Share

Dua Garis Merah

Tik tik tik tik

Suara tetesan air keran terdengar memenuhi seisi ruangan kamar mandi yang berukuran sekitar 1,5 x 2,5 meter dengan dinding berwarna putih dan cream itu. Rachel sedang memperhatikan wajahnya dengan lekat pada sebuah cermin berbentuk bundar yang diletakkan pas di atas sebuah wastafel. Wajahnya ini tanpa ekspresi dan tatapannya kosong. Wajahnya pucat bagai raga yang sudah mati.

Terlihat riasan make up masih tertanam di dalam wajahnya, apalagi lipstiknya yang sudah menyebar tak karuan melewati batas garis di bibir. Rambutnya apalagi, mana sempat untuk dirapikan. Bahkan tubuhnya saja masih mengenakan pakaian jas lengkap dan belum dilepaskan satu pun.

“Astaga! Semalam aku lupa membersihkan wajahku. Mungkin karena pikiranku akhir-akhir ini sedang kacau,” ucap Rachel

“Dan tidak mungkin hanya sekali tidur aku bisa langsung hamil, iya kan?” ucap Rachel berbicara pada dirinya sendiri sambil melihat bayangan dirinya pada cermin. Meyakinkan diri. Pertanyaan itulah yang selalu dilontarkannya akhir-akhir ini.

Rachel Amanda Gabriel. Seorang perempuan yang berusia 25 tahun dan berprofesi sebagai seorang guru Matematika di salah satu sekolah swasta elit di Jakarta. Tinggi tubuhnya sekitar 155 cm dan rambutnya sekitar sebahu. Wajahnya cantik dan kulitnya putih bersih seperti kulit orang-orang yang biasa dirawat di tempat perawatan yang mahal, tetapi Rachel memang sudah punya tekstur kulit seperti itu sejak kecil. Rachel merupakan anak satu-satunya dari orangtua tunggal seorang pengusaha kaya. Ibunya merupakan seorang pengusaha kaya raya di bidang furniture dan sudah bercerai sejak lama ketika Rachel masih kecil.

Setelah beberapa saat meratapi diri di dalam sebuah cermin, Rachel akhirnya mengeluarkan sebuah benda kecil dari dalam saku celananya yang dibelinya di sebuah apotek kemarin.  Mungkin benda itu hanyalah benda kecil, tetapi mampu membuat tubuh Rachel mengejang dan mengerang seketika karena melihatnya. 

“Ini hanyalah benda kecil tapi kenapa aku sangat takut untuk melihatnya?” Ucap Rachel yang langsung mengubah ekspresi wajahnya menjadi ketakutan

Rachel hendak menanyakan keadaannya ini kepada sahabatnya, Sarah Caroline yang merupakan seorang perawat yang siapa tahu bahwa yang dialami Rachel ini bisa saja sebuah penyakit atau yang lain, tetapi Rachel takut untuk menanyakannya takut ternyata benar bahwa Rachel sedang hamil. Lalu bagaimana nanti reaksi sahabatnya? Tentu saja akan marah. 

“Apakah aku harus menanyakan soal keadaanku ke Sarah? Tapi bagaimana kalo memang ternyata benar bahwa aku sedang hamil? Bisa habis aku dimarahi Sarah.” ucap Rachel yang mengurungkan diri untuk bertanya pada sahabatnya

Diremasnya wastafel ketika tubuhnya mengejang lagi dengan hebat. Berusaha ia tegakkan lututnya yang entah mengapa terasa sangat lemas hari ini meskipun Rachel belum melihat hasilnya. Keran coba dihidupkan dengan batas paling maksimum, terdengar suara air yang sangat deras sehingga orang yang berada di luar dan bahkan tetangga sekalipun akan sangat sulit untuk mendengar suara teriakan dari kamar mandi karena terhalang oleh kencangnya suara air. Itu sengaja dilakukan, jikalau nanti hasilnya tidak sesuai dengan harapan dan Rachel secara naluriah langsung berteriak maka tidak akan membangunkan sahabatnya yang masih tertidur dengan lelap dan para tetangga yang penasaran akan asal suara teriakan berasal. 

“Sepertinya sudah aman sekarang. Tidak akan ada yang mendengarku saat aku berteriak nanti. Apalagi Sarah, jangan sampai dia mendengar jeritanku.” Rachel khawatir sahabatnya akan langsung mendobrak pintu kamar mandi ketika Rachel tiba-tiba berteriak.

Kembali Rachel melihat cermin. Berapa lama Rachel melihat dirinya dalam cermin? Mungkin… lebih dari 2 jam, sebelum alat test pack yang berada di dalam saku celana tidur nya benar-benar dia keluarkan dari genggaman tangannya yang sejak dari tadi tak berhenti mengepal.

Rachel sengaja bangun pagi-pagi untuk melakukan tes ini. Urinenya sudah ia wadahi di dalam sebuah wadah kecil yang tidak peduli wadah bekas apa itu yang Rachel ambil secara acak tadi di dapur, tapi tetap saja Rachel masih ragu untuk memasukkan alat test pack yang ada dalam tangannya itu yang bahkan hanya berjarak beberapa senti sebelum test pack itu benar-benar menyebur ke dalam urinenya. 

“Aku mohon biarkan ini terjadi sesuai dengan keinginanku,” gumamnya parau.

Tiba-tiba kenangan bersama Andreas kembali muncul dalam ingatan Rachel. Kejadian malam yang paling mengenaskan di mana kesuciannya telah dirampas. Malam di mana Rachel sungguh tidak berdaya karena keganasan Andreas yang berusaha memaksanya untuk bisa melakukan semua keinginannya. 

Seketika dadanya sesak. Buliran air mata kembali mengalir melewati pipi meronanya. Entah berapa kali Rachel menangis setelah kejadian malam itu. Hampir setiap saat. 

Sejenak Rachel mencoba untuk tenang. Menahan semua kegelisahannya. Ditariknya napas panjang dan dihembuskan secara perlahan. Kemudian terdengar helaan nafasnya yang berselingan dengan suara semburan air keran. Tiga jam sudah terlampaui dengan lamban. Seolah waktu sedang mengajaknya untuk bercanda dan bersiap untuk menertawakannya. Rachel memutar lehernya yang terasa berat, menatap ke arah jendela yang tak sadar ternyata sudah sangat lama dia berdiam diri di kamar mandi sampai jendela saja sudah ditembus oleh cahaya matahari.

“Sudah sangat lama aku berada di dalam kamar mandi. Aku harus melakukannya sekarang sebelum Sarah curiga lalu mendobrak pintu secara paksa.” Rachel tertawa kecil membayangkan ketika sahabatnya benar-benar mendobrak pintu kamar mandi.

Namun ekspresinya berubah kembali. Jantungnya berdegup dengan kencang dan pandangannya tidak bisa lepas dari alat tes kehamilan itu. Rachel masih tidak bisa membayangkan jika hasilnya ternyata tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Akan banyak hal yang harus dipersiapkan. Terutama kondisi tubuh dan pikirannya.

Akhirnya setelah pergulatan kata di dalam pikirannya, Rachel memberanikan diri untuk memasukkan alat test pack itu ke wadah yang berisi urinenya. Jantungnya semakin berdegup dengan kencang dan tangannya basah oleh keringat. Urine mulai meresap naik, satu garis sudah mulai terlihat. Rachel menelan salivanya. Urine semakin meresap naik ke atas, dan BOOM!!!

Akhirnya tanda dua garis merah muncul.

HAMIL

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status