangan.

Rindu terbakar cemburu. Amarahnya mendidih hingga ke ubun-ubun. Tanpa buang-buang waktu lagi, dia melesat ke garasi mengambil mobil, dan langsung tancap gas ke rumah Tristan.

Setibanya di sana, Rindu langsung mengamuk, mengobrak-abrik live mereka. Namun, bukannya bubar, kamerawan mereka malah mencari angle yang pas, seolah-olah kemunculan Rindu adalah bumbu pelengkap yang memang sangat ditunggu dari tadi.

"Apa-apaan ini?" hardik Rindu.

"Loh, kamu yang apa-apaan. Datang-datang marah-marah nggak jelas." Tristan tersenyum sinis sambil merangkul Arumi.

Arumi tidak kaget seperti seharusnya. Hal itu membuat Rindu semakin geram. Sudah berapa lama kedua orang ini mempermainkannya?

"Jadi selama ini kalian main di belakang aku?" Mata Rindu berkaca-kaca.

"Cuma buat selingan, kok," jawab Tristan dengan wajah tanpa dosa.

Rindu melepas sebelah sepatunya dan langsung menimpuk cowok itu. "Bangsat!"

Tristan sigap menghindar, lalu tertawa penuh kemenangan.

Kamerawan jadi sibuk. Entah harus shoot yang mana, semuanya terlihat menarik.

"Ternyata benar, ya, kata orang-orang, selama ini kamu hanya manfaatin aku. Numpang tenar lebih tepatnya."

Wajah Tristan seketika berubah tegang mendengar kalimat itu. "Jangan sembarangan nuduh ya!" bentaknya.

"Kalau bukan manfaatin apa namanya, ha?"

Tatapan Tristan meruncing. Rahangnya mengetat.

"Kamu hanya berpura-pura manis sambil diam-diam bikin channel sendiri. Semua yang kamu lakukan ke aku selama ini hanya pemantik agar keberadaan channel kamu disadari orang-orang. Dan setelah berhasil meraih popularitas, begini cara kamu buka topeng? Menjijikkan!"

"Terserah, deh. Itu hak kamu berpendapat. Tapi asal kamu tahu, aku memperoleh semua ini berkat kerja keras juga. Nggak instan." Tristan mendekat hingga hanya berjarak selangkah dari Rindu. "Dan soal hubungan kita yang harus diakhiri, biasa aja kali. Nggak usah drama. Orang nikah bertahun-tahun aja bisa cerai, kok, apalagi cuma pacaran?" Tristan terkekeh lagi.

Rindu mengepalkan kedua tangannya.

"Lagian hal semacam ini sangat wajar, kok, dalam sebuah hubungan. Ibarat siklus, saat ini aku lagi pengin sama cewek yang bentuknya beda."

"Maksud kamu yang langsing?"

"Kamu sendiri, loh, yang bilang." Tristan menahan tawa.

Karena benar-benar tidak tahan lagi, Rindu menonjok wajah cowok itu. Puas banget rasanya.

"Anjirrr!" umpat Tristan sambil memegang hidungnya.

"Itu hadiah untuk cowok yang nggak tahu diri!" Tatapan Rindu beralih ke Arumi. "Dan kamu," telunjuknya mengacung tajam, "aku nggak sudi berteman sama penjilat!"

Rindu ingin pergi dari tempat itu sebelum air matanya jatuh. Dia tidak ingin terlihat lemah. Namun, baru beranjak selangkah, dia kembali berbalik, menatap Tristan lebih tajam.

"Jangan mentang-mentang gendut begini kamu seenaknya ngeremehin. Lihat aja, sebelum ulang tahun yang selanjutnya, akan ada cowok yang ngelamar aku. Cowok yang tulusnya murni, nggak modus kayak kamu!"

"Oke. Aku nggak sabar menanti hari itu tiba." Meski hidungnya masih berdenyut sakit, Tristan sudah kembali bertingkah menyebalkan. "Supaya lebih menarik, gimana kalau kita taruhan?"

Taruhan? Kening Rindu berkerut samar.

"Kalau benar-benar ada cowok yang melamar kamu sebelum ulang tahun selanjutnya, kamu bebas nyuruh aku ngelakuin apa aja."

Sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan harus diapakan cowok ini, tapi kalau kesempatannya benar-benar ada, pasti akan sangat menyenangkan. "Oke." Rindu pun menyetujuinya, bahkan sebelum Tristan mengungkapkan bagaimana kondisi sebaliknya.

"Tapi jika ternyata kamu tidak bersama siapa-siapa hingga hari ulang tahun selanjutnya, kamu harus hapus channel kamu."

"Ha?" Rindu terbelalak.

"Kenapa? Mau berubah pikiran? Nggak berani?" Tawa menyudutkan Tristan kembali berderai. "Ini live, loh."

Rindu melirik sekilas ke arah kamera. Dia merasa dijebak. Tristan benar-benar bangsat!

"Kalau benar kamu punya fans sejati, harusnya nggak sulit, dong, kalaupun harus mulai dari nol lagi."

Setelah menarik napas panjang dan menahannya sekian detik, Rindu pun berkata, "Nggak ada alasan untuk mundur dari pengecut kayak kamu!"

Dan hari-hari berat pun dimulai.

***

[Bersambung]

Assalamualaikum, sobat readers.

Aku mau tahu, dong, sejauh ini ceritanya gimana menurut kalian?

Komen, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status