Share

Menaklukkan Suami Jahat
Menaklukkan Suami Jahat
Author: Asia July

00. Prologue

Rasa sakit karena ditinggalkan, amarah karena ketidakadilan, atau kesedihan yang hadir kala kesepian, Helenina Baron telah merasakan semua emosi itu bahkan merasa familiar dengannya. Dia juga tahu apa itu kebahagiaan dan rasa kasih sayang, kedua emosi itu telah diberikan dan diajarkan padanya oleh pengasuhnya semenjak kecil. Dia pikir, dia paham semua emosi yang ada di dunia ini.

Namun ternyata Helenina salah.

Setiap kali dia berbaring di ranjang ini, dengan seorang pria di atasnya yang wajahnya saja tidak bisa Helenina lihat dengan jelas, Helenina bertanya-tanya; apa nama emosi yang satu ini?

Tubuh Helenina panas. Setiap jengkal kulitnya tergelitik sensitif seolah arus listrik mengalir dengan lembut di setiap saraf-saraf kecilnya. Dan semua ini diakibatkan oleh sentuhan yang pria itu berikan padanya.

Helenina tidak bisa melawan, tidak juga menolak. Dia menerima semuanya dengan pasrah, bahkan terkadang menginginkan lebih walau terlalu malu untuk mengungkapkan.

“Beri tahu aku jika rasanya masih sakit.” Deru napas pria itu berembus ke kulit sensitif Helenina sementara suaranya yang begitu maskulin dan lembut itu mengalun di telinga Helenina dengan cara yang sensual.

Helenina memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, aroma tubuh pria itu dan cairan percintaan mereka memenuhi paru-parunya. Dia menggigit bibir, tidak sanggup menjawab saat pria itu menyentuhnya di tempat-tempat yang Helenina bahkan malu menyentuhnya sendiri.

Helenina tidak tahu apa yang pria itu maksud dari rasa sakit. Sebelumnya Helenina telah familiar dengan emosi tersebut, namun ini ... tidak ada rasa sakit dari apa pun yang tengah Helenina rasakan sekarang ini.

Bahkan rasanya seperti melampaui batas yang dia sebut kebahagiaan.

Beberapa hari yang lalu Helenina bertanya-tanya, apa sebutan untuk emosi yang sekarang tengah dia rasakan ini?

Gairah.

Helenina menemukan jawabannya langsung dalam bisikan-bisikan kotor yang sang pria hembuskan ke telinganya.

“Tubuhmu benar-benar merespon dengan baik sentuhanku. Seolah kau hanya diciptakan untukku seorang.”

“Nghh!” Helenina memejamkan mata saat merasakan desakan yang hangat di antara pahanya.

“Lihat? Kau sebergairah ini, Nina.” Pria itu mengangkat tangannya, menunjukkan pada Helenina jemari yang mengilap oleh cairan kental miliknya.

Ya, inilah ternyata yang dinamakan gairah. Helenina masih merasa asing padanya sekalipun sudah sering merasakan.

Dan selama beberapa hari ini, seperti seorang pelajar rajin yang dikuasai rasa penasaran, Helenina tidak henti-hentinya mencari tahu lebih.

Dan pria ini, tidak segan-segan mengajarkan segala hal yang ingin Helenina ketahui tentang emosi tersebut.

Saat pikiran sedikit teralihkan, Helenina merasakan dorongan di titik tubuhnya yang paling sensitif dan basah di bawah sana. Helenina sontak menggeliat seolah ingin melarikan diri, tapi sekaligus juga tidak.

“A-Arthur ...!” pekiknya saat suara hentakan terdengar dan milik pria itu terbenam sepenuhnya di dalam milik Helenina.

“Kau memiliki tubuh yang indah, Istriku. Kulitmu seputih salju dan sehalus beludru.”

Helenina menangis.

“Sshhh! Cobalah untuk tenang,” ucap pria itu lagi dalam bisikan lembutnya yang menenangkan.

Helenina menatapnya dengan air mata yang menggenang di ujung pelupuk mata. “Ta-tapi—”

“Tidak apa. Ini bukan pertama kalinya untukmu. Kau hanya perlu lebih beradaptasi lagi. Ngh!”

“Arthur ....”

“Satu hal yang harus kau tahu, bahwa aku tidak akan menyakitimu. Apa kau percaya padaku?”

“ Y-ya. Aku ... percaya.”

Semenjak pertemuan pertama mereka, kesan pertama yang Helenina dapatkan dari suaminya ini adalah sosok pria kasar. Tubuh yang dia miliki saja sudah cukup memberi tahu Helenina akan rasa sakit apa yang bisa pria ini ciptakan kalau Helenina melakukan sesuatu yang membuatnya marah.

Tapi tidak pernah sekali pun Helenina disakiti secara fisik. Namun tidak juga pernah diperlakukan dengan kasih sayang dan cinta.

Kelembutan pria ini hanya muncul pada saat mereka berhubungan badan saja. Hanya dengan itu, dia akan berkata;

“Kau milikku, Nina. Tubuhku ini juga adalah milikmu.”

Dan hanya pada saat mereka bercinta, Helenina bisa mempercayainya dengan sepenuh hati.

Ucapannya manis sekali, seperti madu. Namun ketika pagi datang nanti, dia akan kembali menjadi dirinya yang selalu memuntahkan racun untuk menyakiti Helenina.

Namun malam ini, saat mereka dilingkupi oleh emosi yang bernama gairah ini, Helenina tidak peduli dengan rasa sakitnya. Dia hanya menginginkan pria ini, tidak lebih. Di mana saat mereka bercinta, Nina bisa memilikinya seutuhnya dan menyerahkan tubuhnya untuk dimiliki juga.

Ah, Helenina tidak pernah menyangka bahwa dia akan menjadi wanita serakah seperti ini. Dari mana semuanya dimulai? Ke mana perginya si Helenina Baron yang lugu dan pasrah pada takdirnya yang menyedihkan?

Tampaknya, Arthur Rutherford telah mengubah wanita itu sepenuhnya, menjadikannya seperti wanita ideal yang dia inginkan di atas ranjang.

Dan tidak ada alasan bagi Helenina untuk bisa menolak.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status